Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rumah Adat yang Terabaikan

7 Februari 2020   01:02 Diperbarui: 9 Februari 2020   11:09 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3 minggu yang lalu, saat iseng-iseng melewati jalan poros Tanjung Palas-Salimbatu,Kabupaten Bulungan, Tanjung Selor, Kalimantan Utara.

Dari kejahuan mata memandang, saya melihat sebuah rumah kayu yang mirip dengan bangunan adat yang tertutup akan tingginya rumput yang hampir mengelilingi rumah kayu tersebut.

Karena besarnya rasa ingin tau ini, ku berhentikan lama sepeda motorku untuk sekedar mengamati keadaan sekeliling. Belum semenit saat berhenti ditu, handphone saya berdering dan ternyata dari customers sudah tak sabar menunggu untuk paketnya diantarkan. Berjanji dalam diri, entah besok atau lusa, saya akan kembali ke tempat ini.

Tepat pada 14:30 langit Bulungan nampaknya enggan untuk memperlihatkan sang surya, hanya debu jalan yang bebas leluasa berterbangan setelah habis di injak-injak oleh si roda 2. 

Setelah menyelesaikan pengantaran paket pada hari ini, setelah 3 minggu lamanya, ahkirnya saya menepati janji kepada diri ini untuk melihat-lihat keadaan rumah tersebut.

Ku parkirlah motorku di pinggir jalananan yang masih belum terjamah oleh aspal, terlihat jalan setapak menuju rumah tersebut. Segera ku langkahkan kaki ini untuk menyusuri jalan setapak yang sekelilingnya di tumbuhi oleh rumput yang menjulang tinggi.

Terlihat sebuah 3 rumah panggung yang ternyata rumah tersebut adalah rumah adat suku asli yang mendiami kabupaten Bulungan yaitu suku Bulungan, Tidung, Dayak.

Terlihat dari kejahuan seorang nenek lagi asik menjemur padi yang tak jauh berada dari rumah tersebut, segera ku hampiri nenek tersebut sambil mulut ini mengucapkan kata "permisi nek", namun ucapan ku tak dihiraukan oleh si nenek tersebut, ah mungkin suaraku tak begitu nyaring terdengar, pikirku dalam hati.

dokpri
dokpri
Setelah hampir 5 kali tak terjawab, akhirnya si nenek menoleh sambil tersenyum,

"Bu, aku izin foto rumah ini ya, nggak apa-apa ya nenek". Ungkapku
Si nenek hanya menjawab, "Iya."
Sambil tersenyum lalu melanjutkan pekerjaanya tersebut.

Dengan penuh semangat, ku taruh tas kerja, helm, dan juga tas pribadiku di samping biji-biji padi yang telah di jemur si nenek lalu ku hampiri ke tiga rumah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun