Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Andi Arief, Kreator Istilah-Istilah Kontroversial

18 Juni 2019   02:14 Diperbarui: 18 Juni 2019   02:16 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tanpa adanya istilah-istilah kontroversial yang mencuat, jagat politik akan sepi. Masing-masing partai politik (parpol), biasanya punya politisi-politisi pencetus istilah-istilah yang kontroversial dan sensasional. Istilah tersebut sengaja dilontarkan untuk menanggapi sebuah fenomena  politik penting yang sedang terjadi. Dan istilah-istilah tersebut biasanya sering sangat kocak. 

Sangat khas dan tajam, bahkan kadang tampak absurd. Sedang penyampaiannya, saat ini sering lewat cuitan di medsos. Tapi sering juga lewat komentar langsung di ruang publik.

Salah satu parpol di negeri kita, yang selalu punya kader kreator istilah-istilah seperti itu adalah Partai Demokrat. Dulu mereka punya Sutan Bhatoegana dan Ruhut Sitompul. Dua tokoh itu, pandai sekali menciptakan istilah khusus dalam komentar dan pernyataan-pernyataan mereka. Sekarang ini, yang populer adalah Andi Arief. Dan dalam tulisan ini, saya akan menyoroti khusus tentang istilah-istilah yang pernah dilontarkan oleh Andi Arief.

Rekam Jejak Singkat Sang Kreator

Pria kelahiran Bandar Lampung yang berusia 48 tahun itu adalah lulusan Universitas Gajah Mada. Ia adalah salah seorang aktifis pro demokrasi. Ia aktif di Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID). Akibat aktifitas politiknya yang dianggap mengancam Orde Baru, ia menjadi salah satu korban penculikan aktifis pada tahun 1998.

Suami Defianti ini pada tahun 2009-2014, diangkat oleh Susilo Bambang  Yudhoyono menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam. Kemudian  di Partai Demokrat, ia menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal  mulai tahun 2015 sampai sekarang ini.


Istilah-istilah Hasil Kreasinya

Saya sengaja hanya ingin mengingatkan kita pada celotehan-celotehan Andi Arief yang dilontarkan di tahun 2018 - 2019 saja. Khususnya yang berkaitan dengan kontestasi politik Pemilihan Presiden.

Dalam proses penetapan figur cawapres, waktu itu, secara mengejutkan ia menyebut capres Prabowo sebagai "Jenderal Kardus". Twit itu berawal dari curhatannya yang menyebut Sandiaga Uno memberikan mahar politik Rp. 1 Triliun kepada Prabowo, PAN dan PKS. Alasanya, agar mereka mau menerima Sandiaga sebagai Calon Presidennya Prabowo. 

Jadi menurut Andi Arief, ada politik transaksional yang mendasari pemilihan Sandiaga Uno sebagai cawapres. Dan itu terjadi tanpa melibatkan Partai Demokrat sebagai mitra koalisi. Karena praktik politik traksaksional itulah maka ia menyebut Prabowo sebagai jenderal kardus.

Lalu pada pasca Pemilu, atau saat proses penghitungan suara masih berlangsung,  Andi Arief dalam akun Twitternya juga melemparkan satu sebutan -- 'setan gundul'. 

"Dalam Koalisi Adil Makmur ada Gerindra, Demokrat, PKS, PAN, Berkarya dan rakyat. Dalam perjalanannya, muncul elemen setan gundul yang tidak rasional, mendominasi, dan cilakanya Pak Prabowo mensubordinasikan dirinya. Setan gundul ini yang memasok kesesatan menang 62 persen," demikian cuitan Andi Arief.

"Partai Demokrat hanya ingin melanjutkan koalisi dengan Gerindra, PAN, PKS, Berkarya dan Rakyat. Jika Pak Prabowo lebih memilih mensubordinasikan koalisi dengan kelompok setan gundul, Partai Demokrat akan memilih jalan sendiri yang tidak khianati rakyat," lanjutnya.

Penyebutan setan gundul itulah, pada waktu itu langsung menyulut reaksi yang beragam dari berbagai pihak. Kivlan Zen bahkan sampai menyebut Andi Arieflah setan gundul yang sesungguhnya.  Sangat lucu memang. Sesama partai koalisi, tapi sudah saling menohok dengan  komentar-komentar pedasnya masing-masing. Psikologi politik dari koalisi 02 yang sedang meradang pada waktu itu,  menjadi kian memanas.

Istilah atau sebutan kontroversial teranyar dari politikus Partai Demokrat (yang pernah diperiksa polisi karena diduga terjerat kasus narkoba itu), adalah sebutan 'ulat bulu' dan 'buaya'.  Sebutan itu diarahkan bukan kepada kader parpol lain. Tetapi justru terhadap sesama kader Partai Demokrat sendiri. Yaitu Max Sopacua, Ahmad Mubarok dan Subur Sembiring.

"Mubarok, Max Sopacua dan Subur Sembiring yang tak pernah saya lihat berbuat untuk Partai Demokrat -- dan pihak luar yang coba ikut campur --, tidak tepat waktunya mengajak kami dan Pak SBY 'berkelahi'. Sekarang kami sedang berduka atas kepergian Ibu Ani. Adakah hati dan kemanusiaan?" kata Andi lewat akun Twitter @AndiArief_, Minggu (16/6/2019).

Bahkan dia juga menyinggung nama Sandiaga Uno dan Gatot Nurmantyo yang dibawa-bawa oleh kader tertentu masuk dalam gonjang ganjing politik di Partai Demokrat sekarang ini.

Saya tidak ingin memprediksi apapun tentang prahara yang sekarang tengah menghajar parpol yang berlambang mercy itu. Apakah cuitan, komentar dan istilah yang digunakan oleh Andi Arief nantinya akan memberikan solusi atau malah justru memperparah keadaan? Biarlah antara mereka sendirilah yang akan menyelesaikannya.

Terima kasih Bung Andi! Bagaimana pun juga, Anda telah ikut berjasa mewarnai wajah perpolitikan Indonesia dengan berbagai cuitan dan komentar Anda yang khas. Kami menunggu istilah-istilah kreasi Anda yang lainnya. Selamat berjuang!

==000==

Bambang Suwarno-Palangkaraya, 18 Juni 2019

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun