INDUSTRI MEDIA DIGITAL masa kini, setidaknya dapat dipahami sebagai sistem budaya komunikasi elektronik. Segala jenis dan bentuk  konstruksi realitas untuk menggiring alam imajinasi pemirsa. Meskipun kadang tampak seperti wajar dan alami namun faktanya adalah sebuah dunia fantasi dan ilusi.Sering disebut sebagai era 'yang nyata' (the real) tengah merepresentasikan penciptaan secara artifisial melalui teknologi. Realitas sesungguhnya hampir dianggap tidak ada lagi. Seluruh realitas sehari-hari diibaratkan sebagai kenyataan tanpa memiliki ranah tempat berpijak (simulakrum).
Sedemikian progresifnya Industri Media Digital (digital media internet dan televisi) hari iniprose. Tanpa disadari tengah melakukan proses konstruksi melalui citraan yang ditampilkan. Realitas yang dilihat dan dialami saat berlangsung koneksi relasi, adalah hasil dari berbagai konstruksi yang dibuat manusia. Secara tidak sadar penonton telah menjadi bagian dari semua komunikasi tersebut. Media penyiaran terutama Industri Media Digital (digital media internet dan televisi) sekarang, sedang menciptakan hiperrealitas. Dimana kenyataan yang sebenarnya larut dan tidak penting lagi.
Tesis Jean Baudrillard tersebut seakan mengemukakan bahwa Medsos/Media On-line dan Televisi komersil kadang menyajikan gambar yang tidak 'berdasar'. Lebih merupakan settingan dari realitas yang sebenernya untuk mereproduksi makna baru. Maka sering disebut simulakra, realitas yang ada adalah realitas semu, realitas buatan, sebuah rekayasa realitas subyektif (hiperrealitas).
Jaring Laba-laba Media Sosial
Inilah yang disebut Baudrillard, sebagai the immediate, the unsignified atau simulacrum (jamak) atau simulacra yang secara terminologis berarti tiruan, imitasi, tidak nyata, bukan sesungguhnya. Secara perlahan tapi pasti, penonton dibuat terlena dengan segala kemudahan hidup serta berkecenderungan hedonis. Budaya konsumsi yang serba instan membuat lupa dan tenggelam dalam realitas semu. Dengan demikian Industri Media Digital dan televisi komersial seakan menjadi ruang penyemaian bagi kecenderungan hipersemiotika yang di dalamnya berbagai hyper-sign dikembangkan. Sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya komoditi dan budaya konsumerisme dan materialisme.
Industri Media Digital (Digital media internet dan televisi) pada akhirnya menjadi sebuah sistem ekonomi yang di dalamnya terjadi eksplorasi secara ekstrim dari segala potensi libido. Komoditas sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan makimal (kapitalisasi libido-libidonomics). Karena libido menjadi komoditi, maka apa yang disebut sebagai degradasi moral menjadi tidak lagi penting.
Dalam sistem ekonomi libido ini, ekspose aurat justru menjadi daya tarik tersendiri. Sebuah betis yang terbuka, payudara yang tersingkap, paha yang terekspos bukanlah degradasi moralmoral. Melainkan sebuah bentuk nilai jual. Demikian pun nilai-nilai dan moral sosial, berada diambang keleluasaan pemaknaan kuasa libidonomics.
Sejalan dengan pandangan tersebut, komunikasi Ashadi Siregar, juga menegaskan bahwa kehidupan publik -warga masyarakat- sering dilihat hanya dari dua ranah posisi konsumen. Yaitu lingkup kekuasaan negara, dan objek pasar. Sebagai publik, kekuasaan  merespon warga negara menjadi kebijakan dan pelayanan negara (Public Policy and Public Service).
Sementara sebagai konsumen pasar, dicerminkan dari nilai ekonomis warga bagi produsen. Pada posisi semacam itulah Televisi Publik dibutuhkan dan diharapkan tidak saja sebagai semata hiburan yang mengusung ideologi kapital. Tetapi menjadi sebuah media yang di-ideal-kan mampu melakukan fungsi peranserta Kebudayaan. Berbasis fakta, prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam inter relasi humanitas.Â
Pendekatan yang selalu menganggap masyarakat tidak berdaya terhadap faktor informasi (karikative), perlu diubah menjadi pendekatan yang lebih berempati. Dengan kata lain pola pendekatan partisipatoris terhadap persoalan masyarakat penting dikedapkan untuk menyatakan sebuah realitas citraan yang berakar pada kenyataan. Pengelolaan televisi publik tentu akan lebih bermanfaat dan berdayaguna bagi proses akselerasi pengembangan kemampuan masyarakat dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang kompleks sekarang ini.Â