Mohon tunggu...
Badiyo
Badiyo Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger, Content Creator

Seneng baca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Patuhi Pemerintah, Jangan Mudik!

18 Mei 2020   19:09 Diperbarui: 18 Mei 2020   19:06 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut hasil sebuah penelitian studi terbaru menyatakan bahwa protein yang terkandung dalam virus corona SARS-CoV-2 memiliki bagian khusus (ridge) yang lebih padat. Hal itu membuat virus corona SARS-CoV-2 lebih mudah menempel pada sel manusia dibanding virus corona jenis lainnya. Saat virus mudah menempel ke sel manusia, ini memungkinkan virus corona SARS-CoV-2 memiliki kemampuan menginfeksi dengan lebih baik dan mampu menyebar lebih cepat.

Maka bisa dibayangkan jika jutaan pemudik dari Jabodetabek yang notabene sebagai zona merah Covid-19 berbondong-bondong ke daerah. Mungkin saja para pemudik itu dalam keadaan sehat saat melakukan perjalanan mudik. Namun bukan tak mungkin di perjalanan mereka akan terinfeksi. Bisa saja mereka akan terinfeksi di kendaraan umum, di kereta, di terminal, di stasiun atau di rest area. 

Satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa orang yang terinfeksi covid-19 tidak selalu menimbulkan gejala. Tidak demam dan tidak merasa sakit namun sebenarnya orang itu membawa virus covid-19. Orang-orang seperti inilah yang disebut sebagai carrier atau pembawa virus yang bisa menularkan ke orang lain.

Sebuah penelitian yang dilakukan Imperial College London dan Lancaster University menyimpulkan bahwa setiap orang yang terinfeksi coronavirus bisa menularkan penyakitnya terhadap rata-rata antara dua sampai tiga orang. Maka bisa dibayangkan jika  ada 10 juta pemudik dan 500 orang yang membawa virus, maka berapa orang yang akan tertulari? Potensi penularan mungkin saja akan terjadi di perjalanan, di kendaraan umum, di kereta api, di terminal, di stasiun di rest area dan di toilet-toilet umum.

Kemudian para pemudik yang membawa covid-19 atau yang sudah tertulari bertemu dengan keluarga di kampung, maka mereka berpotensi akan menularkannya ke keluarga mereka. Orangtua, anak, istri, saudara, kerabat dan handai tolan akan mendapat "oleh-oleh" virus covid-19. Ini bukan "oleh-oleh" yang menyenangkan, namun sebaliknya menyengsarakan bahkan mematikan.  

Jika hal itu sampai terjadi, maka sulit membayangkan bagaimana jadinya. Kalau banyak warga yang terinfeksi virus korona, sementara jumlah rumah sakit di daerah itu terbatas. Begitu juga dengan jumlah tenaga medis dan paramedis. Bukan tak mungkin rumah sakit di daerah akan kewalahan menampung dan menangani pasien yang membludak.   

Itulah yang dengan sekuat tenaga dicegah oleh pemerintah dengan mengeluarkan larangan mudik. Larangan mudik itu bertujuan untuk keselamatan para perantau dan keluarganya serta masyarakat pada umumnya.  Namun larangan itu menjadi sia-sia jika para perantau tidak peduli dan tidak mau mematuhinya.  

Mengingat betapa bahayanya coronavirus dan dampak yang ditimbulkannya, maka pilihan paling bijak bagi para perantau adalah mematuhi pemerintah untuk tidak mudik. Dengan tidak mudik, mereka telah menjaga keselamatan diri sendiri, keluarga yang mereka cintai dan juga orang lain. Lebih dari itu, mereka telah berjuang untuk menyelamatkan bangsa dan negeri ini dari wabah pandemi covid-19 yang sangat berbahaya dan mengerikan.

Referensi: Dari berbagai sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun