Dulu, Thufail bin Amr hijrah karna tersihir dengan Surah Thoha yang Nabi bacakan. Mush'ab bin Umair hijrah karna Nabi yang perintahkan untuk membuka pintu Madinah. Pengemis Yahudi buta hijrah kepada islam setelah menyadari akhlak Nabi nan mempesona. Adas pun hijrah sehabis berjumpa Nabi di bawah kerindangan pohon, baginya saat itu tak ada yang lebih baik dan benar ucapannya kecuali Muhammad Salallahu alaihi wasallam.
Sekarang, pegawai Bank hijrah untuk melepaskan diri dari riba. Satu per satu para artis hijrah setelah paham semua aktivitasnya membuka peluang dosa jariyah.
Tak sedikit para pemilik tato di tubuhnya hijrah karena mereka mengerti tubuhnya kelak diminta pertanggungjawaban. Ternyata para penulis buku pun hijrah berjamaah sebab mereka tidak ingin membagi dosa investasi melalui tulisan-tulisannya.
Di jaman now, ada juga bintang film korea yang gagal hijrah. Akhir hidupnya berujung di pemakaman setelah menghabisi nyawa sendiri. Hijrahnya mereka palsu, semu, maya. Mereka hijrah dari sebaik-baik bentuk menuju operasi plastik yang menyalahi qadha' Allah.
Hijrah di awal akan berat bagi yang tidak paham untuk apa perpindahannya. Hijrah di garis start tentu berat saat kita belum memahami alasan hijrah. Hijrahnya hanya mengikuti tren kekinian, latah. Hijrah yang dia mulai tidak didasari dengan pertanyaan "Kenapa Aku Harus Hijrah"
"Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasulullaah, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasululullah. Dan barangsiapa hijrahnya karna dunia yang dikehendaki atau untuk wanita yang (ingin) dinikahi, maka hijrahnya (hanya) kepada apa yang ditujunya." HR. Bukhari dan Muslim.