Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pintu Nyapres Paloh (Belum) Tertutup

13 November 2019   11:58 Diperbarui: 13 November 2019   11:55 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernyataan Surya Paloh pada Acara Penutupan Kongres dan HUT ke-8 Partai Nasdem, menggembirakan sekaligus menggalaukan. Banyak yang bersorak atas penolakan Surya Paloh dicapreskan partainya. Tapi banyak pula yang bermuram durja. Yang paling bersorak tentu saja adalah  para pihak yang kepingin nyapres. Kenapa bersorak? Karena telah berkurang satu calon pesaing kuat. Artinya jalan menuju 2024, relatif lebih mudah.

Sedang yang galau adalah para pihak yang berharap Ketum Nasdem itu ikut nyapres. Mereka sedih karena harapannya kandas. Padahal jagonya itu dianggap sangat potensial memenangi kontestasi Pilpres 2024. Artinya, ketimbang figur-figur lain, Paloh masih dianggap sebagai the most worthy candidate.

Tetapi sesungguhnya, tak usah keburu merasa kegirangan atau pun baper duluan. Karena meski dia menolak dicapreskan secara aklamasi oleh kongres. Tafsir saya, penolakan Paloh belumlah sesuatu yang final. Artinya, pintu pencapresan bos Media Group itu belum tertutup sama sekali. Dalam politik, yang sekarang nampak tertutup, tidak seterusnya akan tertutup. Sekarang menolak, tidak seterusnya juga akan menolak. Malah itu, sebuah tantangan terbuka Paloh bagi siapa pun calon kompetitornya nanti.  Percaya deh!

Apanya yang Ditolak?

Menurut saya, Surya Paloh tidak menolak untuk dicapreskan oleh partainya. Diminta menjadi capres oleh partai yang dibesarkannya, adalah sebuah kepercayaan, kehormatan dan kebanggaan. Bukankah cita-cita tertinggi politisi ialah ingin jadi presiden? Bukankah para tokoh mendirikan partai, salah satu tujuannya ialah menjadikan partainya kendaraan menuju ke istana?

Maka, ketika partai memberikan mandat, tentu dia akan sangat menghargai dan akan sangat mempertimbangkannya. Sebab itu, yang ditolaknya bukan esensi pencapresannya itu sendiri. Namun lebih ke timing dan mekanismenya.

Timing, karena pengusulan itu dianggap masih terlalu dini. Pencapresan memang adalah sebuah agenda besar. Terutama bagi partai-partai besar. Tapi itu nanti, bukan sekarang! Makanya Paloh mematok 2 tahun sebelum 2024. Prioritas sekarang adalah ikut membantu suksesnya jalannya roda pemerintahan di bawah kepemimpinan Jokowi-Ma'ruf Amin. Nasdem pengin tetap pada komitmennya menjadi bagian koalisi yang loyal dan kontributif.

Karenanya, kurang elok rasanya (di awal periode kedua Jokowi), pagi-pagi sudah menggaungkan pencapresan. Itu sangat prematur dan nakal. Itu akan mengganggu fokus kerja pemerintahan baru. Juga akan menimbulkan berbagai spekulasi dan kegaduhan politik yang tak perlu. Pendeknya, jangan sibuk dulu soal pencapresan. Tunggu 2 -- 3 tahun lagi!

Dibanding lewat penetapan kongres (meski secara aklamasi), lebih ideal jika penetapan capres lewat mekanisme konvensi. Konvensi lebih demokratis dan kompetitif. Karena akan memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi para tokoh lain yang potensial. Dengan banyaknya para bakal capres yang ikut konvensi, akan ada banyak alternatif pikiran-pikiran besar lain bagi kemajuan bangsa.

Lagi pula, jika ingin membangun sebuah partai modern, idealnya memang sudah tidak perlu lagi mempertahankan sistem paternalisme yang feodalistik. Di mana pucuk pimpinan sudah dianggap seperti "manusia setengah dewa". Yang punya kuasa mutlak pada hal-hal yang strategis. Makanya, Paloh melemparkan wacana akan mengadakan konvensi untuk menjaring bacapres pada beberapa tahun lagi.

Namun, apa itu berarti bahwa konvensi hanya diperuntukkan bagi tokoh lain, selain dirinya? Bacaan saya justru tidak. Artinya pada konvensi itulah, Surya Paloh siap berkompetisi dengan para tokoh yang lainnya. Tapi siapa yang bisa mengalahkannya di konvensi nanti? Apalagi dia sudah sangat jelas menyebut, bukan Anies Baswedan. Bukan Ridwan Kamil dan bukan juga Khofifah Indar Parawansa. Bukan juga dari kader Nasdem sendiri. Kalau begitu siapa dong?

Artinya, sampai sekarang, belum muncul tokoh lain yang bisa dilirik oleh Nasdem. Dan kalau sampai nanti, tak ada tokoh lain yang kuat, kenapa bukan Ketum-nya sendiri yang dijagokannya?

Jika skenario itu yang nanti terjadi, maka Surya Paloh sudah berhasil memainkan cara berpolitik yang piawai dan elegan. Sekarang, tidak menimbulkan kegaduhan politik. Tapi pada waktunya nanti, semua aspirasi kadernya akan terakomodasi. Termasuk cita-cita politik pribadinya sendiri.

Apa Tidak Terlalu Tua?

Siapa bilang Surya Paloh sudah terlalu tua? Ia memang tidak muda lagi. Tetapi belum juga terlalu tua. Pikiran-pikirannya masih sangat cemerlang. Aktifitas rutinnya pun masih cukup banyak. Produktifitasnya tak diragukan lagi. Kesehatan fisiknya selama ini, tampak baik-baik saja.

Lalu bandingkan usianya dengan usia tokoh-tokoh matang lainnya. Dia berusia 68 tahun, sama seperti Prabowo Subianto. Yusuf Kalla = 77 tahun. Ma'ruf Amin = 76 tahun. Susilo Bambang Yudhoyono = 70 tahun. Tokoh-tokoh bangsa tersebut, masih bisa berkarya dan berkontribusi bagi Indonesia. Maka Paloh pun tentu masih bisa berbuat banyak bagi bangsanya.

Lebih-lebih jika kita bandingkan dengan tokoh-tokoh sepuh dunia. Yang sampai sekarang masih aktif memimpin negaranya. Sebut saja Mahathir Mohamad, yang sudah berusia 94 tahun, yang masih aktif menjabat PM Malaysia. Ratu Elizabeth II = 93 tahun. Presiden Kamerun Paul Biya = 86 tahun. Michel Aoun Presiden Libanon = 84 tahun. Dan Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi = 92 tahun.

Artinya apa? Artinya para tokoh-tokoh sepuh itu tak bisa dipandang sebelah mata. Malah wisdom, jam terbang, rekam jejak dan reputasi mereka masih sangat dibutuhkan oleh bangsa dan negaranya. Dari angka-angka usia tersebut di atas, usia Surya Paloh ternyata adalah yang paling muda. Kalau yang jauh lebih sepuh saja, masih dipercaya dan bisa memimpin, apalagi Surya Paloh?

Cuma, jika analisis saya ini nantinya bisa sungguh-sungguh terjadi, Surya Paloh memang harus didampingi oleh cawapres yang jauh lebih muda. Dan mayoritas calon anggota kabinetnya, harus dari para professional muda potensial. Kalau perlu, melibatkan juga para milenial yang sukses dan mumpuni dalam bidangnya.

Intinya, Surya Paloh sangat amat layak untuk mencalonkan dan dicalonkan menjadi calon pemimpin nomor satu Indonesia 2024-2029. Soal akan terpilih atau tidak, hanya Tuhan saja yang mengetahuinya.

==000==

Bambang Suwarno-Palangkaraya, 13 November 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun