Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Seks [1]

23 Juli 2018   14:48 Diperbarui: 23 Juli 2018   15:29 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat  Seks

Pada tulisan ini adalah bagian interprestasi riset saya  pada Dua Dinasti di Kerajaan Mataram', yaitu: (1) Dinsti Sanjaya (Sajayavasa), dan (2) Dinasti Sailendra (Sailendravamsa), melakukan 10 riset yang memadai tentang hal ini, bahkan model etnografi juga di butuhkan.  Pada tulisan ini adalah bagian interprestasi riset saya  pada Dua Dinasti di Kerajaan Mataram', yaitu: (1) Dinsti Sanjaya (Sajayavasa), dan (2) Dinasti Sailendra (Sailendravamsa).   Hampir 17 tahun memberikan makna pada kemungkinan riset pada benda-benda artefak ini dalam dimensi filsafat seksuasi pada candi . Penelitian interprestasi hermeneutika pada   (1) Candi Gunung Wukir, Candi Canggal, atau Shiwalingga,  (2) Candi Ngawen, (3) Candi Asu, (4) Candi Pendem,  (5) Candi Lumbung, (6) Pratasti Mantyasih, (7) Candi Gunungsari, (8) Candi Liyangan, (9) Candi Gedong Sangao Ungaran, (10) Candi Dieng. Semua Candi ini berada di Provinsi Jawa Tengah.

Candi-candi ini memiliki kesamaan dengan tema utama riset (Filsafat Seksuasi) pada  riset saya sebanyak 5 topik pada Candi Sukuh, dan Candi  Ceto di Lereng Gunung Lawu, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Diskurus pada candi ini adalah didominasi pada karakter Lingga, dan Yoni atau dikenal dengan Pantheon Wangsa  Tarikh Sanjaya atau pemerintahan Sanjaya adalah salah satu mementum dalam kesejarahan Mataram Kuna atau Jawa Kuna.

Ikon utama Siwa berupa metafora dalam bentuk Lingga-Yoni. Yoni, Lingga symbol wangsa Dinasti  Sanjaya. Yoni adalah vagina atau mxxmxx  alat kelamin wanita, Lingga adalah koxxxtl atau penis pada  lelaki. Pada pada candi yang saya teliti saya sebut sebagai diskurus Lingga Yoni atau Diskurus Seks, atau saya sebut sebagai  Filsafat Seks.

Bagimana hal ini dapat dijelaskan. Tidak mudah menjelaskan hal-hal yang demikian Sakral ini jika tidak dipahami secara dewasa, dan kelimpahan kemampuan lahiriah, batiniah memahami kondisi ini. Maka saya memerlukan penelitian dan kajian hampir 17 tahun, membaca literature masih belum cukup memahami seluruh dimensi riset pada satu Trah Wangsa Sanjaya Mataram Kuna atau Jawa Kuna.

Pada tulisan ini menyampaikan bahan-bahan pokok pikiran yang tidak mudah topic tentang  Episteme tentang Mataram Kuna untuk Wangsa Dinasti Sanjaya dan Syailendra.

Kajian pustaka ranah filsafat Seks, dan Seksuasi  harus menelusuri catatan panjang dalam kajian naskah akademik yang memadai. Berikut ini pendasaran kajian naskah akademik untuk memungkinkan sampai tahap interprestasi pada Pantheon Lingga Yoni dapat dijadikan episteme dan cara memahami dunia dengan bertanggungjawab, dan memenuhi kaidah akademik.

Ke (1) Filsuf paling awal yang tercatat membicarakan soal cinta, seks, dan hasrat  adalah Sappho (610-570) yang hidup pada abad ke-6 SM. Dia hidup  di pulau Lesbos, menulis puisi tentang homoseksual, cinta, dan erotisme. Demikian tatanan Dewa Yunani nama Hesiodos, Afrodit merupakan dewa yang lebih awal daripada dewa-dewa  Olimpus  sebagai dewa cinta atau gerak mendekat, dan tindakan pria memuja Aphrodite atau Dewi Cinta gairah, dan seks.  Atau dalam pemerkoasan dilakukan Dewa laut Poisedon memperkosa (seks)  Medusa, dan menghasilkan kebudayaan Pegasus (Yunani: ; Pgasos)

Ke (2) filsuf  Philosophy in the Bedroom,  Marquis de Sade (1740-1814), atau dikenal Donatien Alphonse Franois de Sade, menulis Philosophy in the Bedroom, karya sangat kontroversial sebab ditulis dengan kata-kata vulgar dan bisa dikatakan memiliki muatan pornografi, kata-kata seks, pelacur, homoseksual, bordil, pantat, gairah seks, sodomi atau menikmati tubuh-tubuh pelacur di rumah bordil Paris. Kata-kata yang dipakai sangat mengganggu menggetarkan serta mengagetkan "orang baik-baik". Kata-katanya dipakai dalam menjelaskan tanpa etika, aturan, dan sopan santun. Kehendak  manusia wujud pada  "Love no rule" atau cinta tanpa aturan.  mengungkapkan dan menyatakan dengan lugas manusia sesungguhnya sebagai mahluk yang memiliki tubuh seksual (sexual body). Kodrat manusia bukanlah akal budi (kesadaran), tetapi di dalam tubuh seksualnya. Marquis de Sade  mengkritik tatanan konsep tata sosial (social order) dan situasi alamiah (state of nature) manusia, tetapi faktanya justru mengejar kenikmatan-kenikmatan inderawi (sense pleasure),penyimpangan (perversity),  seks yang diikuti dengan tindak kekerasan (violent sex). Dan pada akhirnta kenikmatan puncak adalah suatu kenikmatan yang menyimpang (perverse pleasure), atau kenikmatan yang gila (crazy pleasure).

##bersambung

Daftar Pustaka:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun