Mohon tunggu...
Baiq Wahyu Diniyati
Baiq Wahyu Diniyati Mohon Tunggu... Guru - Program MPBA Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

kepribadian suka menulis hal hal tertentu yang ingin ditulis ketika moodbooster

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hakikat Kebenaran

29 November 2022   08:00 Diperbarui: 29 November 2022   08:10 2943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berbicara persoalan kebenaran seringkali dikatakan sebagai pembicaraan filosofis, padahal kebenaran merupakan suatu keniscayaan yang setiap orang menginginkannya. Pendidikan dan ilmu pengetahuan memiliki tugas untuk menemukan, menjelaskan, mengembangkan, dan menyampaikan nilai nilai kebenaran.

Kata kebenaran merupakan suatu kata yang sangat spesial apalagi untuk orang orang apatis terhadap suatu keadaan tertentu yang menekannya. Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Seandainya manusia mengerti dan memahami kebenaran, maka, sifat asasinya yang berada didalam lubuk hati terdalam akan terdorong untuk melaksanakan kebenaran itu.

Dalam perkembangan dunia filsafat terutama dalam dunia filsafat ilmu pendidikan hakikat-hakikat kebenaran sangat penting dan berperan sekali terhadap pencarian kebenaran tersebut. Setiap kebenaran harus diserap oleh kebenaran itu sendiri serta kepastian dari pengetahuan tersebut, dari suatu hakikat kebenaran merupakan suatu obyek yang terus dikaji oleh manusia terutama para ahli filsuf, karena hakikat kebenaran ini manusia akan mengalami pertentangan batin yakin konflik pikologis.

Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Dari sini muncullah teori-teori kebenaran seperti teori korespondensi, koherensi, dan pragramatisme.

Selain itu, membahasa tentang kebenaran tidak akan ada habisnya. Karena kebenaran sendiri bersifat falsibilitas. Artinya akan mengalamai degradasi karena adanya teori yang baru. Sementara kebenaran yang mutlak adalah kebenaran yang dari Maha Yang Paling Benar. Oleh karena itu selain menggunakan rasio penemuan kebenaran yang terakhir adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu.

Kebenaran epistimologikal adalah pengertian kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia. Kebenaran dalam arti ontoligikal adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada ataupun diadakan. Sifat dasar ini ada dalam objek pengetahuan. Kebenaran semenatikal adalah kebenaran yang terdapat serta melekat didalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran seantikal disebut juga kebenaran moral. (Kajian Islam Santri Salaf, 2015) Surajiyo lebih lanjut menguraikan bahwa apabila epistemological terletak didalam adanya kemanunggalan yang sesuai, serasi, terpadu antara yang dinyatakan oleh proses cognitif intelektual manusia dengan apa yang sesungguhnya ada didalam objek (esse real rei), apakah itu konkret atau abstrak, makan implikasinya adalah bahwa didalam (esse real rei) tersebut memang terkandung sifat intelligibilitas (dapat diketahui kebenarannya). Hal adanya intelligibilitas sebagai kodrat yang melekat didalam objek, didalam benda,  barang, makhluk dan sebagainya sebagai objek potensial maupun riil dari pengetahuan cognitive intelektual manusia itulah yang disebut kebenaran yang ontological, ialah sifat benar yang melekat didalam objek.

DAFTAR PUSTAKA

Afid, Burhanudin. Jenis Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran. Artikel

Afif, Muhammad. 1998. Islam Mazhab Masa Depan. Bandung: Pustaka Hidayah

Ardi, Ridha. Ontologi logika dalam filsafat: https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/36801689/ONTOLOGI_LOGIKA)

Bakhtiar, Amsal. 2012. Filsafat Ilmu, edisi revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Dainori, 1983. Pengetahuan  dan Ukuran Kebenaran. Jurnal JPIK Vol. 1, 2018 kutipan dari Feyerabend,  Paul,  “How  to  Defend  Society  Againts  Science”  dalam Scientific  Revolutions ed:  Ian  Hacking,  Oxford  University  Press: New York.

Djamil, Fathurrohman. 1997. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Logos

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun