Mohon tunggu...
Baldus Sae
Baldus Sae Mohon Tunggu... Penulis - Dekonstruktionis Jalang

Pemuda kampung. Tutor FIlsafat di Superprof. Jurnalis dan Blogger. Eks Field Education Consultant Ruangguru. Alumnus Filsafat Unwira. Bisa dihubungi via E-mail baldussae94@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bunda Ratu: Melawan Seksisme dan Androsentrisme

18 November 2020   22:01 Diperbarui: 18 November 2020   22:02 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang perempuan Sumba yang berkiprah dalam dunia politik tentunya tidak terlepas dari sosok seorang Ratu Ngadu Bonu Wulla,ST. Srikandi partai NasDem ini merupakan Anggota Komisi IX DPR RI dari Daerah Pemilihan (dapil) NTT II. Kiprahnya dalam dunia politiklah yang menjadi inspirasi tulisan ini.

Politik dalam praksisnya diidentikkan dengan dunia kaum laki-laki. Sementara kaum perempuan dianggap tidak memiliki kompetensi lebih untuk berkiprah di dunia politik. Kompetensi perempuan adalah di wilayah privat semisal dapur, kasur dan sumur. Dengannya, keterlibatan perempuan di dunia politik dilihat sebagai suatu keganjilan.

Pemahaman yang demikian, dikondisikan oleh adanya paham seksisme dan androsentrisme dalam konstruksi kebudayaan kita. Seksisme menekankan determinisme biologis sebagai dasar penentuan peran perempuan dalam pelbagai bidang kehidupan. Kedudukan perempuan dianggap setingkat lebih rendah dari laki-laki. Hal ini mengokohkan relasi dominasi  laki-laki atas perempuan.

Segala sesuatu yang bertalian dengan kaum laki-laki menjadi hukum, sedang apa yang berpautan dengan kaum perempuan hanyalah kekecualian, itulah androsentrisme. Dengan demikian, androsentrisme mengafirmasi pemberlakuan kaidah laki-laki sebagai kaidah manusia.

Konstruksi kebudayaan seperti ini nampak jelas dalam praktek kebudayaan masyarakat Sumba yang berciri patriakhat. Laki-laki dipandang lebih unggul daripada perempuan. Konstruk pemahaman yang demikian turut berimbas pada keterlibatan perempuan dalam dunia politik. Jangankan mencalonkan diri dalam Pileg, hak pilihnya saja ditentukan oleh laki-laki (suami misalnya).

Di hadapan konstruksi kebudayaan yang demikian, dibutuhkan keberanian yang cukup untuk menumbangkan seksisme dan androsentrisme. Bahwasannya perempuan (Sumba khususnya) sungguh menyadari kesetaraannya dengan kaum laki-laki. Sama-sama memiliki hak politik untuk memilih dan dipilih.

img-20201113-wa0008-5fb535f33a70033653232452.jpg
img-20201113-wa0008-5fb535f33a70033653232452.jpg
Potret perlawanan yang demikian menyata dalam diri Ratu Ngadu Bonu Wulla,ST. Bunda Ratu, demikian sapaan akrabnya yang kini menjadi anggota Komisi IX DPR RI dari fraksi NasDem merupakan representasi kebangkitan perempuan Sumba dalam dunia politik. Kehadirannya di Parlemen membuktikan kualitasnya sebagai perempuan Sumba untuk turut berkontribusi membangun negeri tercinta ini.

Sebagai Legislator dari Daerah Pemilihan II NTT, Bunda Ratu gigih memperjuangkan aspirasi rakyat di sidang-sidang dewan. Masa reses pun ia manfaatkan semaksimal mungkin untuk melakukan kunjungan ke daerah-daerah pemilihan, melakukan sosialisasi-sosialisasi, memberikan bantuan sembari menyerap aspirasi dari rakyat yang diwakilinya.

Beberapa waktu lalu dalam masa resesnya pada masa Sidang Pertama Tahun Sidang 2020-2021, Bunda Ratu banyak sekali melakukan kunjungan dapil dan sosialisasi dan beberapa kegiatan lainnya di Dapil NTT II. Melelahkan, tentu iya. Tetapi komitmennya sebagai wakil rakyat untuk terus berjuang tak pernah ia padamkan.

Setelah melewati serangkaian kegiatan semasa reses, kemarin (17/11/20), Bunda Ratu kembali beraktivitas di Senayan. Sebagai Anggota Komisi IX DPR RI Bunda Ratu hadir dalam Rapat Kerja dengan Menteri Kesehatan dan Rapat Dengar Pendapat dengan Ketua Pelaksana komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional dan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

Sepak terjang Bunda Ratu selama ini sedikit banyak membalikkan pemahaman kita tentang politik. Bahwa politik bukan melulu urusan kaum laki-laki dan politik tak selalu identik dengan kotor atau dunia tipu-tipu. Kehadiran Bunda Ratu memberi angin segar kepada kita bahwa politik adalah seni memainkan peran untuk kemaslahatan hidup khalayak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun