Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Catatan Seorang Kurir: Antar Paket ke Desa Tua Berusia Hampir 300 Tahun

23 Oktober 2020   22:48 Diperbarui: 25 Oktober 2020   14:02 2474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi kurir memang memiliki dinamikanya tersendiri, demikian seperti yang saya alami satu tahun lalu. Pengalaman saya ini setidaknya dapat memotret tentang Indonesia, dan tentu, mengenai kehidupan.

*** 

Percakapan saya dengan pelanggan 1 tahun yang lalu:

Saya: Pak, mohon maaf paket Anda tidak bisa saya antar hari ini, dikarenakan jarak dan medan yang tak bisa saya lalui. Namun bagaimana kalau bapak yang ke Teras Baru (nama desa) untuk mengambil paketnya?

Pelanggan: Oh, baiklah, saya yang ke sana ya.

20 menit berlalu.

Pelanggan: Mas, kenapa juga nggak bisa antar sampai Salimbatu, Padahal dekat saja itu, kah? 

Saya: Jauh, pak. Jalanannya kurang bagus, baru paket yang ke arah Salimbatu cuma 1-2 saja. 

Pelanggan: Dekat saja tuh, mas. Jalanannya sudah diperlebar, bukan jauh juga ke sana, 20 menit, lah. Nanti kalau sudah di jembatan keramat hubungi saya saja.

Saya: Lihat keadaan besok ya, pak. Kalau tidak ada halangan saya ke sana, sambil lihat-lihat kondisi jalan di Salimbatu.

***

Sekelumit persoalan soal pengantaran paket ke Desa Salimbatu dikarenakan saya sebagai kurir yang hanya mengenal "kulit luar" tentang tujuan pengantaran paket ke desa tersebut.

Waktu itu, yang ada di pikiran saya tentang desa Salimbatu: Akses jalan yang kurang bagus, jalan masih tanah agregat, jika matahari terik jalanan akan berdebu, dan jika hujan jalanan pasti licin dan becek.

Selain itu, memakan jarak tempuh waktu yang cukup jauh, tidak adanya akses sinyal, dan pelanggan rewel juga tidak bisa di ajak kerja sama.

Namun, setelah saya mengenal kondisi desa tersebut, baik masyarakat, kondisi alam, dan sosial budayanya, ternyata apa yang saya pikirkan sangat bertolak belakang.

Saya tersenyum kecil, karena saya mendapatkan pemahaman dan pengalaman yang bila saya jeaskan dengan bahasa saya sendiri, sesuatu, bila kamu belum pernah selami atau menjalaninya jangan pernah sekali-kali takut untuk melakukannya. Tak ada salahnya untuk mencoba. Karena di jalan, saya mendapat banyak pengalaman baru, budaya yang baru, masyarakat yang berbeda pula.

dok. pribadi
dok. pribadi
Pengalaman pertama saat pengantaran paket di rute Salimbatu

Perlahan saya tarik gas sepeda motor revo hitam di tengah jalan yang tak bersahabat. Kala itu cuaca sedang galau-galaunya, enggak hujan, dan juga enngak panas.

Terpaksa saja saya hirup debu setelah mobil bermuatan ikan menyalip dengan laju cepat sehingga menimbulkan debu tebal. Seketika pandangan saya hilang.

Belum lagi berkali-kali motor saya yang mengangkut 6 muatan paket berukuran sedang terhempas di dalam tas kerja setelah menghantam lubang sepanjang perjalanan.

Kuarik nafas panjang sambil hembuskan dengan peralahan untuk menenangkan pikiran dari kekacauan dan stres yang mulai mengusik hati dan pikiran.

Di tengah jalan sempat saya memaki karena keadaan, hampir saja saya berhenti di tengah jalan lalu membatalkan pengiriman.

Namun itu bukan solusi. Baiklah, nasehati diri sendiri agar tidak putus asa dan dan tetap fokus akan pengantaran ke desa baru, setelah melewati dua jembatan penghubung.

Sesuai dengan arahan pelanggan yang baik hati, kalau sudah lewati dua jembatan, nanti bakal bertemu jembatan besi yang panjang, nanti kalau sudah di makam Syekh Ahmad Al-Magribi, hubungi dia saja, biar dia arahkan ke alamat rumahnya. Pelanggan ternyata ketua RT desa setempat.

Sesampainya di alamat

Pelanggan: Nah, sampai juga kan, apa bedanya juga sama Jalan Bulu Perindu (desa yang ada di Tanjung Selor) jalannya juga sama, kan.?

Saya: Ya, pak. 

Dan ahkirnya saya berjanji dalam hati ini, mulai hari ini, saya harus membuka rute pengantaran ke Salimbatu.

Setelah liar mengamati keadaan mata sekitar, bagi saya, cukup lah 6 paket untuk mengenal, memahami, dan mempelajari keadaan desa tersebut.

Teringat sebuah petikan dari seorang jendral dan sekaligus ahli strategi perang, Sun Tzu, "Kenali dirimu, kenali musuhmu, dan kenali medan tempurmu. Seribu peperangan, seribu kemenangan."

Yang saya artikan, untuk dapat mencapai target pengantaran, saya harus terlebih dahulu menciptakan suasana damai dalam jiwa dan raga, yang berkelanjutakn mengenal kehidupan sekitar dan menghafal jalan sekitar agar enggak tersesat.

dok. pribadi
dok. pribadi
Desa tertua yang ada di Provinsi Kalimantan Utara

Salimbatu merupakan desa yang terletak di Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan, yang memiliki luas wilayah 52.593 hektare yang meliputi Melaka, Temunung Kubil, Segimbal, Banjang, Lubok Manis, Bentiang, setabug dll. Antal, secara administratif. 

Desa Salimbatu merupakan desa tertua yang ada di Kalimantan Utara, berumur 288 tahun, dengan pemimpin pertamanya ialah DT. ADIL/Muhammad tahir yang merupakan anak dari DT. Adil, seorang raja Tarakan yang terahkir.

Desa ini juga memiliki kisah unik, terutama di baliknya penamaan desa Salimbatu.

Pada saat itu, datang seorang dari sulu Filipina yang bernama Syekh Maulana Al-Maghribi. Konon, saat kedatangannya masyarakat dengan rasa penasaran mencoba memulai dengan sebuah pertanyaan-pertanyaan pada umumnya.

Namun, orang tersebut yang notabenenya merupakan wali hanya menjawab, "Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh."

Namun, karena masyarakat setempat belum memeluk agama pada saat itu, salam yang di ucapkan oleh Syekh Maulana Al-Maghribi ahkrnya tak terbalaskan. Namun, saat itu juga bebatuan tempat di mana Syekh Maulana Al-Maghribi berpijak bergetar.

Sejak saat itu, jawaban salam dari batu tersebut diabadikan dengan nama kampung yang bernama Salam Batu. Yang dalam dialek Melayu disebut dengan salim batu.

Rusaknya akses jalan poros dan jalan Desa

Sempat berbincang dengan warga setempat, setelah berapa bulan mondar-mandir bekerja di sana, kalau ternyata kondisi jalanan saat ini sudah cukup baik dari sebelumnya. Jalanan tersebut sudah lebar, walaupun jalanan belum di aspal dan masih banyak berlubang.

dok. pribadi
dok. pribadi
Dalam hati saya berkata, mengapa baru sekarang pemerintah memulai langkah pembuatan jalan? Kenapa enggak dari dulu?Bila dibandingkan dengan desa sebelah, jalan ini tak lebih baik? Ada apa? Apakah pemerintah pilih kasih? Sementara infrastruktur jalan desa sangat berpengaruh dalam perkembangan di dalam roda perekonomian serta meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.

Di sisi lain, kalau pemerintah peka akan potensi yang di miliki desa Salimbatu, desa ini akan berkembang cepat dan pesat dikarenakan di dalamnya terdapat tempat beberapa sektor yang bdeapat mendongkrak perekonomian, seperti sektor usaha perikanan, belum lagi terdapat wisata religi dan masih banyak yang lainnya.

Sangat disayangkan sekali, tidak ada sentuhan atau perhatian khusus dari pemerintah guna membangun, memberdayakan, serta mengembangkan desa ini.

Andaikan pemerintah setempat memiliki jiwa nyang kreatif, visioner, dan inovatif, saya yakin desa ini akan menjadi tujuan destinasi wisata baik dalam skala nasional maupun skala internasional.

Berharap, untuk ke depannya, setelah terpiihnya Kepala daerah yang baru nantinya, desa ini akan menjadi desa yang bisa di kenal oleh banyak orang.

Terimakasih.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun