Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dear, Pak Jonan. Yakin Tiket Mahal Aman?

8 Januari 2015   23:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:31 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ah, yang benar saja? Tiket mahal bukan jaminan keselamatan. Keistimewaan pesawat dengan tiket mahal terletak pada makanan gratis, kelas bisnis yang menawan dan penawaran lain. Namun jangan lupa, petaka bisa datang kapan saja. Walau bukan orang penting, hanya sebagai blogger yang kadang datang tak diundang dan pulang suka-suka hati, keputusan yang ingin diketuk palu oleh Menteri Perhubungan sungguh menyakiti hati saya.

Berkaca pada musibah yang menimpa Air France dengan nomor penerbangan 447 yang jatuh di Samudra Atlantik pada 01 Juni 2009. Pesawat “mahal” yang membawa 216 penumpang dan 12 kru merupakan jenis Airbus A330-200. Pesawat mewah ini terbang dari Bandar Udara Internasional Rio de Janeiro-Galeão, Rio de Janeiro, Brasil menuju Bandar Udara Paris-Charles de Gaulle, Paris, Perancis. (Wikipedia Indonesia).

Lalu, kita lupakan maskapai milik Perancis yang akhirnya ditemukan tersebut. Tanggal 08 Maret 2014 menjadi tanggal duka berikutnya. Pesawat “mahal” dari negeri tetangga, Malaysia, dengan nomor penerbangan MH370 hilang entah di mana. Pesawat yang mengangkut 227 penumpang dan 12 awak kabin ini terbang dari Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia menuju Bandar Udara Ibu Kota Beijing, Tiongkok. Pesawat ini berjenis Boeing 777-200ER. Hilangnya pesawat pelat merah yang dioperasikan Malaysia Airlines (MAS) ini menjadi misteri dan muncul teori konspirasi. Dugaan pembajakan. Dugaan meledak di ketinggian ribuan kaki. Dan dugaan-dugaan lain sampai membuat kita kasihan terhadap keluarga korban. Tak lama berselang, MH17 – katanya – ditembak oleh separatis di langit Ukraina. Benar atau tidak, pesawat “mahal” ini tak bisa mengelak dari musibah. (Wikipedia Indonesia).

Dan, penghujung 2014. Nasib nahas dialami oleh maskapai murah Air Asia yang memiliki semboyan everyone can fly. Pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ8501 jatuh di perairan Indonesia setelah gagal melewati awan cumulonimbus. Saya angkat salut terhadap Air Asia, selama mereka mempromosikan diri sebagai penerbangan murah, baru kali ini terjadi kecelakaan hebat. Catat; Kecelakaan.

Kisah jatuhnya QZ8501 membawa sekelumit masalah. Banyak tokoh yang mendadak tenar dengan teori-teori dalam pengetahuan mereka. Saya malah lebih setuju ketika seorang pilot – lebih baik dirahasiakan saja namanya – melontarkan rasa kecewanya terhadap para pakar yang bukan pilot, bukan pula Tuhan yang mengatur semesta. Siapa yang ingin musibah itu datang?

Pukulan telak malah datang dari pemerintah Indonesia tersayang. Melalui Menteri Perhubungan, Jonan, yang bukan pakar penerbangan maupun pilot yang mampu menerbangkan pesawat dalam kondisi cuaca buruk, seolah-olah menuduh “tiket murah” adalah penyebab petaka ini. Sang menteri beralasan banyak sekali, salah satunya izin penerbangan QZ8501 yang ilegal. Baiklah. Jika saya salah pengertian. Tetapi sebuah penerbangan itu ada aturan bukan? Bandar Udara Juanda sudah menjalin kontak dengan Singapura bukan? Akal sehat saya malah tertawa. Jika benar-benar ilegal maka Singapura tak mau menerima izin terbang Air Asia ini berjenis Airbus A320 ke bandara mereka!

Pak Jonan yang kaya raya, pikirkan anak buah Anda di Kementerian Perhubungan yang kacau balau. Urusan rumah tangga orang lain biarlah orang lain yang tanggung. Rugi Air Asia karena tiket murah tak akan diminta bantuan dari Bapak terhormat.

Saya percaya sekali, banyak orang berterima kasih kepada Air Asia yang mampu membawa mereka ke destinasi menawan hampir seluruh dunia. Para traveler yang suka jalan sana-sini lebih memilih tiket murah dibandingkan tiket mahal. Tiket murah juga sampai ke tempat tujuan bukan? Tiket murah bisa membawa ke banyak negara bukan?

Tiket mahal?

Mahal murah bukan ukuran keselamatan. Pak Jonan harus ingat bahwa orang-orang kurang beruntung seperti saya dalam hal ekonomi sangat tergantung pada tiket murah. Jika egoisme Pak Jonan yang urusan kereta api juga belum usai tersebut terealisasi, rugi saja Kementerian Pariwisata mempromosikan destinasi indah di negeri kita. Anda bisa coba cek harga tiket pesawat dari Banda Aceh ke Bali misalnya. Sungguh mahal sekali.

Indonesia itu negara yang besar sekali. Tidak hanya Jakarta saja. Sabang sampai Merauke menyimpan banyak tempat wisata yang patut dipromosikan. Bahkan, pemerintah sibuk dengan urusan gaji pegawai dan lupa promosi tempat wisata. Pemerintah harusnya berterima kasih kepada para traveler, blogger yang memposting foto maupun tulisan mengenai pariwisata Indonesia. Gratis.

Harga tiket murah ditiadakan,  para traveler akan berpikir panjang untuk jalan-jalan. Bayangkan saja, tiket mahal hanya mampu membawa ke satu tempat. Tiket murah bisa membawa ke banyak tempat. Foto diposting ke media sosial maka seluruh dunia akan melihat keindahan Indonesia.

Pak Jonan yang terhormat, Anda pilih mana?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun