Mohon tunggu...
Bambang Suharto
Bambang Suharto Mohon Tunggu... Administrasi - PNS Kemenkeu Ditjen Perbendaharaan

Pegiat media sosial :-)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pintu Rezeki, Rabu 11-04-2012

11 April 2012   08:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:46 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : http://ippho.com/

[caption id="" align="alignnone" width="560" caption="sumber : http://ippho.com/"][/caption]

Tema : Membeli Impian

By : Ippho Santosa

Membeli impian itu bisa dilakukan. Lho, dibeli? Lalu apa mata uangnya? Mata uangnya adalah usaha, doa, dan amal. Inilah mata uang yang InsyaAllah bisa membeli impian kita. Pengen lulus ujian, pengen dapat nilai tinggi, pengen naik pangkat, pengen bisnisnya berkembang, pengen jodoh dan keturunan, pengen jalan-jalan ke luar negeri, pengen ke tanah suci, atau impian-impian lain, InsyaAllah semua bisa dibeli dengan mata uang-mata uang ini.

Saya ingat beberapa tahun yang lalu, saya pernah ada masalah saat membangun perumahan, ada masalah yang nilainya sampai seratus jutaan. Saya harus mempertanggungjawabkan masalah ini pada investor saya, saya memikirkan bagaimana cara mengatasinya. Jika harus saya yang nombokin, waktu itu bagi saya sangat-sangat berat. Apa yang saya lakukan? Saya beli dengan mata uang ini, terutama adalah doa, kedua berusaha menyelesaikan masalah di lapangan, yang ketiga adalah amal yaitu tahajud dan meminta doa dari ibu saya. Setelah melakukan itu semua, selanjutnya saya menemui investor saya dan mengakui semuanya. Saya juga bilang padanya “Ini semuanya adalah 100% kesalahan saya”. Setelah saya bilang itu, ternyata sang investor tidak terlalu mempermasalahkan. Meskipun ada konsekuensi, tetapi tidak terlalu berat seperti yang saya bayangkan. Masalah bisa dituntaskan tanpa saya harus mengeluarkan uang sepeserpun.

Ada yang bilang, “Mas Ippho, nggak boleh.. masak beramal dengan berharap, berharap dengan beramal, nggak boleh seperti itu..”. Saya bilang, “Siapa bilang nggak boleh? Boleh kok..” yang nggak boleh itu kita berharap ke orang atau berharap ke tuyul atau jin. Kalau berharap ke Allah itu boleh. Bahkan, harap itu bagian dari iman. Bayangkan teman-teman punya masalah, kemana lagi kita berharap? Tentunya kepada Dia kan.. kepada Yang Maha Kuasa tentunya. Misalnya teman-teman punya anak atau keponakan yang sakit keras. Kira-kira pengen nggak anaknya sembuh? Lalu, gimana caranya? Nah.. caranya kita pakai tiga mata uang tadi. Pertama kita usaha, misalnya dengan minum obat, multivitamin, terapi, dsb. Kemudian kita berdoa agar disembuhkan dan disehatkan. Ketiga adalah amal, apa amalnya? Mungkin dzikir, mungkin sedekah, dst. Bayangkan jika ada orang yang tidak mengenal Allah, maka yang ia lakukan ketika sakit hanya berobat dan berobat, tidak pakai doa, dan tidak beramal. Mana yang lebih baik? Tentu yang memakai tiga-tiganya.

Lalu, contoh lain, misalnya kita sedang terbelit hutang. Kita juga bisa beli dengan usaha, doa, dan amal. Berharap dengan itu semua hutang segera lunas. Harap dan takut itu bagian dari iman, kita harus punya dua-duanya. Jadi bukan hanya boleh berharap, tetapi harus, karena itu bagian dari iman. Misalnya dengan menambah ibadahnya, dzikir, sedekah, dsb. Usahanya apa? Misal dengan mengurangi tanggungan yang tidak perlu, atau tidak menambah kredit yang baru. Pokoknya doa, amal, dan usaha.

Sekarang kita lihat baik-baik. Teman-teman pergi ke kantor, ke kampus, atau ke toko. Pertanyaannya, kerja itu ikhtiar apa ibadah?. Mungkin teman menjawab, itu adalah ikhtiar. Benar demikian. Namun ternyata, sebenarnya itu juga ibadah, jadi sekaligus gitu. Bagi yang ke kampus atau sekolah, pertanyaan yang sama, belajar itu ikhtiar apa ibadah? Ternyata belajar adalah ibadah, tapi juga ikhtiar. Nah, kita balik cara pandangnya, kalau kita dhuha, kalau kita sedekah, pertanyaannya adalah dhuha kita ikhtiar atau ibadah? Teman-teman mungkin langsung bilang itu adalah ibadah, tetapi ternyata sebenarnya itu adalah ikhtiar juga. Maka, sedekah ikhtiar, dhuha juga ikhtiar. Ikhtiar untuk apa? Untuk memudahkan rezeki kita, untuk menjemput impian kita. Bahkan, misalnya kita (maaf) ke toilet untuk buang air, itu adalah ikhtiar untuk membuang kotoran dan menyehatkan kita, tetapi juga ibadah yaitu untuk membuang najis kita dan memudahkan untuk sholat dll. Jadi, jika kita maknai dengan benar, sebenarnya 24 jam hidup kita sehari semuanya bisa menjadi ibadah sekaligus ikhtiar. Tidurpun berarti ikhtiar dan ibadah, ikhtiar agar badan kita tetap sehat, juga termasuk ibadah jika kita niatkan untuk mengistirahatkan tubuh agar menyimpan tenaga untuk beribadah yang lain.

Jadi, untuk teman-teman yang berusaha menjemput rezekinya, ke kantor, kampus, atau tokonya, mari kita niatkan dengan benar. Kalau ada masalah atau ada impian apapun yang kita inginkan, belilah dengan tiga mata uang tersebut (doa, usaha, dan amal). Ini akan mencukupkan rezeki kita, Insya Allah.

Semoga berkah dan melimpah.

***

Semoga bermanfaat | Salam..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun