Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Beras

18 Maret 2018   05:57 Diperbarui: 18 Maret 2018   09:44 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BERAS

Bagi masyarakat Indonesia, barang ini bukan barang aneh, dan bukan barang seperti hape generasi baru.  Paham Indonesia sama dengan paham beras. Kalau tidak kenal Indonesia sama saya dengan melupakan beras. Namun selama 20 tahun atau pastinya sejak thun 2000 terakhir urusan beras ini menjadi masalah besar, karena perilakunya seperti mempermainkan bangsa ini. Beras justru mempermainkan kita. Beras menjadi pasangan manusia Indonesia seolah-olah menjauh, dan tidak menjadi pasangan hidup yang setia. Ada manusia Indonesia, ada beras. Bahkan setiap makan di warung langganan selalu pelayan bertanya nasi nya separo atau banyak. Belum makan kalau belum makan nasi, soal lauk cukup garam, walaupun garam juga impor.

Berikut ini cuplikan masalah beras, dari media masa yang bisa saya himpun. Kompas.com 16/01/2018, dengan judul "Begini Perjalanan Impor Beras Indonesia Sejak Tahun 2000 hingga 2018", Kompas.com 19/01/2018, dengan judul "Janji Mendag, Impor Beras Tak Akan Rugikan Petani", Kompas.com. 16/01/2018, dengan judul "Ini Alasan Pemerintahan Jokowi Impor 500.000 Ton Beras pada tahun 2018. Sebanyak 500.000 ton beras akan diimpor dari Vietnam dan Thailand., Kompas.com - 12/01/2018,  dengan judul ""Impor Beras Sudah Amat Sangat Terlambat...",

Maka jika pemerintah selama 20 tahun ini mengimpor beras jelas ini bukan hanya persoalan perut rakyat, bukan hanya persoalan harga dalam nilai uang, bukan hanya persoalan kenaikan harga, bukan hanya persoalan krisis pangan, bukan hanya persoalaan paceklik, dan bukan hanya urusan daya beli, dan seterusnya. Tetapi secara magi ini adalah kejelasan tanpa awal yang mutlak bahwa negara ini memberi sinyal kurang baik. Saya bangga dengan Presiden Soeharto, yang meguasai mistisme nusantara dan beliau paham betul makna beras (simbol alam atas, alam bawah) bahkan di era Pak Harto mampu memberikan bantuan pangan pada penduduk kelaparan dunia. Waktu itu Indonesia mencapai swasembada pangan.

Bagimana pemikiran aspek mistis, kasus import beras dipahami. Saya menjelaskan dengan pandangan mistis Dayak Kaharingan dalam dimensi keluhuran universal identitas pulau di bagian NKRI ini. Dengan segala permohonan maaaf yang tulus saya menjelaskan bagimana makna terdalam aspek metafisika beras ini. Tidak semua saya sampaikan meskipun saya memahami lebih banyak.

Lalu bagimana makna beras memiliki makna magi dalam cara pandang Dayak Kaharingan yang dapat dijelaskan. Pada Harian Tempo.co. Selasa, 18 Februari 2014.,  Suku Dayak Tebar Beras Kuning, Polisi Mundur; Jakarta, Netralnews.com. Rabu, 12 Juli 2017, Kenapa Mistis Beras Kuning Suku Dayak Paling Ditakuti. Berita ini adalah menunjukkan betapa sebenarnya makna magi beras bagi negara NKRI itu sangat penting.

Setidaknya beras dalam cara pandang Kaharingan memiliki makna, ada namanya leluhur penunggu di peti penyimpanan padi menjelma dalam bentuk batu, dan penjaga beras symbol kekayaan (Itak Pumpun Wusi) sehingga padi adalah rohnya kekayaan, dan penjelmaan alam magi. ("Itak Pumpun Wusi") dalam bahasa Indonesia dimaknai Itak (artinya perempuan tua memiliki cucu), Pumpun (artinya mengumpulkan menyatukan), Wusi arti nya (biji bibit atau asal usul). 

Transliterasi ini jika pemerintah krisis beras berarti ada kegagalan menyatukan antara perjuangan pendahulu bangsa dengan generasi sekarang. Atau ada kegagalan transformasi nilai-nilai ibu pertiwi yang tidak dapat lanjutkan oleh negara dan bangsa di masa sekarang ini. Inilah disebut krisis identitas, dan kekosongan praktik idiologi kelembutan ibu (symbol tanah) yang merawat dan merajut nusantara.

Dalam proses memperoleh padi beras berkualitas adalah persoalan pemahaman tentang waktu menanam padi di dalam tradisi dayak Kaharingan waktu tersebut adalah bintang yang naik dari reinkarnasi manusia (namanya "Awahat"). Yaitu ketika biji padi diletakkan di tangan di hadapkan pada malam hari menuju arah bintang "Awahat" dan padinya jatuh ke bumi artinya masa tanam padi atau kelender menanam padi sudah tiba waktunya. Nama "Awahat" adalah symbol ketekunan, dan kesabaran dan tidak boleh memaksa waktu. Transliterasi ini Awahat adalah soal displin waktu. Artinya cara kerja, etos kerja bangsa ini kemunduran kalau tidak disebut pemalas (maaf). 

Orang di kampung menjelang panen padi menyimapkan bahan-bahan panen sudah terbisa tahan duduk 3 hari dan 3 malam tanpa tidur membuat tikar, membuat keranjang, menganyam rotan, dan menyiapkan tempat penyimpanan padi. Kondisi sekarang misalnya mahasiswa sedang menyusun tugas akhir tidak tahan 12 jam duduk belajar, tidak kuat wayangan belajar, tidak tekun, gampang menyerah, dan seterusnya, lalu bagimana mau sukses, dan berhasil dengan tidak ada ketekunan, dan displin waktu.

Awal membuka ladang atau hutan, maka petani bisa nya laki-laki pergi dari rumah membawa sekitar 1 atau 2 liter beras, memulai membuka ladang menginap di hutan sambil memasak sendiri, tidak boleh pulang sebelum ada tanda burung berbunyi "diuit-duit" semacam hewan magi memberi restu, jika tidak ada selama 3 hari dan 3 malam maka proses pembukaan ladang tidak bisa dilakukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun