Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Estetika Hukum (3)

10 Desember 2023   19:29 Diperbarui: 10 Desember 2023   19:52 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa Itu Estetika Hukumn (3)

Michel Foucault yang merinci penjelasannya tentang estetika keberadaan dan etika pasca-metafisik, kini kita memiliki garis besar kerangka analitis Foucaultian yang komprehensif. Skema analitis Foucault disusun berdasarkan tiga pengamatan yang saling bergantung. Pertama, subjek dibentuk melalui relasi kekuatan diskursif dan material yang disebut Foucault sebagai kekuatan disiplin. Kedua, meskipun seseorang tidak bisa lepas dari kekuasaan disipliner, terdapat banyak tempat perlawanan yang dapat mereka terima. Dan ketiga, tujuan normatif perlawanan dan kehidupan ditemukan dalam upaya transformasi estetika dan penciptaan diri secara sadar  disebut Foucault sebagai etika. Bagi Foucault, filsafat, kritik, dan tulisan adalah alat agonistik dan kreatif dalam praktik dan pengembangan apa yang disebutnya 'seni kehidupan'.

Dalam Franz Kafka dan Michel Foucault: Power, Resistance, and the Art of Self-Creation,   mengkaji proyek holistik Foucault dan menerapkannya pada interpretasi kritis atas tulisan Kafka. Pada Bagian I, Dungey berpendapat bahwa dalam karya Kafka, "In the Penal Colony," dan The Trial, kita menemukan bukti kehadiran dan pengoperasian kekuatan disiplin, strategi, dan bentuk subjektivitas. "In the Penal Colony" dan The Trial memamerkan tema sentral analisis distopia Foucault tentang rasionalitas, subjektivitas, dan politik Pencerahan. 

Pada Bagian II, Dungey beralih dari analisis silsilah kekuasaan disipliner dan subjektivitas dalam literatur Kafka ke pemeriksaan catatan Foucault tentang perlawanan, estetika keberadaan, dan etika. Beralih ke surat-surat dan entri buku harian Kafka yang sangat banyak, Dungey mengidentifikasi cara kerja surat-surat dan buku harian Kafka sebagai strategi perlawanan terhadap norma-norma dan ekspektasi disipliner dan pada akhirnya berfungsi sebagai sarana artistik yang melaluinya Kafka mengupayakan suatu bentuk kreasi diri estetis yang disebutnya kehidupan sebagai sastra. .

Franz Kafka   (3 Juli 1883 3 Juni 1924) adalah seorang novelis dan penulis cerita pendek Bohemia berbahasa Jerman yang tinggal di Praha,  yang secara luas dianggap sebagai salah satu tokoh utama sastra abad ke-20. Karyanya memadukan unsur realisme dan fantasi. Film ini biasanya menampilkan protagonis terisolasi yang menghadapi kesulitan aneh atau surealis serta kekuatan sosio- birokrasi yang tidak dapat dipahami   telah ditafsirkan sebagai mengeksplorasi tema keterasingan, kecemasan eksistensial, rasa bersalah,  dan absurditas.   Karya-karyanya yang paling terkenal termasuk novel The Metamorphosis dan novel The Trial dan The Castle. Istilah Kafkaesque masuk ke dalam bahasa Inggris untuk menggambarkan situasi absurd seperti yang digambarkan dalam tulisannya.


Tema  Hukum dalam penafsirannya seperti yang dicontohkan dalam cerita pendek penuh teka-teki karya Franz Kafka, Before the Law. Kisah  filosofis Before the Law, Franz Kafka (3 July 1883 3 June 1924) memunculkan meditasi mendalam tentang sifat misterius hukum dan hubungannya dengan individu. Narasi misterius ini terungkap ketika seorang pria dari pedesaan berusaha untuk masuk ke dunia hukum yang sulit dipahami, namun berkali-kali digagalkan oleh penjaga gerbang yang menawarkan kepadanya janji abadi untuk masuk di masa depan.

'Before the Law' karya Franz Kafka adalah sebuah karya yang berbicara tentang jalinan interdisipliner antara Sastra dan Hukum dengan mendasarkannya pada karya terkenal Franz Kafka 'Before the Law' dan bagaimana Kafka menggunakan bentuk sebuah perumpamaan untuk menggambarkan beberapa kemungkinan interpretasi yang mungkin terjadi baik dalam Hukum maupun sastra. Makalah ini sekaligus membahas batasan-batasan antara Hukum dan sastra, sekaligus membahas bagaimana keduanya pada hakikatnya sama, meskipun bertentangan dalam beberapa hal. Keduanya berhubungan dengan idealisasi umat manusia dan masyarakat, namun ada lebih banyak emosi dalam Sastra sementara ada lebih banyak alasan dalam Hukum.

Kisah tentang pria yang mencoba memasuki pintu hukum, namun akhirnya gagal dan mencapai tahap berpuas diri dan penjaga gerbang kasar yang menolak akses pria tersebut ke Hukum membuat pembaca memiliki gambaran klasik tentang hubungan antara orang biasa dan orang biasa. Hukum dalam kenyataan. Kerinduan untuk melampaui batasan-batasan hukum sangat jelas terlihat, namun yang terpenting dalam perumpamaan Kafka, manusia tidak melepaskan diri dari belenggu; dia menyangkal kehidupan dengan menunggu seluruh hidupnya di hadapan hukum. Intinya, esai ini akan membahas peran perumpamaan dalam menyampaikan hubungan antara sastra dan Hukum serta bagaimana keduanya merupakan pintu terbuka bagi penafsiran. 

Saat pria itu menunggu tanpa kenal lelah, hidupnya surut, dan dia mengajukan pertanyaan kepada penjaga gerbang tentang tidak adanya pencari lainnya. Sebagai tanggapan, penjaga gerbang memberinya wahyu samar, memberitahukan kepadanya  "Di sini tidak ada orang lain yang bisa masuk, karena pintu masuk ini hanya diberikan kepada Anda. Saya akan menutupnya sekarang." Pernyataan yang tidak dapat ditembus ini berfungsi untuk menyoroti asumsi yang salah dari orang-orang dari negara yang percaya pada sifat obyektif hukum sebagai entitas nyata yang dapat diakses melalui satu titik masuk.

Tanggapan penjaga gerbang menekankan sifat subyektif dan dinamis dari undang-undang tersebut, yang menunjukkan  pintu masuk tidak pernah merupakan pintu gerbang yang dapat diakses secara universal namun khusus diperuntukkan bagi orang-orang dari pedesaan. Oleh karena itu, keunikan dan subjektivitas individu selalu berperan dalam membentuk hukum, dan mengabaikan segala kepura-puraan obyektif yang mungkin ada.

Before the Law karya Kafka memberikan pengingat penting akan kompleksitas dan keanehan keberadaan manusia serta lemahnya hubungan antara individu dan institusi yang mengaturnya. Pada akhirnya, hukum tetaplah sebuah entitas yang tidak berwujud dan selalu berubah, yang dibentuk oleh politik dan tindakan individu di dalam dan di luar bidangnya, sebuah kenyataan yang terlambat disadari oleh orang-orang dari negara tersebut.

Cerpen Franz Kafka, Before the Law, menyajikan narasi yang berbelit-belit dan sulit dipahami yang berupaya menjelaskan aspek-aspek misterius dari pengalaman manusia. Kisah ini menceritakan pengembaraan seorang pria yang bercita-cita untuk masuk ke dalam hukum, namun meski menunggu seumur hidupnya, aksesnya terus-menerus ditolak oleh penjaga gerbang. Kafka menggunakan alegori ini untuk mengeksplorasi tema-tema filosofis kompleks yang telah membingungkan umat manusia sepanjang sejarah.

Inti cerita terletak pada karakter pria yang gigih mencari akses terhadap hukum. Dia mewujudkan pencarian abadi umat manusia akan pengetahuan dan pemahaman tentang dunia dan misterinya. Kafka menggunakan upaya gigih pria tersebut untuk mendapatkan akses sebagai simbol dari berbagai rintangan dan seluk-beluk dalam memperoleh pengetahuan. Terlepas dari semangat pria tersebut, dia terus-menerus digagalkan oleh penjaga gerbang, yang menggunakan kekuasaannya sebagai sosok yang berwibawa untuk menolak permintaan pria tersebut.

Dengan mengambil perspektif ontologis Martin Heidegger, kita dapat memberikan panduan bijak mengenai pernyataan, "Ketekunan itu penting, namun tidak selalu cukup," dalam konteks kisah Franz Kafka, Before the Law. Heidegger berpendapat  keberadaan manusia dicirikan oleh perasaan primordial yang terlempar ke dalam dunia, atau manifestasi pengalaman berada dalam lingkungan sejarah dan budaya tertentu, yang mana kita memiliki kendali terbatas. Keterlemparan ini menunjukkan  kehidupan kita dibentuk oleh faktor-faktor di luar kemauan individu kita, seperti kebiasaan sosial, peristiwa sejarah, dan batas-batas kematian kita sendiri.

Melalui kacamata paradigmatik ini, seseorang dapat memahami  kegigihan saja tidak cukup untuk menjamin kemenangan atau kepuasan dalam hidup. Sebaliknya, kita harus mengembangkan pendekatan yang lebih bernuansa yang mengakui keterbatasan lembaga kita sendiri dan peran kekuatan sosial dan sejarah yang lebih luas dalam menentukan lintasan kita  sesuatu yang tidak dilakukan oleh tokoh utama. Salah satu pendekatan tersebut adalah dengan menumbuhkan kesadaran diri dan keaslian yang lebih dalam, yang menurut Heidegger sangat penting untuk menjalani keberadaan yang otentik dan bermakna. Dengan melakukan introspeksi, kita dapat merefleksikan nilai-nilai, aspirasi, dan motivasi kita sendiri, memungkinkan kita untuk mengadopsi pendekatan yang lebih hati-hati dalam hidup kita yang mempertimbangkan hak pilihan pribadi kita dan konteks sosial dan sejarah yang lebih luas di mana kita berada.

Pada saat yang sama, kita harus menyadari  hidup kita tidak sepenuhnya sesuai dengan keinginan kita, dan  kejadian yang tidak disengaja serta kekuatan sosial yang lebih luas dapat berdampak secara tidak terduga pada kehidupan kita. Hal ini memerlukan ketekunan yang harus dilengkapi dengan kemauan untuk beradaptasi, tetap menerima kemungkinan-kemungkinan baru, dan menerima keterbatasan usaha kita sendiri.

Kesimpulannya, menjalani kehidupan yang memuaskan memerlukan pengembangan keseimbangan antara ketekunan dan penerimaan, hak pilihan dan keterlemparan, serta kemauan individu dan kekuatan sosial dan sejarah yang lebih luas. Dengan melakukan hal ini, kita dapat menghadapi tantangan dan ketidakpastian hidup dengan lebih bijak, tangguh, dan autentik.

Penjaga gerbang mewakili konstruksi otoritas dan kekuasaan yang ada di mana-mana dan tidak berwujud yang selalu mengendalikan akses terhadap pengetahuan. Perannya sebagai penjaga gerbang memberinya kemampuan untuk mengontrol arus informasi dan menentukan siapa yang diizinkan masuk. Penggambaran Kafka sebagai penjaga gerbang menggambarkan perjuangan antara kerinduan akan pengetahuan dan dominasi kekuasaan. Sepanjang sejarah, individu telah bergulat dengan perjuangan ini ketika mereka mengejar pemahaman namun menghadapi perlawanan dari mereka yang memiliki otoritas.

Dengan mengambil wawasan dari pandangan filosofis Martin Heidegger dan narasi Before the Law karya Franz Kafka, kita wajib mengakui  otoritas dapat menjadi penghalang besar bagi kemajuan. Heidegger berpendapat  pemahaman kita tentang dunia secara inheren dibentuk oleh struktur dan sistem kekuasaan yang ada di dalamnya. Struktur-struktur ini, seringkali tidak berwujud atau dianggap remeh, mempengaruhi persepsi dan tindakan kita dengan kemanjuran yang luar biasa.

Protagonis dalam cerita Kafka dihadapkan pada penjaga gerbang yang merupakan sosok otoritas yang klasik. Meskipun sang protagonis berupaya tanpa henti untuk mendapatkan izin hukum, penjaga gerbang tetap menjadi hambatan yang tidak dapat diatasi. Dari sudut pandang Heidegger, narasi ini dapat ditafsirkan sebagai metafora tentang bagaimana otoritas dapat membatasi kapasitas kita untuk mendapatkan akses atau terlibat dengan aspek-aspek realitas tertentu.

Maka, nasihat yang sangat penting adalah  kita harus tetap waspada dalam mengamati dan mempertanyakan otoritas kapan pun hal itu dianggap sebagai penghalang kemajuan. Hal ini mungkin memerlukan advokasi untuk transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar dalam sistem kekuasaan yang membentuk keberadaan kita, atau mencari sudut pandang dan suara alternatif yang dapat membantu kita melampaui batasan status quo.

Pada saat yang sama, penting untuk menyadari  otoritas dapat berfungsi sebagai sumber bimbingan dan inspirasi. Jika diterapkan secara hati-hati, hal ini dapat memberikan kerangka kerja sama dan kolaborasi yang memungkinkan kita mencapai tujuan bersama dan mencapai kemajuan bersama. Inti permasalahannya adalah mencapai keseimbangan antara menghormati otoritas sah pihak lain dan mewaspadai potensi penyalahgunaan kekuasaan yang mungkin timbul ketika otoritas dibiarkan tidak terkendali.

Ketika manusia terus berupaya mencari pengetahuan, kegigihannya berubah menjadi kegelisahan eksistensial. Semakin lama ia menunggu, semakin ia diliputi oleh keraguan dan ketidakpastian mengenai tujuan dan makna hidupnya. Dia mempertanyakan apakah keberadaannya sia-sia, dan apakah dia akan memperoleh pengetahuan yang dia cari. Introspeksi ini mencerminkan kegelisahan masyarakat modern saat ini, di mana individu sering kali merasa terkatung-katung dan terasing di dunia yang tampaknya tak terduga.

Dari sudut pandang filosofis, pencarian pengetahuan merupakan aspek penting dari keberadaan manusia yang telah dipikirkan oleh banyak pemikir bijak sepanjang zaman. Martin Heidegger, seorang filsuf terkemuka, mengemukakan  pencarian pengetahuan bukan semata-mata soal mengumpulkan fakta-fakta empiris dan rincian informasi, namun lebih merupakan perwujudan cara hidup di dunia.

Dengan mempertimbangkan filosofi Heidegger dan Before The Law karya Franz Kafka, saya ingin memberikan nasihat berikut kepada mereka yang memulai pencarian pengetahuan seumur hidup: Yang terpenting, penting untuk memahami  pengetahuan bukanlah tujuan akhir; melainkan merupakan sarana untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang dunia dan posisi kita di dalamnya. Pemahaman ini menuntut kemauan untuk menghadapi keterbatasan pengetahuan kita dan mengakui besarnya apa yang tidak kita pahami.

Kedua, kita harus merangkul ketidakjelasan dan ketidakpastian yang menyertai pencarian pengetahuan. Kisah Before The Law menggambarkan bagaimana pencarian pengetahuan dapat digagalkan oleh kekuatan eksternal di luar pengaruh kita dan bagaimana prasangka dan bias kita sendiri dapat membatasi pemahaman kita terhadap dunia. Untuk terlibat secara autentik dalam pencarian pengetahuan, kita harus siap menantang anggapan kita sendiri dan tetap terbuka terhadap sudut pandang dan gagasan baru.

Terakhir, penting untuk menyadari  pencarian pengetahuan bukanlah upaya yang terisolasi, melainkan upaya kooperatif. Seperti yang dikemukakan Heidegger, pemahaman kita tentang dunia dibentuk oleh pergaulan kita dengan orang lain dan pengalaman kolektif kita. Dengan terlibat dalam wacana dan kerja sama dengan orang lain, kita dapat meningkatkan pemahaman kita tentang dunia dan diri kita sendiri.

Kesimpulannya, pencarian pengetahuan bisa menjadi upaya yang bertahan lama, namun hal ini memerlukan pendekatan yang halus dan mempertimbangkan keterbatasan pengetahuan kita, ketidakjelasan dunia, dan pentingnya berinteraksi dengan orang lain.

Meskipun seluk-beluk dan seluk-beluk kisah ini masih sulit dipahami dan dapat ditafsirkan secara beragam, namun kisah ini memberikan penjelasan yang kuat dan mendalam tentang pentingnya ketekunan yang gigih, introspeksi yang mendalam, dan kerendahan hati yang sederhana dalam upaya mencapai kemajuan pribadi dan komunal. Saya sangat bercita-cita agar kritik ini dapat membekali para pembaca dengan wawasan-wawasan yang tak ternilai dan sumber inspirasi yang melimpah, sehingga mendorong mereka untuk melakukan kontemplasi mendalam terhadap kehidupan mereka sendiri dan lingkungan di mana mereka tinggal. 2012 (Apollo)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun