Mungkin karena masih terbawa suasana Ramadan, saya membaca kata AI Ghibli itu seperti alghibli. Wah, ini ustad dari mana, baru dengar namanya?Â
Namun, bagi mereka yang akrab dengan akal imitasi alias AI pasti sudah mafhum dengan tren menjelang Idulfitri 1446 H, yakni tren mengubah foto menjadi ilustrasi ala Studio Ghibli.
Saya pun ikut-ikutan mengubah foto keluarga menjadi ala Studio Ghibli lalu menyematkan ucapan Selamat Idulfitri di situ. Gambar keluarga itu menjadi unik dan lucu.
Namun, putri saya yang sedang menimba ilmu DKV di salah satu kampus di Bandung langsung protes, "Papa jangan pakai-pakai AI, nggak boleh itu!"
Kalau begitu, maafkanlah kami Studio Ghibli dalam suasana Idulfitri ini karena menggunakan basis karyamu hanya untuk kesenangan belaka. Sama sekali bukan untuk dikomersialkan, sungguh.Â
Pastilah di bidang ilmu seni seperti DKV menjadi dilema antara tetap mempertahankan cara manual dan tradisional atau menggunakan teknologi.
Namun, penggunaan teknologi secara bulat-bulat jelas akan menumpulkan kemampuan manusiawi yang luar biasa. Ya, jika sedikit-sedikit menggunakan teknologi maka kebergantunganlah yang terjadi.
Kemarahan Studio Ghibli
Soal animasi, Jepang memang rajanya. Maka dari itu, Studio Ghibli merupakan studio animasi legendaris asal Negeri Matahari Terbit itu.
Studio itu dikabarkan meradang karena fitur baru yang disematkan pada ChatGPT 4.o sehingga dapat mengonversi foto menjadi ilustrasi ala Studio Ghibli.
Salah seorang animator kenamaan asal Jepang, Hayao Miyazaki, sudah menyatakan ketidaksukaannya pada AI.Â