Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Macet Syantik

19 Juni 2018   11:50 Diperbarui: 19 Juni 2018   12:05 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pandangan pertama Ceboy dan Ceby saat kampanye pilpres 2014. Keduanya pendukung Jokowi.  Lebih mudah menyatukan visi misi mahligai rumah tangga tanpa direpotkan koalisi. Sehari setelah pelantikan Pak Jokowi keduanya menikah.

Sampai sekarang belum dikarunai momongan. Bukan itu yang membuat kerap keduanya bertengkar kecil-kecilan. Bermula dari pindah rumah di perumahan  menengah keatas. Ceby bergaul akrab dengan emak-emak militan.  Niatnya sih Ceby ingin mempengaruhi emak-emak militan yang dengan bangga mempertontonkan kaos tagar ganti presiden, tapi malah Ceby yang terpengaruh.

Ceby mulai terang-terangan  mengkritisi beberapa  kebijakan pemerintah Jokowi di hadapan Ceboy.  Tapi sejauh ini Ceby tetap konsisten pada Jokowi 2 priode. Mendukung menurut Ceby bukan berarti tidak boleh mengkritisi. Menurut Ceby, para pembantu presiden harus dikritisi agar kebijakannya tidak malah menampar kewibawaan presiden. Para pengamat gang senggol bilang, Ceby lebih realistis ketimbang Ceboy, suaminya.

Satu hal yang disepakati keduanya, tabu bicara politik di kamar tidur. Disamping menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya, tentu saja yang utama akan mengganggu hubungan asmara. Politisasi ranjang harus dikubur di kolong tempat tidur.  

Kalau hubungan bilateral, tidak ada masalah. Walaupun keduanya bekerja mereka tidak pernah mempermasalahkan soal uang siapa. Uang adalah milik  bersama, digunakan untuk seluas-luasnya kemakmuran rumah tangga.

Setiap jelang lebaran, keduanya pulang mudik. Walau masih satu provinsi, daerah orang tua Ceboy cukup jauh dari daerah orang tua Ceby. Tapi keduanya bersilaturahim kepada kedua orang tuanya dengan hati suasana ceria. Mereka menganggap mudik sebagai bulan madu dengan cara lain. Kemacetan saat mudik merupakan romantika perjalanan yang tidak akan ditemukan pada bulan-bulan lainnya. Kemacetan itu indah.

Tapi tahun ini ceby merasa terganggu dengan ulah rekan-rekan seperjuangannya yang mengklaim jalan tol seolah milik pribadi Pak Jokowi. Ditambah lagi ada spanduk yang ngarang, mudik lancar berkat Jokowi.

" Teman-teman kita yang bikin Pak De dibully. Jalan tol bukan milik perorangan, " Ceby bersungut sambil memasukkan pakaian ke dalam koper. " Siapa saja berhak melewati jalan tol asal bayar. "

Sambil senyum Ceboy menimpali, " Jangan membaca spanduk itu apa adanya. Itu kan bahasa satir. Biar para Kampret sadar, jangan bisanya ngeritik saja. Infrastruktur kan sudah diakui oleh masyarakat sebagai keberhasilan Pak De. Itu pesannya. "

" Soal mudik lancar gimana? Satir juga? Mana ada mudik yang lancar? Siapapun presidennya, mudik ya tetap macet. Bukan mudik namanya kalau nggak macet. "

Sambil memasukkan barang bawaan kedalam kardus, Ceboy kembali menimpali, " Harus ada perbandingan lah dengan tahun-tahun sebelumnya. Kalau dulu macetnya parah, sekarang macetnya nggak parah-parah amat. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun