Mohon tunggu...
BagusWic
BagusWic Mohon Tunggu... Menyalin pikiran ke dalam kata-kata. -

Menyusun larik-larik kata untuk membuat jalan baru. Yang mungkin asing dilalui saat tersedia arus kuat dan nyaman jika mengalir di dalamnya. Tapi jalur kecil ini akan selalu terbuka. Kapanpun. Saat engkau membutuhkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Daun Kertas

27 Juli 2017   17:08 Diperbarui: 28 Juli 2017   02:17 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: alicdn.com

Baginya, sore hari adalah saat paling indah. Karena tepat di situlah dia bisa meraih mimpinya. Pada kaki bayang-bayang beton. Yang perkasa merobek langit-langit senja. Dan parit sempit yang menghasilkan pengap yang padat. Membuat hari-harinya serasa lebih panjang. 

Dia berkelit lincah. Mengikuti hembusan angin yang tak berirama. Terkadang dia mencipta denyit. Beberapa saat hal itu terulang, dan seringkali membuat kumpulan bocah di sanah gelisah. Ditungguinya denyit itu. Diulang. Lalu ranting kecil menampar daun kertas. Dan bocah-bocah itu kalang kabut. Lepas. Tertawa penuh puas. 

Malam hari pun begitu. Lampu-lampu toko membuatnya berwibawa. Sepintas lalu, dia menjelam dalam warna merah yang pekat. Dia bagai kumpulan serangga Lepidoptera. Meliuk indah. Dengan warna merahnya yang tebal, menyelimuti hutan rumput. Menyulapnya menjadi lapangan cahaya. 

Namun dia selalu menghindari pagi. Karena sejuknya adalah petaka baginya. Dan embun itu adalah becana. Karena, pesonanya tak pernah bisa melihat dua kali mentari[].

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun