DOKRIN PAIDEIA INDONESIA
Problem umum pada tulisan ini adalah seperti ada dalam berita  Kompas.com 18/05/2018, 04:53 WIB dengan judul "PNS yang Sebut Bom Surabaya Rekayasa Diberhentikan sementara  dari Jabatannya". Â
FSA (37), pegawai negeri sipil (ASN) yang menjabat sebagai {"Kepala Sekolah"} sebuah SMP di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, terancam diberhentikan dari jabatannya. Â
Kompas.com 16/05/2018, 15:00 WIB dengan judul "Pegawai BUMN Diduga Donatur Teroris, Rini Soemarno Mengaku Belum Tahu", Menteri BUMN Rini Soemarno mengaku belum mengetahui ada karyawan BUMN yang diduga oleh kepolisian menjadi donatur kegiatan terorisme.Â
Tribunnews.com, rabu, 16 Mei 2018 20:52 WIB Â dengan judul Pengamat Teroris: Fenomena ASN Terlibat Terorisme Bukan Hal Baru, Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Universitas Indonesia, Solahudin, mengatakan fenomena pegawai negeri sipil atau PNS terlibat kegiatan terorisme bukan menjadi hal yang baru. "Ada pejabat di lembaga pemerintah 2015 bawa keluarganya ke Suriah. Jadi bukan fenomena baru bahwa ada PNS atau aparat yang terlibat dalam kasus tindak pidana terorisme," ujarnya usai diskusi Forum Merdeka Barat 9, di kantor Kemenkominfo, Jakarta Pusat, Rabu (16/5/2018).
Tema sentral lainnya adalah data tahun 2017, Komisi Pemberantasan Korupsi, terkait dengan operasi tangkap tangan, (OTT). Hingga Oktober 2017, total KPK telah melakukan OTT dalam 17 kasus dengan total 63 tersangka.Â
Angka itu lebih tinggi dari tahun sebelumnya, yakni di 2016 lalu. Sepanjang 2016 lalu, KPK telah melakukan OTT dengan total 17 kasus, namun dengan total tersangka yang lebih sedikit, yakni 58 tersangka. Dan di awal tahun 2018 ini sudah ada 12 orang kena OTT, dan di kandangin  KPK atas kepala Daerah dan pengusaha maupun aparat ASN.
Demikian juga berita pada detikNews Jumat 27 Januari 2017, 13:23 WIB; Eks pegawai negeri sipil (PNS) Kementerian Keuangan, TUAB, bergabung dengan ISIS, dideportasi dari Turki. TUAB, yang berangkat bersama istri dan anaknya, merupakan lulusan S2 Adelaide Flinders University of South Australia. Atau berita pada  Kompas.com  16/05/2018, 09:31 WIB, dengan judul "PNS Kemenag Diduga Terlibat Terorisme, Menag Lebih Waspada dalam Rekrutmen".
Lalu bagaimana episteme ini memungkin kondisi ini dapat terjadi.
Dalam tatanan ilmiah bisa dipakai  pardigma [" jika.... maka ....."], itulah masa depan atau prediksi keterjadian kemenjadian pada dimensi waktu.  Tidak ada yang lepas dari paradigm ini bahwa [" jika.... maka ....."], misalnya jika  negara  Indonesia bercita-cita menciptakan adil dan makmur, maka bangsa ini harus memiliki kecerdasan berpikir. Â
Inilah tatanan yang bisa dipakai dalam logika Logika Matematika: Ingkaran, Konjungsi, Disjungsi, Implikasi, dan Biimplikasi, dan seterusnya dalam paradigm berpikir eksistensi manusia. Maka ada dua penyebab yang saya bahas (world view) yakni sisi dokrin pendidikan (Paideia)".
Platon menawarkan pendidikan (Paideia) dijadikan dasar untuk melahirkan pemimpian atau negarawan ("kaloskagathos" ) untuk menstranfromasikan masyarakatnya. Tugas negarawan ("kaloskagathos" ) atau leadership adalah mendidik warga negaranya.Â
Maka jati diri  pendidikan adalah (Paideia) atau pembudayan. Pendidikan adalah seleksi bakat mencarinya supaya dapat meneruskan keberlangsungan bangsa dan negara. Â
Model yang dijadikan (Paideia) adalah sekolah kader atau mendidik dengan seleksi ketat dan memberikan kurikulum terstruktur baik supaya kelak menjadi pemimpin yang memiliki jiwa rasional agathon.
Jika di Indonesia maka  sekolah seperti Pendidikan Prajawabatan CPNS, Diklat Diklat Kepemimpinan (Diklatpim), pendidikan di Akademi TNI, Polri, Sespim Polri, Sekolah Staf dan Komandan Angkatan Darat, Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut atau (Seskoal), Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau), Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Program Pendidikan Reguler Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), dan pendidikan lainnya mulai Pendidikan anak usia dini (PAUD), sampai pendidikan S3 atau postdoktoral mutlak diperlukan untuk mencari menemukan dan merawat kemudian menghasilkan negarawan ("kaloskagathos"),  atau leadership bertugas  mendidik warga negaranya.Â
Kemudian seterusnya membangun budaya yang baik dan benar di Indonesia. Tidak hanya berhenti sampai disini, (evaluasi diri batin), tetapi para alumni betul-betul bisa memiliki daya repleksi (seperti 3 kritik pada Buku Kantian) untuk memikirkan kembali dasar-dasar manusia  yang adil dan beradab.
Kajian buku dokrin Paideia dalam buku Politea atau negara atau ide (Republic Platon) yang dikemukakan 2.400 tahun lalu bisa menjawab evaluasi pendidikan di Indonesia, (seperti pada lembaga di atas).Â
Bahwa kondisi saat ini negara Indonesia untuk pendidikan demokrasi Indonesia yang dikuasai oleh rezim uang (Epithumia) atau seluruh isi otak manusia hanya, dan hanya produksi reproduksi uang, kesalahan sistem, yang berakhir pada kekejaman kemanusian atau pailitnya suatu negara.Â
Kekacuan atau perilaku "kebinatangan" atau tindakan elit politik yang "tidak paham malu" dengan tindakan korupsi atau di kandangin OTT oleh KPK, mengharuskan kita untuk berpikir ulang mengenai rangsangan imajinasi kita mencari kategori "great leadership" atau (kaloskagathos)Â terbaik unggul, sejati bagi rakyat bangsa dan negara Indonesia, dengan terlebih dahulu membuat menyusun mengujinya dalam "dokrin sistem" baik dan elok.
Dokrin Paideia adalah agenda pendidikan untuk pembentukan "jiwa rasional" Â satu unit manusia agar mencintai kejernihan nalar, keluhuran budi, dan kemulyaan tindakan. Maka di Negara yang baik diperlukan "sistem" Â mencari, mendidik, dan menghasilkan pemimpin "kaloskagathos" atau baik dan elok demi kejayaan Negara Indonesia.
Pendidikan politik yang lebih luas atau tidak hanya persoalan propesional, tetapi juga membutuhkan pengalaman praktik (empirik), jika tidak maka ironi atau dampak negative meruntuhkan martabat politik yang sangat penting dalam tatanan (order) suatu negara.Â
Ada hubungan kuat antara negara, pemimpin negara atau negarawan,pentingnya memahami menguasai pendidikan yang baik untuk tugas politik, tentang asas dan episteme (jenis dan tipe) pengetahuan yang diperlukan, menjaga merawat, dan tingkah laku dalam politik dan kebudayaan. Hanya mereka yang terdidik dengan baik benar "kaloskagathos"Â yang bisa duduk dan mengelola pemerintahan yang baik.
Dengan pendidikan yang tegak benar dan bertanggungjawab bertujuan melahirkan manusia-manusia yang 'par excellent" dalam perkembangan potensi dan bakatnya atau menghasilkan manusia "kaloskagathos". Â
Maka seluruh proses pendidikan tidak bisa dilakukan dengan cara asal jadi-jadian, tetapi ada proses pendidikan yang mampu memisahkan sifat watak buruk  atau watak baik (pure karakter) hanya dan hanya untuk kebaikan umat manusia yang menyeluruh tanpa membedakan apapun.Â
Dengan model pendidikan "kaloskagathos"  hanya satu-satunya menjamin kepastian  hadirinya manusia-manusia Indonesia dengan kapasitas negarawan, dan dapat memerintah mengatur polis dengan ide  jiwa rasional yang tegak.
Pendidikan (seni) atau aestetika tidak bisa dilepaskan dengan konteks social atau polis. Bukan hanya persoalan filsafat (theoria) seni tetapi fungsi seni dalam membentuk karakter masyarakat  yang  berkebudayaan, beradab, dengan  menjaganya supaya keutuhan nilai seni dapat utuh terjaga dengan baik (tatanan nilai).  Dengan seni memungkinkan adanya kritik kebudayaan, kritik idiologi, dan repleksi kondisi kita dan masyarakat.
Pada akhirnya saya berharap kepada para "Punggawa Negara" Indonesia untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh pada sistem pendidikan (Paideia) untuk melahirkan pemimpian atau negarawan ("kaloskagathos") untuk mendidik warga negaranya. Seide dengan pemikiran Republic  Platon (Paideia)  adalah proses pembalikan seluruh diri manusia (jiwa rasional) sekaligus proses pembudayaan.Â
Proses pembalikan yang dimaksud adalah (Paideia) mengolah anak-anak bangsa, atau warga negara dalam bentuk  (atau percetakan bentuk manusia) dari bodoh, tidak terdidik, tidak berbudaya menjadi manusia ("kaloskagathos") atau elok dan baik berkeutamaan pencinta kebaikan seluruh martabat umat manusia. Dengan metode (Paideia) memungkinkan Kejayan Negara Indonesia pada masa mendatang. Semoga demikian. ***)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI