Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... Freelancer - pengajar di Fakultas Ushuluddindan Studi Agama UIN Mataram, Pegiat Rumah Belajar dan Taman Baca Kompak, Lombok Timur

I'm the moslem kontak 087863497440/085337792687 email : abdulrahim09bi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menulis: Babak Baru dalam Budaya Masyarakat

1 Desember 2015   07:46 Diperbarui: 1 Desember 2015   07:55 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

"Jika Kamu bukan seorang Kaya, bukan juga seorang Bangsawan maka menulislah, maka dunia akan mengenang Namamu (Imam Syafi'i).

 

Di era teknologi yang berkembang pesat dengan kehadiran ponsel pintar (gawai) yang kian hari semakin marak ragamnya, bisa dikatakan sebagai pendobrak yang menjadikan masyarakat kita sebagai masyarakat pembaca. Bayangkan di setiap momen kita melihat sebagian besar orang akan berkutat dengan ponsel pintarnya, entah itu membaca berita, atau sekedar membaca pesan atau membaca kabar berita di facebook. Bahkan ketika berkumpul bersama kawan-kawan yang seharusnya menjadikan kita untuk akrab mengobrol bersama mereka, kadang kita hanya sibuk sendiri membaca di ponsel pintar.

Ketika masyarakat kita yang telah gandrung membaca, maka sudah seharusnya juga menjadi masyarakat penulis sebagai penuangan dari isi bacaan yang telah diserap. Penyaluran minat menulis saat ini tidak terlalu susah untuk mendapatkan pembacanya. Media-media warga yang berbasis Online dengan kemudahan yang disajikan menjadi pilihan untuk publikasi tulisan. Budaya menulis saat ini sedang mengalami geliat di masyarakat kita terbukti dengan intensitas pengguna facebook update status yang berisi ungkapan hati, catatan perjalanan, kritik, tak jarang berbagi inspirasi atas apa yang telah mereka alami.

Jika kita menilik ke belakang beberapa puluh tahun lalu sebelum media Online bertebaran seperti saat ini, budaya menulis juga pernah menjadi trend dan mampu menghasilkan karya-karya besar melalui buku saku yang dikenal dengan "Diary". Sebut saja catatan perjalanan Nugroho Notosusanto ketika menjadi bagian dari tentara pelajar untuk perjuangan kemerdekaan, catatan tersebut menjadi buku kumpulan Cerpen yang berisi sejarah dan menginformasikan kepada pembaca bagaimana gerak perjuangan para pahlawan kita. Begitu pula dengan catatan perjalanan Agustinus Wibowo yang dibukukan menjadi Novel "Titik Nol" dan "Selimut Debu".

Selain itu budaya menulis masyarakat penuntut ilmu di waktu dulu juga sangat menarik untuk membaca diary mereka. Secara tidak sengaja ketika sedang mencari arsip untuk akte kelahiran di tumpukan buku-buku yang bahkan sebagian besarnya termakan rayap, saya menemukan Buku bersampul plastik yang tampak kusam, lembaran-lembaran di dalamnya pun hampir berubah warna. Dari lembar pertama tertulis nama pemiliknya disertai tanda tangan, ternyata itu buku harian Almarhum Bapak yang tertumpuk di antara buku-buku lama tersebut.

Lalu pada lembar kedua berisi catatan beliau ketika mengikuti pengajian sewaktu di Pesantren dengan sistim Hauqalah (bersila). Tertulis tanggal 7 Maret 1961 di salah satu Mushalla yang disebut Al Abror, pada catatan tersebut beliau menulis poin-poin isi pengajian pada hari itu serta di akhirnya dibubuhkan Mahfuzhat (kata mutiara) yang menjadi penutup pengajian. Lembar demi lembar pada buku harian tersebut seakan bercerita bagaimana beliau menjadikan buku harian tersebut sebagai pengikat Ilmu yang telah didapatkan dari gurunya.

Salah satu mahfuzhat yang cukup berkesan saya baca pada buku harian tersebut yang kira-kira terjemahannya " Ilmu ibarat binatang buruan, maka ikatlah binatang buruanmu dengan kuat, yaitu dengan Tulisan". Karena dengan menulislah buku harian 50 tahun lalu masih bisa saya baca pada saat ini, isi tulisan itu pun sangat bermanfaat, tentang hukum-hukum fiqh disertai dalil yang kuat yang dirangkum oleh beliau.

Tradisi tersebut terus berlanjut juga di antara saudara-saudara saya yang mendapatkan didikan di pesantren dengan sistim hauqalah ( salah satunya Mahad Darul Qur'an Wal Hadits), buku catatan harian mereka masih tersimpan, bentuk catatan tersebut persis seperti yang terdapat pada diary Almarhum Bapak. Dari segi isinya catatan harian saudara-saudara saya lebih update dengan kondisi zamannya ketika mengikuti pengajian tersebut, namun ketika membahas tentang hukum, dalilnya pun tetap sama.

Budaya menulis juga pernah menjadi penyumbang terbesar sebagai media inspirasi dalam berkarya. Buku-buku terbitan tahun 90-an sampai 2004 banyak kita temukan di sampul depannya tertulis "Milik Negara Tidak Diperjual Belikan", atau di dalamnya juga terdapat informasi bahwa buku tersebut merupakan Pemenang Sayembara Penulisan Naskah, atau Juara dalam lomba mengarang yang biasanya diselenggarakan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Buku-buku terbitan tersebut merupakan salah satu bentuk apresiasi karya yang secara langsung diterbitkan oleh pusat perbukuan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan peserta didik. Maka tak jarang buku-buku seperti itu banyak kita temui di berbagai perpustakaan Lembaga Pendidikan, karena ketika sudah diterbitkan oleh pusat perbukuan maka akan didistribusikan langsung kepada lembaga-lembaga pendidikan, sekaligus sebagai sebuah promosi atas karya tersebut.

Salah satu media yang cukup inspiratif waktu dulu (sekitar tahun 95) sebagai tempat menyalurkan minat menulis yaitu majalah Asyik, dengan tokoh utama si kucing. Majalah Asyik bisa dikatakan majalah Favorit yang selalu ditunggu-tunggu untuk setiap edisinya, lebih-lebih dengan sajian konten lokal yang sarat dengan nilai inspirasi, menjadikan majalah tersebut sebagai bacaan wajib untuk anak-anak sekolah dasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun