Mohon tunggu...
Bagas Prabowo Adi
Bagas Prabowo Adi Mohon Tunggu... Penulis - Teologi | Pemuridan

Studying at Surakarta Christian University, Faculty of Theology | Instagram : @bagasprabowo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menemukan Jalan dalam Kebuntuan, Mungkinkah? (Mazmur 143:1-12)

23 Februari 2021   16:10 Diperbarui: 23 Februari 2021   16:23 1960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap manusia pasti pernah mengalami sebuah penderitaan dalam hidupnya. Setiap manusia pasti pernah melewati masa-masa gelap. Masa dimana seakan sudah tidak ada harapan lagi, seakan terang menjadi sebuah mimpi yang terlalu tinggi untuk diraih. Merasa bahwa semua jalan telah berujung pada sebuah kebuntuan.

Dalam pengalaman ditengah kegelapan dan kebuntuan ini  setiap orang akan menunjukkan hasil yang berbeda-beda pula. Ada yang terbentuk berkemanangan, tetapi ada juga yang malah kalah dan hancur. Pengenalan akan Tuhan pun bisa bertumbuh bisa juga menjadi suram. Dalam perikop ini kita belajar bagaimana Daud yang saat berada dalam masa yang suram justru membuat pengenalannya akan Tuhan menjadi semakin terang.

Kita melihat bagaimana Daud pada waktu ini berada dalam sebuah tekanan dan penderitaan yang luar biasa. Daud harus terus menghindar dari kejaran para tentara Saul yang ingin membunuhnya. Seolah sudah tidak ada tempat baginya lagi untuk bersembunyi. Dikatakan semangatnya sudah sangat lesu dan seperti orang mati. (Ayt 3-4). Ia memohon supaya Tuhan mendengarkan doanya berdasarkan kesetiaan dan keadilan-Nya (Ayt 1).  

Daud memohon agar Tuhan tidak menghakimi dia. Ia tahu bahwa tidak ada seorang pun yang benar dan dapat bertahan di hadapan Tuhan (Ayt 2). Namun, di dalam masa-masa yang gelap ini Daud mengingat kembali karya-karya Tuhan di masa lalu di dalam hidupnya. Daud mengingat kembali betapa berkuasanya Tuhan atas hidupnya (Ayt 5). Alih-alih membuat Daud semakin tertekan dan putus asa saat bernostalgia dengan karya Tuhan di masa lalu. 

Hal tersebut justru membuat Daud merasa tenang dan membuatnya semakin berkeyakinan untuk memohon kepada Tuhan (Ayt 6-7). Daud bahkan mempersiapkan dirinya untuk mendengarkan kehendak Tuhan serta membuka hati dan pikirannya. Bertanya kepada Tuhan, manakah jalan yang harus ia tempuh (Ayt 8). Daud bukan hanya memohon agar Tuhan melindungi dan melepaskan dia dari bahaya atau musuh. Ia juga berharap dapat mengetahui kehendak Tuhan, oleh sebab itu Daud menyatakan kesediaan untuk dipimpin oleh Roh-Nya (Ayt 9-10).

Saat ini mungkin ada dari antara kita yang sedang berjalan dalam lembah kekelaman. Mengalami tekanan dan penderitaan yang luarbiasa. Yang mungkin bahkan berpengaruh pada kesehatan mental kita. Namun, melalui kisah Daud ini kita melihat sebuah pengharapan serta pertolongan yang pasti. 

Dan pertolongan itu hanya ada di dalam Tuhan. Kita belajar bagaimana Daud merekonstruksi hati dan pikirannya yang penuh tekanan itu menjadi memori-memori masa lalu yang indah akan karya Tuhan dalam hidupnya. Yang membuatnya kembali segar dan siap untuk menerima mukjizat-Nya.

Mari, kita juga memiliki sikap seperti Daud ini. Meskipun berat dalam prosesnya, tetapi tidak menjadi masalah. Semua hal membutuhkan proses dan waktu yang harus dijalani. Kiranya pengalaman kejatuhan dan penderitaan itu menjadi momen kita untuk berpaling dan menyelidiki rancangan-Nya bagi hidup kita. Kegelapan bisa menjadi kesempatan agar mata rohani kita memandang terang yang sejati yaitu Allah dalam sifat-sifat mulia-Nya. Mari melatih doa, kenangan dan harapan kita agar menjadi sarana untuk semakin mengenal Tuhan. | BPA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun