Salah satu dari "17+8 Tuntutan Rakyat" yang paling keras bersuara adalah: bagaimana mencegah PHK massal? Pertanyaan ini muncul karena kenyataan: banyak perusahaan masih melakukan efisiensi besar-besaran, terutama di sektor manufaktur dan ritel.
Di forum #MencegahPHKMassal, seorang mantan karyawan pabrik menulis: “Saya sudah bekerja 12 tahun, tiba-tiba dapat surat PHK tanpa pesangon penuh. Bebas pajak buat apa kalau saya nggak punya kerjaan?”
Rakyat butuh lebih dari sekadar insentif fiskal. Butuh:
- Perlindungan hukum bagi pekerja kontrak.
- Insentif bagi perusahaan yang mempertahankan tenaga kerja.
- Program reskilling dan pelatihan vokasi agar tenaga kerja siap menghadapi era digital.
Karena pada akhirnya, kesejahteraan bukan hanya soal berapa yang masuk, tapi apakah pekerjaan itu masih ada besok.
Etika Publik & Biaya Hidup: Kenyamanan yang Tak Bisa Dibeli
Lalu, bagaimana dengan kualitas hidup sehari-hari?
Di KRL yang sesak, seorang ibu hamil berdiri memegang tiang, sementara pemuda di depannya asyik main game dengan speaker menyala. Di bus TransJakarta, tas besar menutupi dua kursi kosong. Ini bukan soal uang, tapi soal etika di ruang publik — yang juga bagian dari "napas lega" yang dicari rakyat.
Dan jangan lupakan biaya transportasi, yang bagi banyak orang bisa mencapai sepertiga dari penghasilan bulanan. Seorang penulis di topik #BiayaTransportasi menghitung: “Rp1,2 juta per bulan hanya untuk pulang-pergi kerja. Itu sama dengan sewa kos dua bulan!”
Jadi, meski gaji naik karena bebas pajak, tekanan tetap ada jika ongkos transportasi mahal dan ruang publik tak nyaman.
Penutup: Bernapas Lega, Tapi Mata Tetap Terbuka
Ya, rakyat mulai bernapas lega. Tapi napas itu masih pendek, masih waspada.
Reshuffle kabinet dan bebas PPH 21 adalah sinyal positif. Tapi kita tidak boleh puas hanya dengan gebrakan awal. Keadilan sosial bukan lahir dari satu kebijakan populer, tapi dari sistem yang berkelanjutan, inklusif, dan berpihak pada yang paling rentan.
Karena harapan rakyat bukan sekadar ingin gaji utuh.
Kita ingin hidup yang layak, pekerjaan yang aman, dan kota yang manusiawi.