Mohon tunggu...
Bahrul Ulum
Bahrul Ulum Mohon Tunggu... Mahasiswa prodi sejarah fakultas ilmu Budaya universitas Jember

Tertarik pada topik sosial, politk, sejarah, filsafat, dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahasiswa KKN Kolaboratif Desa Gugut Melakukan Kunjungan Ke Kelompok Tani Dan Berkoordinasi Terkait Hama Tikus Yang Berdampak Pada Hasil Pertanian

7 Agustus 2025   17:47 Diperbarui: 7 Agustus 2025   18:08 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan foto: kelompok kkn bersama ketua kelompok tani. Sumber: dokumen pribadi

Rambipuji, Jember --- di tanggal 3 Agustus kami---mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN)---melaksanakan kunjungan lapangan ke kelompok tani yang berada di Desa Gugut, Kecamatan Rambipuji. Kegiatan ini merupakan bagian dari pemetaan potensi dan permasalahan desa, khususnya di sektor pertanian. Salah satu lokasi yang kami datangi adalah Dusun Jereng Timur, yang dikenal sebagai salah satu lumbung padi desa.

Kami disambut oleh Ketua Kelompok Tani setempat, Bapak Eko, seorang tokoh pertanian yang cukup dihormati warga. Di tengah obrolan hangat di balai dusun, kami mulai membuka catatan kecil tentang dinamika pertanian di wilayah ini.

Bapak Eko mengawali penjelasan dengan keluhan yang ternyata sudah lama mengendap: serangan hama tikus. Menurutnya, hama ini bukan masalah baru, tapi justru sudah menjadi "penghuni tetap" ladang warga. Tikus-tikus ini menyerang tanaman padi dari awal musim tanam, merusak batang muda hingga menjelang panen. Kerugian yang ditimbulkan pun tidak kecil. Banyak petani yang harus merelakan sebagian hasil panennya hilang begitu saja.

"Bukannya kami tidak mencoba mengatasi, tapi memang tidak maksimal. Kadang ada yang pasang jebakan, kadang pakai racun, tapi tidak ada keberlanjutan," kata Bapak Eko sebagai ketua kelompok tani.

yang menarik (dan juga memprihatinkan), Bapak Eko menyampaikan bahwa akar masalah ini bukan hanya soal teknis pertanian, melainkan juga soal kurangnya kekompakan antarpetani. Beberapa petani sudah mulai bergerak, namun tidak serentak. Ketika satu petak sawah dibersihkan, tikus hanya berpindah ke lahan lain yang belum ditangani.

"Kalau yang sebelahnya nggak ikut, ya tikusnya lari ke situ. Besoknya balik lagi ke sini. Begitu terus," tambahnya. Masalah koordinasi antarpetani inilah yang menjadi penghambat utama dalam menanggulangi hama secara kolektif.

Bagi kami sebagai mahasiswa, pengalaman ini menjadi pembelajaran nyata. Kami menyaksikan bagaimana satu masalah hama bisa merambat ke persoalan lainnya seperti ekonomi dan sosial. Ini bukan sekadar soal pertanian, tapi soal keberlangsungan hidup masyarakat desa.

Desa Gugut menyimpan potensi pertanian yang besar, tapi juga menyimpan luka lama yang belum sembuh. Serangan hama tikus dan kurangnya kekompakan petani menjadi permasalahan yang masih belum menemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun