Mohon tunggu...
Bahitsa Al Badiyah
Bahitsa Al Badiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Selamat Membaca dan Semoga bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengunjungi Klenteng Tertua dan Terbesar di Malang: Klenteng yang Identik dengan Warna Merah, Mengapa?

16 Maret 2021   06:36 Diperbarui: 16 Maret 2021   07:11 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa klenteng identik dengan warna merah? Nah, sebelum melangkah lebih jauh, mari kita mengingat kembali tempat apakah klenteng itu. Klenteng merupakan sebuah tempat peribadatan umat Tionghoa. Klenteng terbagi menjadi atas beberapa kategori yang mewakili agama Konghucu, Buddhisme, dan Taoisme. Masing-masing memiliki sebutan tempat ibadat yang berbeda-beda. Agama Konghucu telah mencapai usia 2570 tahun. Pada tahun 551 masehi sebelum lahirnya nabi umat Kong Hu Chu, cifu. Adapun kitab mereka disebut "Se Su Ucing".

Dahulu di Indonesia mayoritas Kong Hu Chu yang pada umumnya merupakan orang Cina, mereka pernah mengalami diskriminasi. Namun pada saat kepemimpinan pak Gusdur, mereka di kembalikan, namun selama masa deskriminasi itu telah menghabiskan umat kong hu Chu dan menyisakan sebagian kecil penganutnya saja. Akan tetapi pada saat ini telah berkembang kembali. Ujar humas klenteng En An Kiong Anton Priyono.

allthecities.com
allthecities.com
Sejarah klenteng En Ang Kiong Malang. Klenteng En Ang Kiong merupakan salah satu Klenteng tertua dan terbesar di kota Malang. Berlokasi di Jalan Martadinata, kotalama, kedungkandang, kota Malang. Klenteng memiliki nilai sejarah yang sangat kental, mengingat usianya yang telah lebih dari satu abad. Klenteng ini diyakini telah ada sejak tahun 1825. "Tempat klenteng Eng An Kiong berdiri merupakan bekas tempat pecinan yaitu tempat komintas cina di Malang sebelum berpindah ke daerah pasar besar" ujar Anton Priyono selaku Humas Klenteng ini. Dalam catatan sejarah adanya Klenteng Eng An Kiong ini merupakan sebuah bukti bahwa komunitas Cina atau Tionghoa telah lama mendiami kota Malang. 

Klenteng ini terdiri dari satu ruangan utama di Tengah dan di Kelilingi oleh ruangan-ruangan kecil yang berisi dewa-dewa, yang merupakan sebuh wujud sifat-sifat dari Tuhan yang mereka yakini Maha Esa (satu). Juga memiliki dua taman yang berada di kedua sisi klenteng yang berbeda, terdapat satu ruangan utama dan tujuh altar kecil yang berisi satu dewa di setiap ruangnya. Di klenteng ini juga terdapat ruang yang sengaja dijadikan sebagi stand tempat berjualan alat-alat perlengakapan peribadatan, seperti dupa dan lain sebagainya. Adapun filosofi banguna klenteng ini yaitu:

  • Terdapat 4 tiang utama (She Hai Ciwe) yang disimbolkan dengan 4 empat penjuru dunia semua samudera kita tetap saudara.
  • Ruang tengah menjadi titik pusat klenteng tersebut yang didominasi dengan warna merah yang mereka sebut dengan Ruang Dewa Bumi. Lukisan.
  • Radarmalang.com
    Radarmalang.com
    Naga yang banyak terlukis di setiap sudut-sudut klenteng, walaupun naga merupakan makhluk mitos, dan belum ada kepastian terkait kemunculannya. Naumun naga sudah dikenal oleh masyarakat khususnya di Cina, sekitar 5000 tahun silam. Naga merupakan salah satu dari empat makhluk spiritual yang mendapatkan penghormatan tertinggi. Naga memiliki makna simboliknya keperkasaan.
  •  Posisi klenteng menghadap ke barat namun bukan kiblat.
  • Didominasikan dengan warna kuning, merah dan hijau dan lilin sebagai pelita kegelapan mereka.  

Bangunan Klenteng En Ang Kiong memiliki banyak symbol-simbol yang terukir disetiap dinding Klenteng yang didominasi oleh warna merah (yaitu yang melambangkan kehidupan dan kebahagiaan) adapun warna merah merupakan warna dari darah manusia, kuning (keberuntungan) dan hijau (kehidupan, kesehatan dan kedamaian). Dalam kata lain Tuhan, Manusia, Bumi). "menggunakan banyak simbol karena dulu masih banyak orang yang buta warna" ujar Humas klenteng Anton Priyono. selain bangunannya, klenteng ini juga memiliki keunikan lainnya. Yaitu, sebagai tempat peribadatan Tri Dharma. Artinya klenteng ini di gunakan sebagai tempat ibadah penganut agama Konghucu, Tao dan Budha.

dokpri
dokpri
Klenteng merupakan filosofi dari cina yang artinya dimana kau berpijak disitulah kamu dijunjung, jika mendengar suara lonceng berbunyi bertanda bahwasaanya umat-umat Tionghoa diajak untuk beribadah. Biasannya klenteng dibangun di pinggir pantai atau diatas bukit tinggi karena menghadap dari tinggi kerendahan. Untuk melakukan persembahan kepada dewa-dewa selalu dilakukan dengan menaruh buah-buahan dan beberapa makanan sebagai bentuk wujud kesyukuran kepada Tuhan yang telah memberikan kelimpahan pangan. Adapun cara lain untuk mengagungkan dewa-dewa mereka yaitu dengan cara membakar tiga dupa yang memiliki makna satu dupa yang di peruntukan kepada sang Tuhan sebagai pemberi kehidupan pada manusia, satu dupa untuk sesama umat manusia, dan satu dupa akhir untuk alam semesta tempat berpijak dan mencari kehidupan.

google.com/indozone.id
google.com/indozone.id
Pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan gambar di atas. Simbol tersebut sering terlihat dalam film fantasi Tiongkok. Bagi para pennggemar film fantasi Tiongkok tentunya sering melihat simbol tersebut. Gambaran sebuah lingkaran yang dibagi dengan garis melengkung, yang dosetiap sisinya terdiri dari dua warna yang bertolak belakang yaitu hitam dan putih. Namanya yaitu "Ying dan Yang" yang merupakan sebuah konsep dalam filosofi Tionghoa. Yang berarti kombinasi dari "+ dan -" yaitu positif dan negative (kebaikan dan keburukan). Namun menurut id.m.Wikipedia.org bahwasannya yang mengatakan bahwa Yin dan Yang selalu dihubungkan dengan sesuatu yang baik dan jahat ini merupakan persepsi terutama di Barat. Karena dalam filsafat Tao biasanya tidak memperhitungkan sesuatu yang baik dan jahat dan penilaian moral, dalam kaitannya dengan konsep keseimbangan. Istilah Ying dan Yang sebagian besar telah teradaptasi oleh filosofi Budha Taoist.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Gambar di atas terlihat seperti obat nyamuk, namun gambar tersebut merupakan dupa yang berbentuk spiral seperti obat nyamuk. Adapun dupa-dupa yang terdapat di setiap altar berguna untuk:
  • Menenangkan pikiran, memudahkan kosentrasi dan meditasi
  • Dipercaya untuk mengusir hal-hal yang bersifat jahat
  • Mengukur waktu, terlebih pada zaman dahulu sebelum adanya lonceng.

Namun dupa yg berbentuk spiral hanya di gunakan sebagai pengharum saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun