Pernah nggak memikirkan tetangga yang bukan pekerja swasta atau ASN?Â
Kadang kita luput melihat ke bawah karena merasa selalu berada di atas. Kita merasa bahwa gaji yang diterima sangatlah kecil sekali, padahal kebutuhan sehari-hari dalam sebulan selalu terpenuhi. Kita sering mengeluh tidak ada lagi uang, padahal di tabungan masih ada beberapa kali tarik lagi di ATM dekat rumah. Kita selalu berujar beras habis, padahal di dompet masih ada selembar rupiah berwarna biru yang bisa beli beras beberapa kilogram.Â
See?Â
Lihatlah betapa tamaknya kita sebagai manusia yang kurang bersyukur.
Tetangga sedang meratapi air minum habis sementara tidak ada duit Rp5000 untuk mereka beli sementara anaknya sudah menangis minta dibuatkan susu.Â
Tetangga mungkin kehabisan beras, kita meratapi beras habis saat keluar dari mobil yang baru saja diisi bensin sampai tangki penuh.Â
Kecilkah Gaji Kita?
Kita yang terlalu boros dan tidak bersyukur; mungkin juga kurang sedekah.Â
Saya paling alergi terhadap orang-orang yang sering berujar, "Tidak ada duit,"Â
Sehari 1 kali saja, 40 hari sudah 40 kali, maka Tuhan akan mencabut nikmatnya tersebut. Bayangkan jika sehari 2 kali, 3 kali, 4 kali, 10 kali, 30 kali, bukankah sudah seperti berzikir?Â
Jumpa tetangga depan rumah, "Nggak ada duit,"Â
Tetangga samping kanan ajak ke undangan di satu kampung, "Nggak ada duit,"Â
Saudara buat syukuran juga tidak datang, "Nggak ada duit,"
Semua hal, "Nggak ada duit!"Â
Jadi, kapan Anda ada duit?Â
Banyak sekali orang di sekitar kita yang seperti ini, mungkin kita tidak mendengar atau pura-pura tuli. Atau malah kita sendiri yuang sering berujar, "Nggak ada duit," tanpa pernah menyelami isi dompet, isi ATM, atau bayaran digital yang baru saja dipindai di salah satu restoran pinggir laut.Â
Kalimat nggak ada duit sangatlah 'wajar' sekali di dengar dan mutlat di telinga orang Indonesia. Seakan-akan sudah menjadi kalimat pamungkas untuk menolak ajakan, menghindari sesuatu, yang lama-kelamaan menjadi doa. Hal yang mustahil bisa menjadi mungkin.Â
Meskipun gaji tinggi, tunjangan besar, masuk di tanggal 1, belum sampai tanggal 2 sudah ludes semua. Karena, Anda benar-benar mengimani, 'nggak ada duit' itu sebagai dewa yang patut disembah.Â
Siapa yang salah dalam perkara ini? Apakah 'nggak ada duit' itu atau kita yang tidak pandai mengelola keuangan.Â
Kita yang Salah Bukan Duit
Tuhan sudah begitu banyak memberikan rezeki, cuma karena kita 'nggak ada duit' akhirnya tidak pintar mengelola keuangan tersebut. Agar duit yang kita terima benar-benar tidak numpang lewat saja maka berinvestasilah pada emas, properti atau hal lain yang memungkinkan duit itu akan 'menggelembung' suatu saat nanti.Â
Kehidupan kita memang pas-pasan saja. Rasa syukur bisa mengubah segalanya.Â
Tanggal 1 masuk duit - bicara untuk orang yang memiliki gaji dan finansial stabil.Â
Kapan masuk duit - bicara untuk mereka yang masuk rezeki kapan suka hati.Â
Tetapi, konsep pengelolaan keuangan itu sama saja.Â
Apapun tanggal itu!
Keuangan akan baik-baik saja jika tiap pengeluaran itu dicatat; maka bulan berikutnya juga akan keluar seperti itu. Bagi sebagian orang - termasuk keluarga kami - pengeluaran harian itu sudah jelas sekali apa-apa saja. Awal bulan langsung beli. Beras yang sudah diperkirakan habis berapa kilogram dalam sebulan. Sabun mandi habis berapa banyak. Listrik yang sudah jelas biayanya tiap bulan. Internet di rumah tidak bisa tawar-menawar tiap bulannya. Dan semua kebutuhan yang sudah jelas ada tiap bulan, maka sisihkan gaji untuk itu!
Bagaimana dengan yang lain?Â
Sayur-mayur, ikan dan kawan-kawannya tentu saja berdasarkan kebutuhan harian rumah tangga. Katakanlah Rp500 ribu untuk kebutuhan ini, maka simpan di dompet terpisah.Â
Sudah kelas sekali bukan berapa pengerluaran penting harian itu?
Simpan duit segitu!
Lanjut, biaya sekolah anak. Anda paham betul berapa yang akan dikeluarga untuk biaya pendidikan. Sekolah bagus tentu biaya mahal. Duit yang dikeluarkan juga sudah tertata rapi. Maka, simpan di tabungan terpisah yang tidak boleh diganggu-gugat. Begitu anak meminta pembayaran biaya sekolah, beli kebutuhan sekolah, baru duit itu diambil.Â
Jangan main-main untuk foya-foya!
'Rekening utama' sudah terpenuhi; yaitu kebutuhan harian.Â
'Rekening jajan' sudah terpenuhi; yaitu dana tak terduga yang kadang perlu untuk healing sesekali.Â
'Rekening pendidikan anak' sudah terpenuhi; sesuai kebutuhan yang sudah dikalkulasikan jauh sebelum anak masuk sekolah.Â
'Rekening tabungan' sudah terpenuhi; yaitu duit yang disimpan untuk jangka pendek.Â
'Rekening investai' belum terpenuhi. Maka, cobalah untuk investasi. Ini adalah duit jangka panjang. Coba jangan melewati hal ini. Emas hari ini sudah berapa. Tanah di depan rumah naik terus harganya. Harga semen sudah berapa. Harga batu bata sudah naik drastis.Â
Proses ini kadang membuat kita stres karena buka banking tabungan sudah ludes. Tapi, lihat lagi pos apa saja yang sudah terpenuhi. Masa depan cerah. Hari esok tidak pusing. Kalau mau memikirkan cara mengelola keuangan sebaik mungkin. Anda nggak perlu belajar sampai ke luar negeri atau diskusi sama tokoh terkenal agar keuangan baik-baik saja, asalkan pintar mengelola 'uang' itu semua akan baik-baik saja dari hari ini sampai tua nanti.Â
Sudahkah Anda mengatur dengan baik tiap pengeluaran itu?Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI