Mohon tunggu...
Azzam El Hiker
Azzam El Hiker Mohon Tunggu... -

BERFIKIR UNTUK MENULIS ATAU MENULIS UNTUK BERFIKIR

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ngeker, Hikmah Momen Idul Adha

5 November 2011   14:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:01 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengen mangan, tapi gak mangan

Pengen turu, tapi gak turu

Pengen gak jamaah, tapi jamaah

Pengen pacaran, tapi gak pacaran

Pengen telfon, tapi gak telfon

Pengen dolan, tapi gak dolan

Pengen rokok’an, tapi gak roko’an

Pengen gak sinau, tapi sinau

Pengen gak poso, tapi poso

Pengen seneng-seneng, tapi ora iso, ora gelem…

Ayo podo ngeker sukmo lan rogo…

Mugo-mugo den sembadani kalian Seng Kuoso..

Ngeker (dua “e” dibaca seperti “e” dalam “benar”), adalah ungkapan Jawa kuno yang masih populer dikalangan santri karena masih sering digunakan, terutama oleh para kiai dan ustadz ketika mereka menasihati santri-santrinya untuk menjaga, membatasi, memagari, menahan, dan ungkapan lain yang mirip. Ngeker berarti kita menahan melakukan sesuatu yang kita sukai, tetapi kita merasa tidak harus melakukannya. Ngeker yaitu menahan melakukan sesuatu yang menjadi tabiat nafsu. Seperti ketika kita ingin merokok, tapi karena hal itu dianggap buruk dan mengganggu, maka kita membatasi diri kita dari merokok, dan menahan untuk tidak melakukannya.

Kehidupan memberikan kita banyak tantangan yang begitu beragam dan menggiurkan. Beberapa dari kita menyebut itu sebagai nafsu. Tantangan tersebut berupa kesenangan, keindahan, candu, mabuk, malas, ngantuk, dan masih banyak lagi. Indikasinya, hal-hal itu tidak sesuai dengan prinsip dan aturan yang ada disekitar kita. Kemudian, hal-hal itu membawa kita kepada degradasi-degradasi (penurunan-penurunan) di bidang yang bermacam-macam, dan intinya menggiring kita kepada keburukan atau kegagalan.

Man jadda wajada, barang siapa bersungguh-sungguh maka dia akan mendapatkan (kesuksesan). Dalam hal ini yang saya maksud adalah kesuksesan dunia dan akhirat. Pendapat saya, banyak orang yang tidak ngeker (menjaga) diri dari nafsu dan kesenangan akan tetapi mendapatkan kesuksesan di dunia. Akan tetapi sebagai muslim, perjuangan kita di dunia tidak hanya untuk kehidupan di dunia, tetapi juga di akhirat kelak. Perjuangan kita dalam bersungguh-sungguh memang nyata terletak disini, melawan nafsu.

Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa Rasulullah pernah bersabda kepada para sahabat seusai memenangkan perang melawan kafir Qurays. Beliau bersabda, “ wahai para sahabat, jangan merasa senang dulu karena masih ada perang dan jihad yang lebih besar lagi”. Ketika itu salah seorang sahabat bertanya, “apa itu ya Rasulallah?”. Beliau SAW menjawab, “perang berjihad melawan hawa nafsu”. Perang disini maksudnya adalah bagaimana kita bisa mengalahkan nafsu kita, bukan nafsu yang mengalahkan kita hingga kita tunduk dan menuruti apa yang diinginkan nafsu kita. Kita harus selalu memagari nafsu kita untuk tidak melakukan hal-hal yang membawa kerugian bagi kita.

Beribu tahun yang lalu, malam yang sama dengan malam ini (9 dzulhijjah), Nabi Ibrahim AS sedang mengalami hari-hari terberat dalam hidup setelah gempuran cobaan bertubi-tubi dialami oleh Sang Kekasih Allah ini. Mulai dari diusir dari Mesir, lama tidak memiliki keturunan, berpisah dengan saudaranya saudaranya Luth, kabar bahwa kaum saudaranya Luth diazab Allah, tabiat istri pertamanya Sarah yang pencemburu, ditinggalnya istrinya Siti Hajar dan anak satu-satunya Ismail yang ketika itu masih bayi di sebuah lembah yang kering, sampai ketika Ibrahim AS bertemu putra satu-satunya menjadi besar dan sehat, beliau mendapat perintah Allah untuk menyembelih putranya. Beliau merasa sangat bimbang sampai akhirnya beliau menganggap bahwa mimpi perintah menyembelih Ismail adalah benar dari Tuhannya yang sangat dipatuhinya. Kemudian beliau bertanya kepada anaknya lalu anaknya menjawab, “jika itu memang perintah dari Tuhan, maka saya patuh, sembelihlah saya ayahku!”. Nabi Ibrahim kemudian menangis sambi mempersiapkan segalanya. Esok hari, beliau membawa putranya ke sebuah tempat dekat lembah dan mulai meletakkan pisaunya di leher putranya. Ketika Ibrahim mengayunkan pisaunya, seketika putranya berubah menjadi seekor kambing yang sangat gemuk. Disinilah upacara sembelih kurban pada hari raya idul adha dimulai.

Apakah Ibrahim punya keinginan menyembelih putranya?, tentunya tidak. Ini sangat berlawanan dengan dirinya sebagai orang tua. Akan tetapi demi melaksanakan perintah Allah SWT, beliau rela melakukan segalanya. Bahkan ketika beliau diperintah Allah SWT untuk meninggalkan istri dan bayi tercinta di sebuah lembah tandus tanpa air dan tumbuhan hanya dengan sebuah Qiryah (wadah minuman dari kulit) dan beberapa kurma saja. Bagaimana dengan kita, apakah kita sudah menaati perintah Allah SWT secerdas apa yang telah dilakukan Nabi Ibrahim AS?. Benarkah kita melepaskan keinginan kita begitu saja agar tidak bertentangan dengan aturan kita, agar kita tetap berjalan lurus di jalan-Nya tanpa harus mengalami penurunan moral, pendidikan, akhlak, dll?. Membatasi diri kita, menjaga kita dari hal-hal yang buruk dan dilarang berarti memagari diri dari nafsu yang buruk. Memerangi nafsu dan bersungguh-sungguh ngeker (menjaga) diri dalam; Pengen mencuri, tapi gak mencuri; Pengen gak belajar, tapi belajar; Pengen pacaran, tapi gak pacaran; pengen nyantai-nyantai, tapi kerja keras; dan banyak lagi.

Momen-momen Istimewa penting untuk kita ambil sebagai pelajaran, yang kemudian menuntun kita memperbaiki diri menjadi lebih baik. Salah satu yang terbesar bersungguh-sungguh berjihad melawan nafsu seperti yang telah disabdakan Nabi SAW. Tirakat, mau susah, mau bekerja keras, mau berperang, bersedia mengorbankan nafas untuk bersusah payah, adalah aksi nyata berjihad memerangi nafsu. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung karena bersedia bersusah-susah dahulu untuk bersungguh-sungguh. Selamat Hari Raya Idul Adha, 9 Dzulhijjah 1942 H. Semoga kita termasuk orang-orang yang bersenang-senang kemudian dengan pahala keselamatan dunia (kehidupan yang cukup) dan akhirat (pahala dan surga).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun