Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berawal dari Kaset Tape Bob Marley

17 Februari 2020   22:45 Diperbarui: 17 Februari 2020   22:39 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu lah yang menjawabnya, ahkirnya saya menemukan seorang senior yang ada di kampus, pertemuan tersebut tidak pernah di duga-duga.karna saat itu saya juga menginginkan supaya rambut saya di gimbal, dan ternyata senior itu juga ( saya lupa namannya) ingin membuang rambutnya.

Tidak ada yang kebetulan didunia ini menurut saya, setelah melewati obrolan yang singkat dengan di temani segelas kopi, langsung saja saya meminta agar mas itu segera memasangkan rambut gimbal di kepala saya, yang kebetulan saat itu kampus sedang mengadakan "Kampung Mahasiswa" di mana kegiatan tersebut bertujuan memperkenalkan mahasiswa baru akan Unit kegiatan Mahasiswa (UKM).

Setelah melewati beberapa jam, ahkirnya 12 buah rambut gimbal menempel di kepala saya. Ya, namanya anak muda, suatu kebanggan bisa memiliki rambut gimbal yang kala itu masih segelintir orang yang menggenakannya.

psx-20191224-233031-5e4ab34ed541df1e62378be2.jpg
psx-20191224-233031-5e4ab34ed541df1e62378be2.jpg
Tanggapan Miring 

Saat menggenakannya, banyak teman, orang tua teman, dosen, bahkan orang yang tidak saya kenal memberikan tanggapannya lewat pertanyaan-pertanyaan iseng, ada pula yang memberikan wajah yang tidak menyenangkan terhadap saya.ya itu lah resikonya yang harus saya dapatkan kala itu.banyak kejadian-kejadian menegangkan, lucu, yang pernah saya dapatkan setelah saya memakai rambut gimbal.

Pernah, saat itu saya sedang beribadah di sebuah Gereja yang ada di kota Malang. Kebiasaan saya selalu datang awal, kebetulan saya duduk di kursi bagian pertengahan yang ada di dalam ruangan gereja, satu persatu-satu jemaat mulai berdatangan dan mulai mengisi kursi-kursi yang kosong, namun, lucunya, mulai dari lagu pujian di kumandangkan sampai kotbah, tak ada satu pun orang yang mau duduk dideretan kursi yang saya duduki, padahal gereja itu selalu padat di penuhi orang-orang, namun satupun tak ada yang mau duduk disamping saya, padahal pengurus gereja sudah mengantarkan jemaat gereja yang baru datang atau yang terlambat datang ke kursi yang saya duduki, namunya tetap saja tak ada yang berani duduk di samping saya, ada 8 atau 9 kursi yang ada di deretan saya yang berada di tengah ruangan gereja saat itu kosong karna ulah saya sendiri.hahaha.

Pernah juga, saat itu saya pergi keluar malam kira-kira jam 01.30 untuk mengisi perut yang kosong, saya memilih untuk jalan kaki dari kost menuju penjual nasi goreng, di tengah perjalanan, tiba-tiba langkah saya di berhentikan oleh  2 orang berbadan besar yang saya tidak tau mereka siapa.dalam percakapan tersebut ;

" teko endi koen' sambil menggeledah seluruh badan saja.

Saya yang tak bisa menjawab pertanyaan dalam bahasa jawa melanjutkannya dengan membalas dalam bahasa Indonesia sambil bergetar karna gugup.

'dari kost pak'

Setelah selesai mengeledah tubuh saya tanpa ada izin atau basa --basi terlebih dahulu, dan tak menemukan apa yang mereka cari, ahkirnya mereka langsung pergi dan hilang di tengah tingkungan jalanan yang ada.pikirku, mungkin mereka menganggap saya seorang bandar ganja, hanya karna melihat rambut saya yang gimbal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun