Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama FEATURED

Kita Semua Pernah Plagiat

3 Juni 2017   16:59 Diperbarui: 8 Februari 2018   14:07 4779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Plagiarisme | Olah digital.

Status panjang dan terbaru dari Afi di FB yang ditutup dengan kalimat I'm sorry, I'm not perfect, And I will never be, kembali ramai diperbincangkan. Entah ini status pengakuan terkait dengan tuduhan plagiat yang diarahkan kepadanya, entah status balasan terhadap orang-orang yang mengkritik dan mengecamnya, tidak terlalu jelas. Alih-alih disebut sebagai klarifikasi, boleh jadi status itu hanyalah penegasan sikap seorang Afi.

Plagiat sebenarnya bukan isu baru. Itu sebabnya Afi dengan yakin juga menyebutkan "kita semua pernah" menjadi plagiator, apakah itu disengaja atau tidak disengaja. Batasan plagiat itu jelas yaitu mengambil atau menggunakan karya tulis orang lain dengan tidak menyebutkan karya tulis itu adalah kutipan atau mengakui karya tulis orang lain itu sebagai karyanya. Ungkapan "kita semua pernah" jelas ibarat sindiran karena kata 'plagiat' juga bersinonim dengan 'menyontek' dan 'menjiplak'. Siapa sih yang di dalam hidupnya tidak pernah menyontek, menjiplak, atau mengambil tulisan/karya orang lain, lalu mengatakan itu karyanya? Banyak alasan yang melatarinya, seperti biar lulus ujian, biar naik pangkat dan dapat promosi, atau juga alasan-alasan yang berhubungan dengan eksistensi seseorang sementara orang itu tidak memiliki kemampuan. 

Tindakan plagiat dalam ranah ilmiah memang dicap sebagai tindakan nista. Karena itu, Prof. Rhenald Kasali beropini--menanggapi kasus Afi--bahwa plagiat hanya tegas berlaku di ranah ilmiah. Namun, di ranah umum, itu lumrah saja terjadi seperti pengutipan pepatah/nasihat/jargon yang dilakukan seseorang dengan mengambil dari sumber-sumber lama atau yang pernah ada sebelumnya. Alhasil, tidak perlu diperdebatkan dengan sengit. Contohnya, ada quote-quote seorang motivator yang beberapa waktu lalu sangat populer juga banyak mengutip dari Quran dan hadits, tetapi kredit quote itu selalu ditulis atas namanya. Prof. Rhenald memosisikan status FB sebagai ungkapan umum yang lumrah tadi.

Namun, karya sastra meskipun bukan ranah ilmiah, tetap tidak dapat digolongkan sebagai karya tulis umum yang dapat dijiplak semaunya oleh orang lain. Plagiat karya sastra juga melanggar hak cipta orang lain dan berkonsekuensi pada hukum. Mungkin perlu klarifikasi lagi dari Prof. Rhenald apakah karya fiksi termasuk yang lumrah saja dijiplak mengingat konteks penjelasan beliau adalah wawancara. Jangan-jangan pernyataannya salah kutip atau hanya setengah-setengah dikutip.

Posisi tulisan yang konon dijiplak Afi dan disoroti yaitu "hanya" sebuah status FB yang panjang. Apakah tulisan status FB juga dilindungi UU Hak Cipta? Jawabnya ya, jika seseorang menulis karya seperti artikel opini atau cerpen di status itu dan nyatanya FB dengan kapasitas lebih dari 63.206 karakter dapat menampung karya semacam itu. 

Alhasil, ada yang tidak bersetuju dengan Prof. Rhenald karena seolah-olah ia membela seorang plagiator. Sebenarnya, kasus ini sudah jelas menjadi keterbelahan antara yang pro dan kontra. Banyak yang tidak suka atau tidak setuju dengan konten tulisan Afi yang dicap berpikiran liberal, lalu ada peluru yang bisa ditembakkan karena ternyata tulisannya itu terindikasi menjiplak tulisan orang lain di FB. Jadilah kemudian terbentuk perkubuan, siapa yang membela Afi dan siapa yang mengecam Afi semakin jelas garisnya. 

Saya sendiri tidak membela siapa-siapa dalam kasus plagiat ini, terserahlah orang juga mau memosisikan saya sebagai apa. Pasalnya, belum jelas benar apakah Afi melakukan plagiat atau bukan meskipun ada bukti screen shoot FB--zaman sudah terlalu canggih untuk menyamarkan mana yang benar dan mana yang tidak benar. Yang disebut-sebut tulisannya dijiplak juga belum memberikan klarifikasi. Saya juga belum tabayun ke Afi untuk menguatkan tuduhan yang ada. Atau Afi memang benar-benar melakukannya dengan merujuk pada pernyataannya: Apakah aku pernah melakukan plagiasi? Ya. Kita semua pernah .... 

Namun, jujur cara Afi menulis memang tidak dapat dikatakan cara seorang penulis "kemarin sore" atau "bau kencur", ia pasti "menjiplaknya" dari buku-buku yang dibacanya seperti lazimnya para penulis yang "rakus" membaca akan terpengaruh dengan bacaan yang dimamahnya. Ada pengarang dan penulis tertentu yang memengaruhi cara berpikirnya dari soal diksi (pilihan kata) hingga tata kalimat, termasuk pemahaman. Semua itu terjadi karena ia membaca. Jadi, salahkan saja buku-buku yang dibacanya. Untungnya dulu seusia Afi saya hanya membaca Lupus, Balada Si Roy, dan tentu majalah HAI yang baru saja wafat.

Kita semua pernah plagiat .... Kalimat ini mengusik saya dan saya pun mengingat-ingat kapan kali pertama saya melakukan plagiat. Kalau menyontek, jujur saya akui saya pernah melakukannya saat SMA karena hampir semua anak pada waktu itu melakukannya sebagai bentuk kenakalan atau karena kepepet. Kalau karya tulis, saya tidak berani juga mengatakan saya belum pernah plagiat, takutnya saya pernah melakukan secara tidak sengaja atau sengaja. Kalau tulisan saya diplagiat? Kalau ini, saya pernah merasakannya juga. Sakitnya tuh di sini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun