Mohon tunggu...
BAGAS WIDIANTO
BAGAS WIDIANTO Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA/Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi/Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan/Universitas Pendidikan Indonesia

Program Mahasiswa KKN Peduli Stunting Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ancaman Serius! Kurangnya Aktivitas Fisik bagi Kualitas Hidup Masyarakat

30 Agustus 2023   20:55 Diperbarui: 30 Agustus 2023   21:32 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghadapi ancaman yang sangat serius mengenai kualitas hidup masyarakat yang ditimbulkan karena kurangnya aktivitas fisik. Temuan Yıldızer dan Munusturlar (2022) juga sependapat bahwa literasi fisik menjadi diskusi terkait kesehatan di lingkungan pendidikan jasmani yang berkaitan dengan gaya hidup dan aktivitas fisik.

Ke-khawatiran pada remaja saat ini yang memiliki gaya hidup yang kurang aktif bergerak. Pentingnya mengurangi kebiasaan kurang aktif bergerak dan memulai melakukan aktivitas fisik secara teratur, dapat meningkatkan kesehatan dalam masyarakat. Melalui konsep literasi fisik, diharapkan menjadi bagian dari strategi untuk mempromosikan aktivitas fisik di kalangan remaja yang mengalami obesitas.

Menurut Franco, et al. (2005) individu yang aktif secara fisik dengan intensitas sedang dan tinggi, memiliki harapan hidup 1,3 sampai 3,5 tahun lebih lama dan bebas dari masalah penyakit kardiovaskular 1,1 sampai 3,2 tahun hidup lebih lama, dibandingkan individu yang kurang aktif melakukan aktivitas fisik.

Implementasi literasi fisik di Australia, mampu menurunkan ketidakaktifan secara fisik sebesar (13%) setiap tahun, menurunkan (15%) kematian setiap tahun akibat kurangnya melakukan aktivitas fisik, mengurangi tingkat kecacatan sekitar (14%) dan menghemat biaya pada sektor kesehatan sebesar 96 juta Dolar Australia (Cadilhac, et al. 2011). Sejalan dengan temuan tersebut, Jean de Dieu dan Zhou (2021) menyatakan bahwa literasi fisik tidak hanya memberikan kesempatan seseorang untuk terlibat aktif dalam melakukan aktivitas fisik seumur hidup, melainkan dapat memberikan manfaat kesehatan yang positif.

Menurut Telama, et al. (2014) individu yang melek fisik lebih cenderung menjadi individu dewasa yang berperan aktif secara fisik sepanjang hidup mereka dan terlihat akan lebih baik dalam kesehatan secara fisik, sosial, maupun mental, ketimbang mereka yang tidak berpartisipasi aktif dalam melakukan aktivitas fisik. Individu yang melek fisiknya, akan dengan percaya diri dan juga kompeten menjangkau berbagai kondisi dan peluang untuk melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan temuan tersebut, literasi fisik harus dipilih dan direncanakan untuk dijadikan sebagai pusat pembelajaran bagi siswa.

Daerah perkotaan saat ini, gaya hidup yang kurang aktif/kurang gerak, meningkatnya ketersediaan makanan cepat saji serta penurunan aktivitas fisik menyebabkan peningkatan risiko kegemukan atau obesitas, sejalan dengan temuan  Gupta dan Al Kibria (2021) yang menyatakan bahwa, kelebihan berat badan atau obesitas lebih tinggi di daerah perkotaan.

Menurut Saraswati dkk. (2021) obesitas merupakan penyakit yang ditandai dengan penumpukan jaringan lemak yang berlebihan di dalam tubuh, obesitas juga menjadi persoalan kesehatan utama negara berkembang, yang menyebabkan tingginya angka mortalitas (Mfrekemfon dan Orji, 2015).

Kemudahan fasilitas yang mereka dapatkan mengakibatkan malas untuk bergerak dan memilih melakukan perilaku menetap. Perilaku menetap merupakan aktivitas yang tidak mengarah pada aktivitas fisik aktif, sehingga menjadikan aktivitas fisik seorang individu pasif (Sinulingga, 2021).

Menurut Miko dan Pratiwi (2017) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menciptakan lingkungan dimana gaya hidup yang kurang aktif bergerak, serta kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan juga tinggi akan lemak. Mengkonsumsi makanan yang berlemak dan tidak diseimbangkan dengan pola hidup sehat melalui aktivitas fisik merupakan penyebab kelebihan berat badan.

Temuan dari Bohari (2022) remaja saat ini dalam hal aktivitas fisik masih sangat rendah, kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, serta kurangnya mengkonsumsi serat yang cukup. Makanan yang mereka makan seringkali hanya karena mengikuti kepopuleran di kalangan remaja, seperti makanan cepat saji, makanan instan dan minuman dalam kemasan lainnya (Ariesthi, et al. 2020). Sejalan dengan temuan Baroroh (2022) saat anak memasuki masa remaja, kebiasaan makan seketika beralih lantaran beberapa penyebab, yakni efek lingkungan, kawan seusia, aktivitas sosial serta aktivitasnya di luar ruangan.

Penulis : Bagas Widianto

Universitas Pendidikan Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun