Mohon tunggu...
Bahry Bahry
Bahry Bahry Mohon Tunggu... lainnya -

kompasianer biasa, pegawai biasa, rakyat biasa :)\r\n\r\n"kekurangan adalah jalanku untuk selalu belajar dan belajar sampai akhir".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ini Hidup, Ini Mimpi

8 November 2011   07:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:55 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lintasan waktu beranjak semakin petang. Sembari mendengarkan alunan musik dari pemutar lagu dalam perjalanan Jogja-Jakarta, ingatanku melayang 2 tahun lalu. Kisah yang terpendam bersama waktu.

Aku tercenung menatap layar ponsel. Sembari memejamkan mata mencoba mengingat sesuatu yang terlibas waktu. Cintaku tertinggal bersama gelapnya malam kala itu. Teriring larut yang tak bisa dihentikan aku menyadari betapa kasih tak harus sesuai dengan kisah di novel picisan. Romantis tanpa henti penuh dengan lelehan tangis haru cerita biru.

Aku dan cintamu memang kandas tanpa bisa di cegah. "Kita putus saat inijuga" ucapmu penuh dengan keyakinan. Dingin dan bernada datar. Satu kenyataan yg sulit kuhindari.

4 tahun aku bersama kamu membangun mimpi kehidupan, bercerita tentang hari esok tanpa akhir. Bercerita dan terus bercerita seolah tiada habisnya cinta ini untuk kita bagi berdua. Seindah sore pemandangan di bukit selepas hujan dan turun kabut.

Selaksa dingin pegunungan kaliurang mengurungkan sesak perasaan ini. Keadaan ini tak bertuan dan sulit dikendalikan. Sejenak darah turun mengakibatkan kepalaku pusing. Aku yang memiliki penyakit darah rendah ini tak mampu menahan efek ini sehingga sejenak aku hampir limbung. Kakiku masih kokoh dan aku secara sadar utk meyakikanku tetap berpijak. Efek ini hanyalah sebagian yg kurasakan. Hal lain tentunya hati dan perasaanku yg entah seperti apa lagi. Kamu yang kucintai mengatakan itu didepanku tanpa rasa, nada dan ekspresi. Ditengah kesadaranku yg kembali pulih, aku berucap menahan getir "apa yang kamu katakan sayang?". Belum ada jeda sejenak, dia sudah berujar, "iya. Sudah jelaskan. Enggak perlu diulangi lagi kan?". Aku yang masih didera pusing dikepala akibat darah rendah ini hanya terdiam. Mencoba menguatkan hati. Meyakinkan kembali akan ucapannya yg barusan dikatakan. "Aku masih sayang sama kamu. Aku masih mencintaimu kamu dan aku menginginkan kamu orang terakhir yang berada disisiku hingga ajal menjemput". Sejenak dalam keheningan suara, dia tampak berdehem,akan tetapi itu hanya sejenak. Betapa dinginnya dia dengan pendirian ini tdk seperti yg aku kenal selama ini. Tak ada lg yg kutangkap getaran dari hatinya. Seolah dia membangun tembok tebal untuk aku yang tdk bs lagi kukunjungi. Dia kemudian memotong situasi ini, "males basa basi nih. Udahlah. Kan udah jelas semua ini. Kamu selingkuh dibelakangku. Kita udah enggak bisa lagi. Enggak perlu ada yg dilanjutkan, toh sudah ada yang bisa mengisi hatiku selama kamu tinggalkan selama ini". "Maafkan aku jika memang seperti apa yg kamu katakan. Aku sungguh mencintai dan menyayangimu" ujarku perlahan dengan nada tertahan."Aku seperti ini karena mencintai kamu dan masa depan kita" ujarku melanjutkan. "Aku akan terus membuktikan untuk kamu dan orang tuamu dengan segala apa yg bisa aku lakukan". "Ini bukan tetang selingkuh, ini cintaku kepadamu..." Belum selesai aku berujar "aah...sudah-sudah enggak usah ngomongin cinta. Cinta itu kalo kamu selalu ada untukku dan menjagaku". "Kamu selama ini kemana saja,aku sudah tidak menginginkan hubungan ini berlanjut. Sudahi saja. Aku tidak ada lagi rasa denganmu dihatiku sedikitpun!". "Ku mohon beri aku waktu untuk membuktikan semua ini". Kamu langsung menimpali "sudah tdk ada waktu lagi,hatiku beku untuk kamu". "Sudah ya aku mau istirahat". Klik. Telpon putus. Aku hanya duduk termangu. Menatap getir ke ponselku. Aku hanya ingin berbicara dan menjelaskannya langsung. Belum banyak yg kukatakan sebelumnya. Aku masih mencintaimu dengan segenap hati. Semua yg kulakukan hingga kini hanya untuk kamu.

Lamunanku buyar ketika sekelompok seniman jalanan naik ke bus yang aku naiki menuju Jakarta. Mereka kemudian mendendangkan lagu pertama mereka dengan aransemen ala reggae ditimpali gesekan biola ya sudahlahnya bondan feat fade 2 black.

Kelak akan kulanjutkan kisah ini sembari menikmati perjalanan hidup ini yg berliku. :)


Salam hangat.


Tangerang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun