Mohon tunggu...
Bagas Abdil Lukman
Bagas Abdil Lukman Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mengkritik

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kasus HIV di Malang tembus 190: ini fakta dan tantangannya

7 Agustus 2025   15:06 Diperbarui: 7 Agustus 2025   15:06 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pada 17 Juni 2025, Kota Malang mencatatkan sebanyak 190 kasus baru HIV sepanjang Januari hingga Mei tahun ini. Meski angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 211 kasus, kondisi ini tetap menjadi sorotan serius. Di balik angka tersebut, ada realita yang tak bisa diabaikan---terkait penyebaran, tantangan penanganan, serta stigma yang masih melekat kuat di tengah masyarakat.

Menanggapi temuan ini, Dinas Kesehatan Kota Malang melakukan sejumlah langkah strategis untuk menanggulangi penyebaran HIV. Salah satunya adalah meluncurkan kampanye edukasi bertajuk #CekTuntas, yang menargetkan remaja dan mahasiswa sebagai kelompok usia produktif yang rentan. Kampanye ini menjadi bagian dari upaya nasional menuju eliminasi HIV, TB, dan malaria pada tahun 2030. Edukasi dilakukan secara masif melalui sekolah, kampus, dan komunitas agar pemahaman tentang risiko HIV dan pentingnya tes dini bisa menjangkau lebih banyak kalangan.

Selain itu, Dinkes Malang telah menyediakan layanan Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP) di seluruh 16 puskesmas di lima kecamatan. Beberapa puskesmas bahkan membuka layanan extra hour di luar jam kerja reguler. Layanan ini termasuk pengobatan ARV (antiretroviral) dan konseling rutin, guna memastikan pengidap HIV tetap mendapatkan pengobatan yang konsisten dan berkualitas. Pendekatan ini juga disertai strategi point of care (POC), yang mempermudah pasien dalam mengakses pengobatan tanpa proses berbelit.

Namun, penanganan HIV di Kota Malang masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu yang paling dominan adalah stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). Masih banyak masyarakat yang menganggap HIV sebagai akibat dari perilaku menyimpang, padahal penularan juga bisa terjadi secara vertikal (ibu ke anak), melalui transfusi darah, hingga penggunaan jarum suntik tidak steril. Stigma ini membuat banyak ODHA enggan memeriksakan diri dan menjalani pengobatan, bahkan merasa terasing dari lingkungan sosialnya sendiri.

Tantangan lainnya adalah minimnya kesadaran dan edukasi di kalangan remaja dan mahasiswa, yang merupakan kelompok usia produktif. Di masa eksplorasi seperti ini, risiko penularan meningkat akibat kurangnya informasi yang benar tentang HIV, terutama terkait hubungan seksual tidak aman dan penggunaan narkoba suntik. Selain itu, keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan yang ramah remaja juga turut menjadi penghalang dalam pencegahan dini.

Melihat kondisi ini, sudah saatnya semua pihak pemerintah, lembaga pendidikan, media, hingga masyarakat umum---ikut ambil peran aktif dalam memutus mata rantai penyebaran HIV. Diperlukan lebih dari sekadar kampanye; tetapi juga penerimaan sosial, layanan kesehatan yang inklusif, dan edukasi yang menyasar akar persoalan. Karena di balik 190 angka kasus ini, ada manusia, keluarga, dan masa depan yang harus dilindungi.

Sebagai warga Malang, kita bisa mulai dari hal kecil: berhenti menyebarkan stigma, dukung ODHA, dan ikut menyuarakan pentingnya tes dini HIV. Saatnya bersuara, bukan menghakimi. Saatnya bertindak, bukan hanya menyimak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun