Mohon tunggu...
Bahrul Wijaksana
Bahrul Wijaksana Mohon Tunggu... Relawan - Profesional dalam bidang transformasi konflik, memiliki ketertarikan khusus pada isu-isu perdamaian, toleransi, pengambangan budaya damai.

Tinggal di Cirebon, saat ini adalah mahasiswa Magister Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta. Menekuni bidang pengembangan budaya perdamaian.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Trump Versus Twitter: Words Lives Matter

15 Januari 2021   11:01 Diperbarui: 18 Januari 2021   10:04 1601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(AP/PATRICK SEMANSKY via KOMPAS.COM)

Rengekan si anak semakin naik level dan membuat orang tua jengkel. Karena jengkel, si orang tua malah memberikan uang Rp. 100.000 (kadang secara lebay mengeluarkan semua uang yang ada dalam dompet) sebagai tindakan nyungkun. 

Ajaibnya, anak tidak mengambil uang Rp. 100.000 karena dia tahu itu bukan ekspresi sebenarnya, meski tidak serta merta menghentikan rengekannya.

Bahasa, istilah dan retorika yang selama ini berkembang dalam percakapan sehari-hari kita adalah ladang yang luas untuk PD. Apalagi di Indonesia yang memiliki ratusan bahasa daerah, lapis demi lapis tingkatan bahasa, dan kaya dengan berbagai subkultur bahasa (slang, prokem, bahasa gaul) membuat PD memiliki potensi perkembangan yang cukup baik. 

Menurut Edward (2007) dalam kultur yang kaya bahasa, "mind-word relationship" atau hubungan antara pikiran dan bahasa yang dikeluarkan seseorang dapat mengungkapkan sisi subjektif seorang pembicara dalam konteks yang lebih khusus maupun yang lebih luas. Keberagaman ini akan menjadi kekayaan yang menarik untuk dikaji.

Studi tentang percakapan oral dan percakapan online atau pengaruh sosial media dalam membangun diskursus, siber-psikologi, termasuk perilaku anonim dan maraknya berita bohong serta ujaran kebencian adalah topik-topik yang layak digali di masa yang akan datang. 

Pada masa pandemik yang ditandai dengan kecemasan, kebingungan dan keraguan akan lahir diskursus-diskursus baru, susul menyusul dan silih berganti. 

Diskursus dapat menguatkan diskursus sebelumnya atau akan menjadi wacana tanding. Meskipun revolusi kognitif yang di awal perkembangan PD ditawarkan sebagai alternatif bagi arus utama psikologi kognitif tidak benar-benar terjadi, akan tetapi perkembangan terakhir seperti yang ditunjukkan dalam kasus Donald Trump dan Twitter semakin menegaskan sentralnya fungsi bahasa dan interaksi dalam disiplin psikologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun