Tahu gak, melansir data.goodstats.id, Indonesia masih jadi konsumen besar K-Pop di dunia dengan pangsa pasar sampai 18,47%?[1] Sangat mengejutkan betapa dalam pengaruh gelombang Korea hingga Hallyu Wave sudah lumrah dalam kehidupan masyarakat Indonesia. K-Pop, yang awal munculnya cuma sebagai fenomena hiburan sederhana, kini telah cukup mengubah DNA budaya populer Indonesia.
Cultural fusion atau perpaduan budaya yang terjadi antara Indonesia dan Korea dianggap bukan sekadar tren sementara, melainkan evolusi alamiah dalam era globalisasi.
Sejarah Korean Wave Indonesia (2009-2025)
Tahun 2009 menandai titik awal fenomena Hallyu di Indonesia dengan munculnya dua grup ikonik: Super Junior dan Girls' Generation.
Era Konsolidasi K-Pop Indonesia (2012-2015)
Fase ini ditandai dengan pembukaan kantor cabang SM Entertainment di Jakarta pada 2019, menunjukkan aksi serius industri hiburan Korea terhadap pasar Indonesia. Periode konsolidasi ini juga menyaksikan dimulainya tur konser besar-besaran, dengan tiket yang terjual habis dalam hitungan menit. [4]
Puncak Mainstream BTS di Indonesia (2018-2020)
Era ini menandai puncak arus utama K-Pop di Indonesia, terutama dengan fenomena global BTS. Pemerintah Korea Selatan secara resmi menunjuk BTS sebagai utusan khusus presiden pada September 2021, memberikan mereka paspor diplomatik dan mengakui peran mereka dalam diplomasi budaya. Samsung Indonesia bahkan menggunakan BTS sebagai celebrity endorser dari 2020-2024, memanfaatkan Korean Wave untuk strategi pemasaran global.[6][7]
Evolusi Digital K-Pop Indonesia (2021-2025)
Pandemi COVID-19 justru mempercepat konsumsi konten Korea di Indonesia. Data snapcart.global menunjukkan rata-rata waktu menonton K-drama meningkat dari 2,7 jam menjadi 4,6 jam per hari selama pandemi[8]. Joon Kim, CMO dari AJ Marketing, dalam postingan LinkedIn menyebut platform digital seperti Netflix, VIU, dan Disney+ menjadi katalis utama, dengan 73% orang Indonesia mengonsumsi konten Korea melalui platform digital ini [9].
Pengaruh K-Pop Indonesia terhadap Generasi Muda
Adopsi Bahasa Korea di Indonesia
Pengaruh paling terlihat dari Hallyu adalah adopsi kosakata Korea dalam percakapan sehari-hari masyarakat Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) resmi mencantumkan beberapa kata Korea seperti "oppa," "mokbang," "kimci," "hanbok," dan "bias". Fenomena campur-campur Bahasa Indonesia-Korea jadi hal lumrah, terutama di kalangan penggemar K-Pop, sering sekali pakai istilah seperti "bias" untuk menyebut member favorit mereka.
Dr. Dany Ardhian dari Universitas Brawijaya menjelaskan bahwa kata "oppa" masuk KBBI karena memiliki unsur honorifik dan mengisi kekosongan leksikal dalam Bahasa Indonesia untuk panggilan dari perempuan kepada laki-laki yang lebih tua dengan hubungan dekat[11].
Standar Kecantikan Korea di Indonesia
Adopsi standar kecantikan Korea telah mengubah industri kecantikan Indonesia. Konsep "glass skin" yang dipopulerkan idola K-Pop menciptakan standar baru. Melansir dari infinisia.co.id Pasar kecantikan Indonesia yang bernilai $9,17 miliar dan diproyeksikan mencapai $10 miliar pada 2028 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, sebagian besar didorong oleh tren K-Beauty[13].
Brand lokal seperti Somethinc, Emina, Avoskin, dan Hanasui mengadaptasi formulasi dan kemasan yang terinspirasi brand Korea seperti COSRX, Etude House, dan Nature Republic. Fenomena ini menciptakan cultural hybridization di mana brand Indonesia mengintegrasikan inovasi Korea dengan preferensi lokal seperti produk halal dan brightening.
Budaya Fandom K-Pop Indonesia
Budaya fandom K-Pop telah menciptakan pola digital engagement baru di Indonesia. Fan communities mengorganisir berbagai aktivitas mulai dari streaming parties, fundraising untuk project fandom, hingga birthday cafe events untuk merayakan ulang tahun idola mereka. Data Twitter pada 2021 menunjukkan Indonesia sebagai kontributor terbesar dengan 7,5 miliar unggahan tentang K-Pop di seluruh dunia pada 2021[4].