Mohon tunggu...
Baladewa Arjuna
Baladewa Arjuna Mohon Tunggu... -

Think....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

‘Jesus for Atheists’ (3)

2 Januari 2016   19:40 Diperbarui: 3 Januari 2016   19:58 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

By: Arjuna Baladewa.

Catatan: Tulisan ini membandingkan argumentasi Richard Dawkins versus argumentasi Yesus. Ini adalah Bagian Ke-3 dari 4 tulisan. Untuk bisa mendapatkan pengertian menyeluruh, saya menyarankan untuk membacanya berurutan mulai dari bagian yang pertama. Bagian ke-1 tulisan dapat dibaca DISINI.
---------------------------------

.
Dalam tulisan di bagian pertama dan kedua, Richard Dawkins ingin membangun moral super niceness seperti yang dimiliki Yesus, tetapi di dalam dunia tanpa Tuhan – dengan cara menggunakan big brain-nya sebagai solusi ultimate untuk ‘memberontak’ atas selfish gene dirinya sendiri. Dalam tulisan bagian ke-3 ini, saya melihat bahwa Yesus memiliki argumentasi yang lebih baik dari Dawkins.


.
‘Selfish Gene’ Versi Alkitab – Dasar Argumentasi Yesus

Setelah membahas argumentasi dari Richard Dawkins dalam tulisan di bagian pertama dan kedua, maka di tulisan bagian ketiga ini saya akan banyak membahas argumentasi Yesus tentang moral super niceness yang Dawkins impi-impikan.

Soal selfish gene yang dibahas Dawkins dalam tulisan sebelumnya, mungkin Dawkins tidak mengetahui dengan baik apa yang telah dituliskan oleh Musa 3.500 tahun lalu tentang original sin atau ultimate sin manusia (kitab Taurat Musa: Kejadian – Genesis), yang menyebutkan bahwa manusia telah dikuasai oleh nature keberdosaan dirinya bahkan sejak awal di masa keberadaannya (Alkitab mem-paraphrase dan meng-intisari-kan fakta yang kompleks dan rumit jutaan tahun ini ke dalam bentuk suatu cerita klasik tentang Adam dan Hawa yang jatuh ke dalam kuasa dosa – sehingga filosofinya tetap bisa dipahami oleh manusia lebih dari 3.500 tahun lalu, dipahami oleh Yesus 2.000 tahun lalu dan manusia modern saat ini pun).

Dalam kitab Taurat yang sama, Musa menuliskan pula melalui kitab Kejadian 1.26 bahwa manusia telah diberikan kuasa untuk mengatur dan memelihara Bumi dan segala isinya. MANUSIA telah diangkat sebagai TUAN (LORD) atas dunia.


Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka BERKUASA atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." (Kejadian 1.26)

Tetapi manusia Adam terbujuk untuk tidak puas hanya menjadi ‘Lord’ belaka. Di Taman Eden, Adam dan Hawa disebutkan jatuh ke dalam kuasa dosa. Bujukan manis yang ditawarkan si ular kepada mereka adalah “kamu (LORD) akan menjadi seperti Allah (GOD)” – Kitab Taurat Musa Kejadian 3:5. (Kitab Kejadian ditulis tahun 1500 SM – catatan: kata dalam kurung ditambahkan oleh penulis untuk menjelaskan nanti bahwa Yesus adalah ANTITHESIS dari Adam: (Manusia/Lord yang ingin menjadi Allah/God); versus Yesus: (Allah/GOD yang nuzul menjadi Manusia/LORD) – sebagai pengajaran bahwa keserakahan dan kesombongan dari dosa Adam adalah oposisi sempurna dari kemurahan dan kerendahan hati dari keselamatan Yesus).

Kehendak bebas (free will) Adam dan Hawa takluk ke dalam bujukan sang ‘ular’, membuat Adam (Lord) sang Tuan itu ingin menjadi Allah (God) dan dengan demikian melepaskan diri dan tidak mau tunduk lagi kepada suatu Kuasa Ilahi di luar diri mereka sendiri. Mereka meresmikannya dengan memakan buah pohon pengetahuan tentang baik dan jahat – buah itu dimakannya sehingga menjadi satu dengan daging dan darah manusia.

Kejadian di Taman Eden ini dalam bahasa Alkitab disebut sebagai DOSA ULTIMATKETERPISAHAN manusia dari sang Khalik: ke-berpusat-an pada diri sendiri. Manusia (Lord) yang ingin menjadi Allah (God) adalah ekspresi dari kesombongan dan keserakahan yang tiada taranya. Oleh karena itu, saya kutipkan kembali tulisan Rasul Paulus dalam kitab Roma:

“The mind (big brain) governed by the flesh (selfish gene) is hostile to God; IT DOES NOT SUBMIT TO GOD'S LAW, nor can it do so.”
(Romans 8.7 – New International Version; catatan: kata dalam kurung ditambahkan oleh penulis).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun