Mohon tunggu...
Nurul Bayti
Nurul Bayti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Financial

Rupiah Melemah, Butuh Solusi

12 September 2018   05:57 Diperbarui: 12 September 2018   07:16 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rupiah Melemah, Butuh Solusi

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini dibuka pada level 14.835 per Dolar Amerika Serikat (AS), melemah tipis dibandingkan penutupan sebelumnya di posisi 14.820.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan pelemahan nilai tukar saat ini berbeda dengan kondisi pada 1998. Pelemahan yang terjadi saat ini juga terjadi di negara lain.

"Enggak perlu dikhawatirkan karena negara lain juga melemah. Bahkan jauh lebih daripada kita. Negara seperti Australia juga melemah sama dengan kita, Selandia Baru juga melemah sama seperti kita," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/9/2018).

Bukan dengan Membandingkan

Ya, bisa dikatakan pembenaran. Terhadap kondisi yang terjai di negeri ini. Padahal Melemahnya nilai rupiah, berimbas pada banyak hal. Kenaikan harga kebutuhan pokok. Transportasi mahal. Naiknya BBM (bahan bakar minyak). Biaya sekolah ikut naik. Bahkan biaya  kesehatan pun turut kena imbasnya.

Mencari pembanding antara Indonesia dengan negara lain. Rasanya bukan solusi. Terlebih negara yang dijadikan pembanding. Secara kekayaan alam, jauh di bawah Indonesia. Sehingga bukan perbandingan aple to aple. Tak sekelas lah bahasa sederhananya.

Melemahnya rupiah tahun ini. Bukan kali pertamanya. Namun di tahun inilah nilai rupiah justru tak berarti. Sampai menembus angka hampir Rp 15.000 per 1 $. Rasanya gak ada nilainya mata uang kita.

Uang kertas menjadi salah satu penyebab menurunnya nilai rupiah. Mata uang yang tidak memiliki nilai intrisnsik pada bendanya. Sehingga ketika uang hilang atau terbakar. Menjadi tidak berarti. Sifat mata uang kertas ini, akan sama dengan kertas-kertas biasa. Jika hilang, rusak atau terbakar menjadi tak bernilai.

Menstandarkan mata uang rupiah dengan mata uang dollar. Menjadi masalah berikutnya. Saat kondisi dollar membaik, stabil ekonominya, politik tak bergejolak. Justru saat itulah mata uang kita akan melemah. Sebaliknya jika kondisi rupiah membaik, ekonomi stabil, gejolak poltik tak nampak. 

Rupiah akan menguat. Ini semua bisa terjadi karena permainan di bursa. Iya pasar uang yang menjadi standar lemah dan kuatnya mata uang. Semuanya bisa dibuat. Tergantung siapa yang punya kepentingan.

Kembali ke Emas dan Perak

Saat uang kertas punya banyak kelemahan. Terlebih uang kertas yang tidak dijamin dengan emas. Inilah yang sering mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi. Inflasi mudah terjadi. Bahkan harga-harga berbagai komiditi ikut meninggi. Kembali ke mata uang emas dan perak menjadi pilihan tepat. Kenapa harus mata uang emas dan perak? Ada beberapa keunggulan mata uang emas jika diterapkan diantaranya:

Pertama, mata uang emas dan perak memiliki nilai intrinsik pada dirinya sendiri. Berbeda dengan uang kertas. Yang tak memiliki nilai intrinsik pada barangnya.

Kedua, mata uang emas dan perak akan menjaga kestabilan moneter. Dengan menggunakan mata uang emas dan perak. Suatu negara tidak akan seenaknya mencetak jumlah uang yang beredar. Jumlah uang yang dicetak ya berdasar cadangan emas dan perak dari suatu negara tersebut. Sehingga tidak akan terjadi inflasi.

Ketiga, mata uang emas dan perak akan menciptakan keseimnangan neraca ekonomi antar negara. Sehingga tidak ada campur tangan bank sentral. Mekanisme ini disebut automatic adjusmen (penyesuaian otomatis) yang bekerja untuk menyelesaikan ketekoran dalam perdagangan.

Keunggulan mata uang emas dan perak ini masih banyak lagi. Pilhannya adalah mau atau tidaknya suatu negara kembali ke mata uang emas dan perak. Sebagai pilihan terbaik untuk menyelamatkan perekonomian rakyat. Pastinya juga kembali ke sistem ekonomi Islam yang akan menjaga kestabilan kebutuhan hidup rakyat. Dan mengantarkan pada kesejahteraan rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun