Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Etika Jawa dan Tafsirnya

22 April 2020   22:04 Diperbarui: 22 April 2020   22:07 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: detikNews Rabu, 22 Apr 2020 16:27 WIB ;

Seperti berita detikNews Rabu, 22 Apr 2020 16:27 WIB ; Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menilai keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang melarang mudik Idul Fitri tahun ini terlambat. Meski demikian, FX Rudy mendukung dan meminta para pejabat juga mematuhi aturan larangan mudik itu.

Ketika ditanya jika pemudik adalah pejabat VIP, yakni sekelas gubernur dan menteri, Rudy meminta mereka tidak ke Solo. Termasuk VVIP atau setingkat presiden dan wakil presiden, Rudy meminta agar tidak ke Solo.

"(VIP) ya karantina. Kalau sudah membuat aturan seperti itu, orang Jakarta jangan ke Solo lah. Biar pun itu VVIP lah," kata Rudy saat ditemui di kawasan Manahan, Solo, Rabu (22/4/2020).

Pertantannya adalah bagimana tafsir "etika Jawa" pada pernayatan Pak Walikota Solo, jika dibatinkan pada isi berita detikcom diatas? terus terang  saya merasa agak prihatin dengan ucapan pejabat publik walikota yang merupakan simbol kebudayaan Jawa atau Indonesia lama.

Idialnya apa yang  disebut sopan santun dengan prinsip "papan, empan, adepan" dalam struktur sikap, gestur tubuh, tindakan, ucapan (3 tingkatan kromo, madyo, dan ngoko); seharusnya kurang pantas dilakukan kepada orang yang lebih tinggi jabatan kedudukan sosial dalam masyarakat atau Lakon Jawani;

Dengan sikap mental atau kesadaran keutamaan Sembah Roso, maka apapun bagi kebudayaan Indonesia lama atau ("Solo, Jogja dan Semarang") maka ucapan pak walikota sampai masuk wilayah ranah publlik meskalipun mungkin ada benarnya tetapi kurang pantas bijaksana dalam sikap kebudayaan dan hirarki lingkaran para punggawa negara; ini bukan soal soal logika atau sembah cipto, tetapi soal Sembah Roso atau {ungguh-ungguh Jawa};

Karena keutamaan etika Jawa Kuna atau Jawani atau Indonesia Lama adalah manusia tegak baik ukurannya adalah menjaga rasa, dan tidak usah mempermalukan atau membuat malu atau tahu malu;  (etika Isin dan Wedi); disetiap mental kesadaran universal pada apa yang dikenal "mendam jero mikul duwur"; 

Dengan olah Rasa yang mapan maka hadirnya sikap keutamaan-nya, menghasilkan apa yang disebut  manusia itu akan bahagia atau non konflik, baik dengan sesama, dengan orang tua atau punya kekuasaan, dengan alam, serta dengan alam gaib. Harmoni bisa tercipta jika manusia mampu mengambil jarak  sikap dan tutur kata yang tidak menimbulkan  konflik terbuka; atau saya sebut sebagai 'etika keselarasan sosial" senantiasa bersikap rukun serta non konflik batin;

Karena pada praksis "Sangkaran Paran" manusia baik bila hidupnya tidak mengacaukan kosmos sekaligus menjaga apa yang disebut "Memayu Hayuning Bawana"; atau dunia baik dan berguna dalam tatananya masing-masing; Caranya adalah dengan metode "Rasa yang Dirasakan" agar pantas menjadi manusia apalagi pada level  para punggawa negara paham apa itu "tata krama (unggah-unggah);

Pada etika Jawa atau Indonesia lama semua kekuasan dan urutanya dari paling bawah sampai paling atas harus ada sikap "manunggaling" atau penyatuan sebagai sistem. Artinya kekuasan entah apapun terutama presiden, raja, perdana menteri, kanselir adalah manifestasi energi kosmos menyeluruh atau sakral simbol cahaya kebaikan alam dan seluruh umat manusia secara universal. Kerena itu maka wajib dihormati, dan memberikan rasa hormat atau respek;

Meskipun demikan pada lain sisi dalam "Etika Wayang" dimungkinkan memang ada tempat  bagi sikap manusia yang kurang baik atau jahat dengan segala pendidikan moral dengan alegori narasi Bima Mencari Air Suci atau mencari air kehidupan keutamaan (air purwita sari). Terima.kasih..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun