Dalam ketertegunannya kakek itu menjawab pertanyaaan Fadil dengan isak tangis yang lirih, "Nak Fadil! Relakan yang terjadi. Dia bukan milik kita lagi! Sudah kita relakan saja, lebih baik Nak Fadil mendoakan yang terbaik untuk Bulan," pucatlah muka Fadil seketika, dan tersungkurlah dia di atas tanah di depan bangunan ambruk yang diluluh-lantahkan gempa bumi itu.
Dia pun merintih, "Ya Allah, Bulan di mana?' Â Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!