Mahesh, pemilik toko karpet di wilayah jalan Fatmawati tergugah  hatinya untuk mendahuli kepentingan warga Jakarta ketimbang kepentingan  dirinya sendiri. Mahesh dan sejumlah warga lain adalah pemilik lahan  yang selama ini menuntut Pemprov DKI Jakarta di pengadilan. Dan itu  cukup membuat Ahok berang, bludrek. Sudah bisa ditebak, Pak Walikota  jadi sasaran kemarahan  Ahok. Tapi tetap saja Pak Mahsesh bergeming,  walikota tambah pusing.  Jangan bongkar  dulu sebelum ada keputusan pengadilan. Walhasil pembangunan MRT yang  untuk kepentingan orang banyak  itu terhenti sejenak.
 Kompas.com memberitakan, tak sampai satu jam Anies berhasil menggugah kesadaran Mahesh.Â
 -----------------------------
"Jadi boleh nih ya eksekusi," tanya Anies.Â
 "Boleh, bongkar sekarang juga boleh, Pak. Sekarang saya ajak Bapak, saya lebih senang," jawab Mahesh.Â
 Setelah itu, keduanya mendatangi toko milik Mahesh. Dalam perjalanan  itu, seorang pemilik lahan lain yang juga berseteru dengan Pemprov DKI  ikut menghampiri Anies. Pria tersebut menegaskan kepada Anies bahwa  hanya Mahesh yang membuat kesepakatan. Dia memilih untuk menunggu proses  di pengadilan.Â
 "Hanya Mahesh punya ya, Pak," kata pria itu.Â
 "Enggak apa-apa, biar jadi contoh," kata Anies.
 Setelah itu, Anies dan Mahesh secara simbolis membongkar toko yang  selama ini belum bisa dieksekusi. Keduanya bersama-sama memegang sebuah  martil besi dan merusak bagian pagarnya. Setelah itu mereka semua  bersalaman. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno langsung memeluk  Mahesh.Â
 "You are hero of the month," kata Sandi
---------------------------------
 Hanya dalam hitungan hari, pidato heroik Anies Baswedan membuahkan  hasil. Semangat pribumi menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Semangat  pribumi menjadi pahlawan bagi orang-orang sekelilingnya. Maju kotanya, bahagia warganya.
 Siapa pribumi?
Siapa saja warga negara Indonesia yang mendahuli kepentingan bangsa daripada kepentingan dirinya sendiri.