Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengurai Debat Pilpres Perdana Jokowi-Amin Vs Prabowo-Sandi, Disinilah Letak Perbedaannya

18 Januari 2019   08:35 Diperbarui: 18 Januari 2019   11:45 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Kompas.Com)

Bukannya memperjualbelikan "nasib" orang -- jika itu benar -- untuk tujuan politik semata? Senada dengan Jokowi, saya mempertanyakan  Prabowo-Sandi apa yang mereka lakukan setelah mendengar keluhan itu? 

Prabowo punya partai dan organisasi sayap Gerindra. Sandi punya perusahaan. Tentu mereka memiliki modal yang dapat mereka lakukan untuk mengungkapkan kebenaran "fakta" yang mereka temukan di lapangan?

Pertama, mereka biayai studi ilmiah kasus per kasus. Mereka tak sekedar beropini dan lalu mengklaim sebagai sebuah fakta. Kebenaran sebuah fakta hanya dapat dibuktikan dengan membedahnya secara ilmiah dan itu tidak dilakukan Prabowo-Sandi. Kesan yang timbul mereka sedang "ngegosip".

Kedua, jika Prabowo-Sandi peduli dengan suara-suara masyarakat kecil (versi mereka) seharusnya mereka segera melakukan ADVOKASI -- melakukan pendampingan dan memperjuangkan secara hukum (seperti kata Jokowi).

Hal lain dari debat itu, Jokowi-Amin dan Prabowo-Sandi memiliki sudut pandang yang berbeda -- dalam upaya  mencapai VISI masing-masing. Untuk mencapai INDONESIA MAJU, Jokowi-Amin lebih menekan PERBAIKAN SISTEM. Sedangkan menuju INDONESIA MENANG, Prabowo-Sandi menekan PENDEKATAN FINANSIAL seperti memberikan gaji yang besar kepada para pejabat, PNS dan investasi besar-besaran. 

Padahal SISTEM itu cakupan lebih luas, yang mana di dalamnya berbicara uang. Sistim itu berbicara struktur organisasi, orangnya, SOP, dan sebagainya. Sementara Finansial satu dari sekian  aspek. Meskipun kecil  tapi bisa berdampak besar pada perubahan visi INDONESIA MENANG menjadi INDONESIA GAGAL jika salah mengelolanya.

Artinya, yang lebih penting adalah MENATA SISTEM. Sistem menjadi pusat simpul syaraf yang mempengaruhi syaraf-syaraf lain. Bagi saya, berbicara UANG dan UANG, tak akan merubah nasib negara ini. Justeru yang terjadi orang semakin korup. 

Buktinya, pengusaha kaya, politisi kaya dan pejabat yang kaya tetap saja korup. Tak berarti kita menomorduakan Uang tapi kita harus menempatkannya dalam posisi yang proposional. Maka saya lebih sepakat dengan pernyataan Jokowi-Amin untuk membenahi SISTEM. Jika SISTEM sudah mapan atau paten, dengan sendiri UANG AKAN MENGIKUTI SISTEM (money follow the system). 

Sistem penggajian sudah paten tetapi penghargaan terhadap KINERJA SEORANG PEGAWAI itu harus dilakukan secara berbeda. Orang yang bekerja lebih (profesional) layak mendapat upah lebih. Bukan sama ratakan pegawai untuk menerima 'reward' berupa gaji  yang sama besar! Gaji boleh naik berkala, tapi sistem perhitungan pendapatan di luar gaji harus diramu  secara baik.

Akhir kata, sebelum menutup tulisan ini, saya akui debat semalam tidak greget seperti yang diekspetasi orang. Wacana atau gagasan briliant hilang atau luput dari perdebatan tadi malam. Ya, itu tadi, FAKTA versus OPINI. Tak seimbang. Hasilnya, silahkan simpulkan sendiri.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun