Mohon tunggu...
Beng beng Sugiono
Beng beng Sugiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

La Historia, Me Absolvera. Menulis/Traveling/NaikGunung/Membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Soe Hok Gie, Tak Lekang oleh Waktu

16 Oktober 2022   01:25 Diperbarui: 17 Oktober 2022   23:54 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemuda yang lahir Ketika perang berkecamuk di pasifik pada 17 Desember 1942 bersamaan dengan pendudukan Jepang pada Tahun 1942 atas Indonesia, Pemuda yang cukup berpengaruh di Era 1960an yang dikenal pemberani dan tokoh Sentral, yang dikenal tegas dan sangat menjunjung tinggi nilai-nilain kemanusiaan pada Gerakan mahasiswa tahun 1966. Soe Hok Gie selain dikenal sebagai salah satu tokoh pergerakan mahasiswa Universitas Indonesia Angkatan 66 ternyata juga seorang penulis dibeberapa surat kabar pada waktu, dan tulilsan-tulisannya seringkali mengkritik kepemimpinan Soekarno dimasa itu, Gie mulai menulis pada usia 14 Tahun yang tertuang didalam catatan harian-nya yang kemudian di buku-kan oleh para sahabatnya yang diberi judul Catatan Seorang Demostran. Buku yang cukup fenomenal dan jadi bahan bacaan wajib bagi para aktivis di Era 1990 dan masih relevan hingga saat ini. Buku Catatan Seorang Demostran ini juga yang akhirnya dijadikan Film Layar Lebar dan cukup berhasil membius kalangan muda dan menjadi tontonan wajib bagi orang-orang yang haus informasi sejarah Gerakan mahasiswa dan kondisi bangsa Indonesia pada decade tahun 1960an.

Sepak terjang Soe Hok Gie dalam mengkritisi pemerintah tidak perlu diragukan lagi, tulisan-tulisan-nya yang tajam dengan balutan sastra, serta selalu menggunakan pendekatan filsafat pada setiap tulisanya dalam bentuk satire (Sindirian) atau terkadang secara terbuka dan terang-terangan dalam mengkritisi kebijakan yang tidak berpihak dengan nilai-nilai kemanusian. kemudian kemampuan intelegensinya dalam membaca situasi menjadi nilai lebih dalam menentukan sikapnya pada pelbagai macam Gerakan demonstrasi mahasiswa dikala itu, kalau kata Aristedes K, Gie seorang Nature Leader, yang artinya dimana tempat dia selalu menjadi magnet bagi para mahasiswa lainnya. kelebihannya dalam mengorganisir baik dari kalangan mahasiwa maupun organaisasi luar kampus menjadi bukti kalau Soe Hok Gie memang mempunya nalar dan kemampuan yang jarang sekali dimiliki oleh pemuda-pemuda Indonesia kala itu.

Di usia Soe Hok Gie yang belum genap 17 tahun dalam catatan hariannya Kamis, 10 Desember 1959, Gie sudah berani mengungkapkan ketidak sukaannya kepada Soekarno yang terkesan tidak peduli pada penderitaan rakyat dan cenderung hidup mewah sebagaimana layaknya raja-raja jawa, kebenciannya itu dilatar belakangi oleh satu peristiwa dimana dalam perjalannya, Gie bertemu gelandangan yang memakan kulit mangga dikeranjang sampah disekitar jalan yang hanya berjarak 2KM dari Istana Presiden, sehingga Gie kemudian berpendapat bahwa “Generasi kita ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau. Generasi kita yang menjadi hakim atas mereka yang dituduh koruptor-koruptor tua” kemudian dalam catatannya juga Gie menegaskan kalau “Semuanya pemimpin-pemimpin yang harus ditembak dilapangan banteng”. Pada usia yang belum begitu matang ketika di zaman itu Gie sudah memiliki kesadaran politik yang begitu besar untuk bangsa Indonesia serta kepekaan terhadap situasi politik dan kondisi ekonomi rakyat Indonesia yang pada masa itu sangatlah sulit, sampai-sampai ada orang yang karena lapar dan dengan sadar memakan kulit mangga hanya demi mengganjal perutnya yang kelaparan membuat Gie miris dan marah pada gaya kepempimpinan Soekarno serta antek-anteknya.

Dari catatan Gie, Kita bisa membayangkan betapa sulitnya situasi bangsa Indonesia pada waktu itu, dimana rakyatnya sangatlah sulit untuk sekedar dapat makan dan pekerjaan. Hingga Gie pun muak dengan propaganda Pemerintah terkait kondisi bangsa yang disiarkan melalui radio-radio saat itu dan Kembali berucap bahwa “Kebenaran Cuma ada di langit, Dunia hanyalah palsu, palsu”. Artinya Gie sudah sangatlah muak dengan kebohongan dan cenderung menutupi penderitaan rakyat yang pada hakikatnya hidup melarat.

Dari tulisan-tulisan Gie kita banyak belajar kejujuran dan idealisme dan konsekuensinya tentang hidup, hingga kemudian memahami suatu kondisi bangsa, kondisi ekonomi dan politik saat itu, keberaniannya untuk menentang ketidakadilan kemudian dituangkan dalam bentuk gagasan untuk merumuskan Gerakan Demonstrasi dalam menentang serta melawan Hegemoni Kekuasaan yang tidak berpihak pada rakyat . Walaupun sikap politiknya yang terkesan anti kompromi seringkali menjadikan posisinya harus tersingkir dan di musuhi  oleh teman-temannya, namun kejujurannya dalam bersikap serta strategi politiknya, dan gagasan-gagasan besarnya tentang cara bernegara masih sangat relevan untuk selalu di diskusikan hingga saat ini karena masih sangat rasional dan metodelogis.

Tidak sedikit pemuda hari ini yang membaca karya tulis dan gagasan-gagasan Gie menjadi spirit dan semangat yang tak lekang oleh waktu, kejujuran serta ketegasannya menjadi tolok ukur dalam perlawanan atas kesewenang-wenangan pemimpin dalam menjalankan roda kepemerintahan.

Kematian Soe Hok Gie. sumber https://www.google.com/search?q=soe+hok+gie
Kematian Soe Hok Gie. sumber https://www.google.com/search?q=soe+hok+gie

Soe Hok Gie meninggal saat mendaki Gunung Semeru pada 16 Desember 1969 atau sehari jelang ulang tahunnya yang ke-27. Gie meninggal bersama rekannya Idhan Lubis karena menghirup gas beracun di puncak Gunung Semeru, Masih sangat muda, Seorang pejuang intelektual dan sangat bersahaja yang selalu memegang prinsip-prinsip kemanusian kemudian harus meninggal dalam kesepian dan meninggalkan kesunyian bagi sahabat-sahabat-nya.

53 Tahun lalu Soe Hok Gie meninggalkan kita semua, Namun mimpinya terhadap bangsa ini akan terus hidup dan berkobar disetiap jasad manusia yang menentang dan terus memperjuangkan keadalian. Jasadnya boleh saja mati dan menjadi abu, namun gagasan Gie telah mengkristal dihati pemuda-pemuda indonesia dan terus hidup pada setiap insan yang haus akan kedamaian serta kerukunan dan menolak tunduk pada segala bentuk keserakahan dan penindasan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun