Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rumah Adat yang Terabaikan

7 Februari 2020   01:02 Diperbarui: 9 Februari 2020   11:09 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
"Sudah berapa lama bapak dan ibu berada di sekitar rumah adat ini?"

Sudah hampir 24 tahun, bapak Musa Along bercocok tanam di tempat ini. Yang di mana sawahnya bersebelahan dengan ke-3 rumah adat tersebut.

Menurut bapak Musa Along, rumah adat ini di bangun pemerintah sejak tahun 1999 dan selesai pada tahun 2005 silam, berawal dari kedatangan turis asing yang sering mengunjungi desa terasbaru akan ketertarikan mereka kepada eumah adat yang ada di desa tersebut.

Dari situlah pemerintah setempat berinisiatif membangun ke 3 rumah adat yang dimaksudkan untuk di jadikan sebagai desa wisata budaya.

Namun sangat disayangkan akan keberadaannya, kondisi ke-3 rumah adat tersebut sangat tidak terawat. Bayangkan, jendela rumah ditumbuhi oleh daun liar, ditambah lagi dengan tinggi menjulang rumput liar yang mendominasi tiap bangunan tersebut. Parahnya ada 1 bangunan yang sudah miring yang hanya tinggal tunggu waktunya saja.

Belum lagi banyaknya fasilitas bangunan tersebut yang dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Karena kesalnya, bapak Musa memotong beberapa anak tangga yang menghubungkan rumah adat tersebut dikarenakan bangunan ini sering dipergunakan oleh anak muda di malam hari untuk hal yang negatif.

"Kalau tidak ada bapak, mungkin kayu yang ada di bangunan ini habis dicuri orang." Ungkap si ibu sambil tersenyum.

Pak Musa melanjutkan, pernah, mungkin 2 kali saja warga setempat bergotong-royong membersihkan sekitar bangunan tersebut yang dibiayai oleh pemerintah setempat,. Setelah itu, kegiatan tersebut tidak pernah dilakukan lagi, karena untuk membersihkan bangunan pun butuh biaya.

dokpri
dokpri
Menurut saya pribadi, sebenarnya pemerintah setempatlah yang paling paham soal ke-3 bangunan ini. Berdirinya ke-3 rumah adat tersebut tidak mungkin tanpa ada alasan yang jelas, pasti ada tujuan dan manfaatnya. Yang jelasnya adalah untuk menghidupkan kembali peran budaya lokal yang ada di kabupaten Bulungan.

Instansi yang terkait seakan-akan tutup mata dan telinga akan keberadaan ke-3 rumah adat tersebut. Padahal bila difungsikan dengan baik, yang pertama, warga setempat bisa merasakan dampaknya, di mana mereka bisa melakukan kegiatan ekonomi dengan menjual berbagai macam kerajinan tangan, berjualan makanan dan minuman di sekitar bangunan tersebut.

Belum lagi ditambah dengan kedatangan turis lokal maupun mancanegara yang bisa menambahkan pendapatan daerah serta mampu mengangkat budaya setempat di kanca nasional maupun Internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun