Mohon tunggu...
Bagas Kurniawan
Bagas Kurniawan Mohon Tunggu... Biotechnologist and Food Technologist

Auditor Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan. Penulis Artikel. Berbagi Ilmu. Blog pribadi: https://www.nextgenbiological.com/ Email: cristanto.bagas@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pegagan, Si Lalapan yang Kini Mendunia

6 September 2025   20:14 Diperbarui: 6 September 2025   22:01 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tanaman Pegagan | Sumber gambar: Bishnu Sarangi/pixabay

Pernahkah kita melihat label produk skincare bertulis "Cica" dan penasaran maknanya? Ternyata, Cica adalah singkatan dari Centella asiatica, atau dikenal di Indonesia sebagai Pegagan, yang merupakan tanaman dengan daun kecil, berbentuk kipas, dan biasa tumbuh liar di pekarangan rumah. 

Lalu siapa di antara kita yang ketika mendengar Centella asiatica ini seakan tanaman ini adalah tanaman "baru" dan karena menggunakan nama latin, membuat kita menjadi tidak sadar bahwa tanaman tersebut adalah Pegagan, tanaman yang biasa dijadikan sebagai lalapan. 

Uniknya, saat ini kita menjadi semakin sering melihatnya dalam produk kecantikan, padahal dulunya pegagan hanya dianggap sebagai lalapan atau bahan jamu sederhana. Apakah pegagan kini menjadi tanaman "premium"? Apakah manfaatnya lebih besar dalam bentuk kosmetik dibanding sebagai obat herbal atau lalapan? Yuk, saya ajak kita untuk mengenal tentang Pegagan.

Dari Lalapan ke Laboratorium

Pegagan lama hadir dalam tradisi Asia. Di Indonesia, pegagan dijadikan lalapan segar yang disajikan dengan nasi hangat dan sambal. Di India dikenal sebagai Gotu kola, digunakan dalam sistem pengobatan Ayurveda sejak ribuan tahun lalu. Tiongkok tradisional bahkan mengaitkannya dengan perpanjangan umur dan vitalitas. Dalam budaya Jawa, pegagan sering dicampur ke jamu untuk meningkatkan memori dan menjaga kesegaran tubuh. Cerita legendaris tentang tabib yang konon berusia ratusan tahun karena rutin makan pegagan menambah aura mistisnya. Pada masa lalu, pegagan dianggap tanaman biasa dalam kehidupan sehari-hari, bukan produk bernilai ekonomi tinggi. Namun tren global mengubah citra itu.

Keistimewaan pegagan terletak pada kandungan bioaktif. Penelitian menunjukkan ia kaya senyawa triterpenoid seperti asiaticoside, madecassoside, asiatic acid, dan madecassic acid (Brinkhaus et al., 2000). Masing-masing punya fungsi penting: asiaticoside mempercepat penyembuhan luka dengan merangsang kolagen, madecassoside menenangkan kulit iritasi, asiatic acid mendukung regenerasi kulit, dan madecassic acid memperkuat struktur kulit. Ditambah flavonoid dengan efek antioksidan, pegagan bukan sekadar tanaman biasa.

Dari Jamu ke Skincare

Popularitas pegagan dalam kosmetik modern dipicu gelombang K-Beauty dari Korea Selatan. Produk-produk "Cica" banyak tampil sebagai solusi menenangkan kulit, memperbaiki tekstur, dan meredam bekas jerawat. Studi pada hewan menunjukkan bahwa pegagan meningkatkan antioksidan di jaringan luka, mempercepat penyembuhan (Shukla et al., 1999). Temuan inilah yang dijadikan dasar pemasaran "memperbaiki kulit" dalam skincare.

Namun pegagan jauh lebih dulu digunakan sebagai obat herbal. Studi pada manusia membuktikan bahwa ekstrak pegagan mampu meningkatkan fungsi kognitif serta memperbaiki mood pada lansia (Wattanathorn et al., 2008). Kajian lain juga menunjukkan potensinya melindungi saraf dari kerusakan oksidatif, relevan dalam pencegahan penyakit Alzheimer (Orhan, 2012). Selain itu, pegagan juga bermanfaat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi gejala pembuluh vena kronis.

Sebagai lalapan, pegagan sering dipandang sederhana. Padahal penelitian membuktikan ia memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi, membantu melawan radikal bebas penyebab penuaan dan penyakit degeneratif (Jayashree et al., 2003). Dengan kata lain, manfaatnya sama seperti krim "premium", tetapi hadir dalam bentuk alami yang bisa dikonsumsi sehari-hari.

Apakah Benar Premium?

Lalu, apakah pegagan layak disebut premium? Jawabannya relatif. Dalam kosmetik, ia memang bermanfaat tapi tidak ajaib. Dalam pengobatan herbal, manfaatnya meluas sampai otak dan saraf. Dalam konsumsi sehari-hari, ia memberi sumber antioksidan alami tanpa embel-embel harga tinggi. "Premium"nya lebih dibentuk oleh branding dan tren pasar daripada nilai ilmiahnya yang objektif.

Tidak lepas dari perhatian, pegagan juga jadi target hoaks. Misalnya klaim bisa mempercantik wajah dalam semalam, padahal regenerasi kulit butuh waktu. Atau anggapan bahwa konsumsi berlebihan pasti aman karena "alami", padahal riset menunjukkan dosis tinggi bisa menimbulkan efek samping (Siddiqui et al., 2007).

Tren Pasar Global

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun