Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahasa Lenong Kecebong

22 September 2017   08:49 Diperbarui: 22 September 2017   08:54 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Salah satu yang bikin saya betah menjadi pengamat Kecebong adalah  kejutan.  Biasanya pada bulan september  para Kecebong berperilaku lebih  tenang dibanding bulan lainnya. Lebih banyak bergerombol sambil  tiarap  di pojokan. Apakah sedang menyatukan IQ atau entah apa.

 Belum  selesai penelitian saya mencari penyebab mereka tiarap tiap bulan  september, tiba-tiba saya mendapat kejutan, para Kecebong entah sebab  apa seperti cacing kepanasan. Ini masih bulan september. Ada apa?

 Eh, ternyata gara-gara tanpa sengaja saya setengah teriak, "Emang gue  pikirin!" Saya mencoba beberapa kali berteriak, "emang gue pikrin! "  Sebanyak itu pula Kecebong belingsatan. Ada apa dengan "emang gue  pikirin? " 

 Biasanya di luar dunia kolam  ada dunia yang nyambung  dengan perilaku dunia kolam. Namanya bumi terbalik. Planetnya sih masih  sama, cuma perilaku Kecebong dunia luar kolam yang sering  terbolak-balik. Perlu saya kasih tahu. Kalau di  salah satu daerah  di  Banten ada suku dalam dan  suku luar. Suku dalam komunitas Kecebong   sebut saja  suku dalam kolam. Suku luar sebut saja suku bumi  terbalik.

 Suku bumi  terbalik sedang dibuat belingsatan oleh ucapan petinggi  militer yang dengan entengnya bilang, "Emang gue pikirin..." Padahal itu  ujaran yang sangat umum, nggak ada anehnya. Menurut suku bumi  terbalik  itu lebih pantas diucapkan oleh pemain lenong.  Ada juga yang bilang  ujaran yang tidak elegan.

 Saya memang selalu sulit memahami   jalan pikiran suku bumi terbalik. Secara umum, bahasa panggung lenong   adalah ujaran yang lugas tanpa tedeng aling-aling. Jujur, apa adanya.  Dialek Betawi  ya memang begitu. Kalau ada pejabat yang meminjam bahasa  lenong berarti dia ingin bicara jujur. Secara umum begitu.

  Persoalan yang ditanyakan pada pejabat militer itu persoalan yang sudah  berkali-kali diputar balikan tanpa fakta. Lebih tepatnya, fakta yang  diputar balik. Dan itu sudah berlangsung cukup lama. Mau jawaban apa  lagi? Semakin dijawab secara detail,  secara elegan, semakin mereka   semangat memutar balikan fakta. Sampai-sampai kejahatan ingin ditutupi  hanya dengan asap rokok. Nggak jelas banget. Menjawab orang-orang ngeyel  kaya gitu memang diperlukan jawaban ala lenong, "emang gue pikirin..."

 Effeknya,  gantian mereka mikir. Emang enak. "Emang gue pikirin"  membuat mereka berusaha berpikir keras  buat melancarkan serangan  berikutnya. Tapi mau menyerang dari arah mana? Semua pintu sudah  tertutup dengan jawaban, "emang gue pikrin. " Giliran elu sekarang yang  mikir. Kira-kira begitulah.

 Beda lagi  perlakuan bahasa lenong  yang juga diucapkan oleh pejabat  pujaan suku bumi terbalik. " Gue  beguk! "  " Kalau ada setan yang nongol, gue gebuk! "  Bahasa itu sontak  mendapat tepuk tangan meriah suku bumi terbalik. 

 Padahal " gue  gebuk" adalah salah satu bahasa lenong yang tidak jujur. Kalau ada  pemain lenong bilang, " Bakalan gue gebuk die!" Atau, "Gue gebuk,lu!"  Itu cuma bahasa gertak sambal. Kalau jagoan lenong preman mau menggebuk  seseorang tidak pake ngomong dulu, langsung gebuk aje. Atau kalau mau  mencapai ketegangan, pake mantun dulu, habis itu langsung gedebak  gedebuk.

 Makanya jangan heran kalau ada yang bilang, " Kalau ada  setan yang nongol, gue nggak pake tanya, langsung gue gebuk! " Pas Setan  datang, nggak bakalan dia gebuk. Kalau nggak kabur ya pelanga-pelongo.  Paling banter ,ngeles. Hmmm...salah copas bahasa lenong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun