Mohon tunggu...
Azzam El Hiker
Azzam El Hiker Mohon Tunggu... -

BERFIKIR UNTUK MENULIS ATAU MENULIS UNTUK BERFIKIR

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Coba Mengambil Hikmah, Semoga Sakit Ini Membawa Berkah

21 Oktober 2011   16:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:40 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sesungguhnya ini sebuah curhat kalo anak-anak remaja seperti saya umumnya bilang. lebih cocok pakai kata ganti aku dan kata-kata lain yang lebih gaul. aku terlahir dimana lingkunganku dipenuhi dengan santri dan mantan santri. entah takdir atau apa, ternyata itu sampai pada diriku dengan umur segini dan lingkungan yang sudah berbeda. sebuah keadaan yang menempatkanku tidak sama dengan dimana remaja populer mengalaminya, pubertas, cinta, pacaran, sayang-sayangan, dll.

Aku frustasi, begini ceritaku, karena mungkin banyak teman-temanku yang bernasib sama aku tidak malu menceritakannya. umurku sekarang 20. hanya beberapa bulan yang lalu aku mengalami apa yang umumnya orang bilang "sweet seventeen". ya aku bisa dibilang mengenal cewek dalm bentuk hati-ke-hati baru saja setelah umurku menginjak 20 tahun. banyak perkembangan, penampilanku berubah, cara bergaulku dengan kaum hawa mengalami peningkatan kualitas, dan lain-lain.

aku berterima kasih banyak sama dia, aku memanggilnya teteh, dia memanggilku aa'. dengannya, hanya dalam beberapa minggu, aku mengalami peningkatan yang dalam ukuranku pesat. sebuah ungkapan cinta, kangen, sayang dalam bentuk tanda-tanda yang jelas sudah aku alami. itu menyenangkan. aku mengalami masa-masa yang indah yang umum dirasakan pertama kali oleh remaja seumuran 17 tapi 20 padaku. aku bersyukur belum terlambat. indah.

sayang dia bukan orang yang tepat. aku mengetahuinya sebelum semuanya dimulai. aku tidak sadar akan ini seperti mabuk kecanduan. dia sudah punya seorang cowok. aku bodoh atai dia jahat, dia dan aku membiarkan ini berjalan sampai sekitar satu bulan. konflik itu dimulai.

aku menanyakan kepastian. tentang teteh, aku, dan orang ketiga. dia menjawab dengan kata-kata yang aku gak ingin mengingatnya lagi. malam itu aku merasakan sakit hati pertama kali dalam hidupku. sangat sakit tapi logika bodohku besoknya berkata syukur aku bisa pernah merasakannya. mungkin sebuah proses. aku memaafkan dia, dua hari setelah dia memintanya untuk kesekian kali. sakit.

aku sebenarnya sudah tidak mau memanggil dengan panggilan serperti sebelumnya. tapi dia meminta. tanpa alasan yang jelas saat aku tanyakan mengapa, aku tidak dapat menolaknya. aku sadar aku telah tunduk tersihir olehnya. ini berlangsung sampai hampir satu bulan sampai saat dimana aku menulis ini. kami memulainya di pertengahan ramadhan, bodoh sekali.

aku sering sakit selama masa itu, sejak sakit pertama yang paling sakit. ketika bertemu atau berhubungan dalam cara yang lain, aku bersikap seolah-olah tidak sering merasakan sakit, karenanya. sudah sejak pertengahan masa bertahan ini, aku ingin menyerah. tapi ketika dia menarikku, dia menyihirku seakan aku masih memiliki harapan. aku memutuskan bertahan untuk beberapa waktu lagi. apa sih yang dia rasakan.

cepatnya, sekarang aku merasa sakit yang paling sakit kedua kalinya, aku memutuskan memendam cinta ini selamanya, membuatnya menghilang. tapi menunggu waktu, kami bertemu dalam sebuah kelompok proyek dan proyek itu belum selesai sehingga mau tidak mau kami masih harus bertemu. aku menunggu proyek dan kelompok ini selesai. lama.

ada satu masalah yang mengganjal. aku seorang muslim. agamaku memiliki ajaran dilarang memutus hubungan sesama muslim. itu sangat dilarang. jadi, aku tidak bisa membuangnya keseluruhan. tapi kalau begini aku akan sering merasa sakit hati dalam setiap kurun waktu tertentu, mungkin, tapi logikanya sepertinya begitu. aku masih menunggu waktu, dan terus merasa sakit.

bagi yang memiliki respon atas ini, mohon komentarnya. ini benar yang aku rasakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun