Sudah ada 300 orang saya saksikan prosesi pemakaman manusia di beberapa wilayah Tanah air, sudah ada 120 tempat pemakaman saya kunjungi dan rasakan. Ada ribuaan bahkan jutaan batu nisan saya lihat baca namnaya nama-nama mereka yang sudah istirahat kekal, mulai taman makam pahlawan, sampai masyarakat bisa;
Lalu apa yang mungkin dapat menjadi pelajaran sari semua langkah kaki dan perjalanan batin pada peeistiwa-peristiwa tersebut;
(1) kematian tidak dapat diwakili oleh siapapun.Â
(2) kematian itu bersifat niscaya/wajib dijalani semua umat manusia;
(3) kematian itu ada dalam waktu;
Dan pemahaman pada teks  ke (1) kematian itu dilakoni atau dijalain oleh diri sendiri, tidak ada siapapun yang menemanin ketika meninggal atau masuk liang kubur atau ketika di Kremasi;Â
Tidak ditemanin oleh bos kita, teman kita, sahabat kita, orang baik kita, orang tua, anak, istri/suami, musuh kita jika ada, dan siapapun tidak ada yang menemani.
Seorang diri, mandiri, mati sendiri, dimakam sendiri, Â kain kavan sendiri atau peti mati sendiri. Dan kematian adalah tidak ditemanin manusia siapapun, bersifat mutlak dan tidak dapat di wakili; apalagi dilakukan substitusi;
Maka sejatinya siklus  kehidupan, dan kematian ini seharusnya menjadi tanggungjawab pribadi, tanpa menyalahkan siapapun, mau belajar menjadi diri sendiri; sikap tabah, mau menerima yang tidak enak menyedihkan tanpa patah semangat serta bersedia mengampuni kesalahan diri sendiri; melalui cara berani secara kongkrit "menyalahkan diri sendiri";
Jadilah manusia otentik dan memiliki otonomi mengatur diri sendiri karena hal inilah yang akan membebaskan manusia dari kesakitan mental dan luka batin; dan kesiapan diri menghadapi kematian seorang diri;