Mohon tunggu...
Bagus Kurniawan
Bagus Kurniawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UAJY

Jalan melayang angin menerpa

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Industri Film Indonesia, Mencari Jalan Lain di Tengah Hegemoni Industri Media Global

1 Desember 2020   18:07 Diperbarui: 1 Desember 2020   18:23 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iklan film di surat kabar Harian Kedauatan Rakyat Yogyakarta tahun 1980-an. | dokpri

Industri film selama akhir tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an benar-benar terpuruk. Tidak ada yang mau memproduksi film Indonesia akibat monopoli yang dianggap tidak sehat.

Akibat monopoli yang tidak sehat itu salah satunya mulai muncul film-film pendek dan film dokumenter dari berbagai masyarakat dan komunitas. Mereka mencari ruang gerak film yang bebas dari tekanan banyak pihak di industri ini.

Film-film yang digerakkan secara indie ternyata menjadi suatu alternatif di tengah muramnya industri perfilman Indonesia.

Salah satunya yang pernah muncul waktu itu ketika sutradara Garin Nugroho membuat film berjudul "Daun di Atas Bantal" dengan bintang Christine Hakiem.

Film ini sempat lama bertahan di bioskop yang ada di berbagai kota di Indonesia di tengah atus film barat yang menjamur.

Film yang bercerita soal anak jalanan atau gelandang di Malioboro Yogyakarta yang tewas demi sebuah asuransi kematian mampu menarik perhatian banyak orang. Cerita ini juga sebuah kisah nyata yang pernah terjadi di Yogyakarta dan sempat menghiasi berita di koran-koran

Dari film yang diproduksi Garin Nugroho ini banyak mengandung pesan yakni contra flow. Contra flow muncul karena adanya penolakan informasi yang hegemoni dari pihak barat terhadap pihak timur.

Film ini juga menjadi suatu  solusi bagi masyarakat perfilman Indonesia bahwa masih ada jalan ketika hegomoni barat dalam industri film dan media yang demikian kuat.

Setelah munculnya film tersebut, Garin tidak hanya berhenti di situ, bersama para komunitas film lainnya terus bergerak mencari alternatif baik dengan film yang beredar di pasaran maupun indie.

Proses ini tidaklah pendek namun panjang selama lebih kurang 10 tahun berbagai komunitas terus bergerak secara indie sebagai bentuk perlawanan terhadap industri media yang terus mencengkeram.

Terobsan dan jalan alternatif terus dicari oleh para pegiat film. Hasilnya saat ini banyak film-film pendek dan dokumenter yang mulai diperhitungkan oleh negara luar dan bahkan memenangkan sebuah kontes film.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun