Penelitian menunjukkan bahwa spons yang dibersihkan secara konvensional tidak mengalami penurunan jumlah bakteri yang signifikan. Bahkan praktik yang lebih ekstrem seperti memasukkan spons ke dalam microwave hanya memberikan hasil parsial (beberapa bakteri mati, tetapi sebagian lainnya bertahan).
Yang lebih mengkhawatirkan, bakteri yang bertahan ini seringkali adalah jenis yang lebih resisten. Dalam kondisi tanpa pesaing (karena bakteri lain telah mati), mereka bisa tumbuh lebih cepat dan lebih kuat. Alhasil, spons yang sudah "disanitasi" justru menjadi lingkungan yang lebih homogen dan ideal bagi patogen resisten tersebut.
Oleh karena itu, berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk menjaga spons tetap aman digunakan:
-
Ganti spons secara rutin. Sebaiknya spons diganti setiap 7 hari, atau lebih sering jika digunakan secara intens.
Pisahkan fungsi spons. Gunakan spons berbeda untuk mencuci alat makan, membersihkan meja dapur, dan membersihkan area kotor lainnya.
Jemur spons yang sudah digunakan. Tempatkan spons di tempat yang terbuka dan kering agar kelembapannya cepat berkurang. Hindari menyimpannya di bawah wastafel atau dalam wadah tertutup, karena kondisi tersebut adalah area yang lembab dan sangat mendukung pertumbuhan mikroorganisme.
Gunakan alternatif spons. Sikat piring dari plastik atau serat alami dapat menjadi pilihan karena lebih mudah kering dan tidak menyimpan air seperti spons. Misalnya menggunakan serat atau serabut dari tanaman oyong, bisa menjadi alternatif pengganti spons.
Rendam spons dengan cairan disinfektan yang berkategori aman untuk makanan (food grade). Selain itu, spons dapat direndam dalam larutan air panas selama 5 menit seminggu sekali.
Pentingnya Kesadaran Sanitasi Spons Dapur
Sebagian besar dari kita, tentu sering mengguanakan spons dapur untuk aktivitas ibaratnya 3 in 1, yaitu untuk mencuci piring, wastafel, dan dapur. Alih-alih mengatakan bahwa sudah menggunakan konsentrat sabun harusnya masih aman dong? Kenyataannya tidak demikian dan sudah saya jabarkan di atas.Â
Masih banyak masyarakat yang belum menyadari betapa pentingnya menjaga kebersihan spons. Dalam laporan penelitian oleh National Sanitation Foundation (NSF) International (2013), ditemukan bahwa lebih dari 75% spons dapur yang diuji mengandung bakteri coliform, termasuk E. coli, yang menandakan adanya kontaminasi dari limbah atau bahan makanan mentah. Penelitian ini dilakukan di rumah tangga di Amerika Serikat namun menggambarkan fenomena serupa yang bisa terjadi di rumah tangga manapun, termasuk di Indonesia.
Menurut saya, edukasi secara menyeluruh mengenai sanitasi rumah tangga, termasuk peran spons dalam kontaminasi silang itu perlu ditingkatkan. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Badan POM dapat mengembangkan panduan dan melakukan penyuluhan terkait aktivitas praktis terkait ilmu kebersihan dapur.Â