Momen yang saya tunggu-tunggu akhirnya tiba. Di senja yang cemerlang ini, Pak Jokowi berkenan menerima saya untuk mewawancarainya. Suasananya sangat santai dan familiar. Beliau mengenakan pakaian kasual. Celana jin hitam dan t-shirt merah cerah. Di atas meja dihidangkan  dua buah cangkir kopi panas. Dilengkapi juga dengan sepiring pisang goreng yang hangat.
Setelah membuka dengan obrolan basa-basi, saya langsung bertanya kepada beliau tentang Pilpres 2019.
Saya: "Bapak, sebulan lagi Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi Pilpres sekaligus Pileg 2019. Bagaimana perasaan Bapak menyongsong peristiwa penting itu?"
Jokowi: "Perasaan saya tentu saja campur aduk. Antara bergairah, focus penuh, dan rasa optimisme. Ada harap-harap cemasnya juga."Â
Saya: "Lho, ada cemasnya juga ya, Pak?"
Jokowi: "Iya dong saya khan manusia biasa. Manusiawi khan? Tapi rasa harap-harapnya, jauh lebih besar ketimbang rasa cemasnya!" (Beliau tertawa kecil tapi renyah)
Saya: "Maaf, Bapak! Dalam wawancara ini saya tidak menanyakan apa rencana Bapak ke depan kalau memenangi kontestasi Pilpres nanti. Tapi saya justru ingin tahu bagaimana kira-kira perasaan Bapak jika Bapak tidak terpilih kembali sebagai Presiden RI periode mendatang."
Jokowi: "Wow tanya soal itu? Apa alasan Sampean kok tanya tentang seandainya saya yang kalah?"
Saya: "Alasannya, setahu saya Bapak selalu menang dalam Pemilu selama ini. Bapak dua kali terpilih menjadi Walikota Solo. Lalu menang di Pilkada DKI Jakarta sebagai Gubernur. Bahkan dalam Pilpres 2014, Bapaklah yang terpilih menjadi Presiden RI sampai sekarang. Artinya pengalaman Bapak adalah selalu jadi pemenang. Dengan kata lain Bapak belum berpengalaman kalah. Maka sekarang saya bertanya, bagaimana jika tidak terpilih?"Â
Jokowi  : "Perasaan saya ya akan biasa-biasa saja. Saya akan legowo dan ikhlas saja. Lagian kalau nggak ikhlas mau ngapain?"
Saya    : "Berarti Bapak sudah siap menang dan siap kalah!"