Dalam pelatihan misalnya, selain membahas teknik audit, fasilitator bisa menceritakan kisah sukses audit yang berhasil membuka mata sebuah program studi tentang potensi mereka yang selama ini tersembunyi. Cerita seperti ini membangun keyakinan bahwa audit bukanlah momok, melainkan alat untuk tumbuh.
SPMI bukan hanya soal prosedur, melainkan soal membangun budaya. Dan budaya tidak lahir dari aturan, melainkan dari nilai-nilai yang dihidupkan sehari-hari. Dengan menggunakan storytelling, PPEPP dapat dijalankan tidak sekadar sebagai siklus administratif, tetapi sebagai perjalanan bersama untuk menjadi lebih baik, hari demi hari. Budaya mutu yang kuat akan tumbuh bukan karena diinstruksikan, tetapi karena diceritakan, dirasakan, dan dihidupi bersama.
Penutup
Menerapkan storytelling dalam penguatan budaya mutu SPMI bukanlah hal yang rumit. Ia tidak membutuhkan teknologi canggih atau biaya besar, hanya kemauan untuk melihat lebih dalam di balik angka dan prosedur, serta keberanian untuk berbagi cerita tentang perjuangan, pembelajaran, dan harapan.Â
SPMI dengan PPEPP sebagai alat kaizen sejatinya telah menyediakan panggung yang sempurna untuk cerita-cerita ini lahir dan berkembang.
Ketika mutu tidak lagi hanya dibicarakan dalam angka, tetapi dihidupkan dalam kisah nyata, maka budaya mutu akan tumbuh secara alami. Karena pada akhirnya, perubahan sejati di perguruan tinggi bukan lahir dari ketakutan akan audit, tetapi dari rasa bangga menjadi bagian dari perjalanan mutu itu sendiri---dan setiap perjalanan yang bermakna selalu dimulai dengan sebuah cerita. Stay Relevant!
Baca juga:Â 4 Perangkat SPMI yang Menentukan Masa Depan Kampus Anda
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI