Ya, aku tak bisa lepas dari yang namanya Prasangka. Setiap melihat teman atau seseorang pasti muncul suatu prasangka, entah prasangka baik atau buruk.
Beberapa kali aku berprasangka buruk dan faktanya jauh berbeda dari yang aku sangka. Pernah satu kali aku berprasangka pada seseorang, prasangka ku itu aku simpan sendiri tanpa ada yang tau. Aku berprasangka, apa yang dilakukan orang itu. Orang itu seperti kehilangan semangat hidupnya, ia tak melakukan apa pun hanya menikmati hidup. Seperti orang yang kehilangan arah. Beberapa tahun berikutnya ternyata dia mendirikan suatu perusahaan besar, meski masih tahap awal tapi perencanaan dan konsepnya sangat matang. Aku langsung berasa ditampar. Ternyata yang aku sangka salah besar. Dia bukan berdiam diri, dia sedang mempersiapkan dan merencanakan segalanya. Hanya saja, kita tidak tau.Â
Lalu aku juga berprasangka lagi pada seseorang yang sepertinya kehidupannya tidak pernah berubah dari tahun ke tahun. Aku berprasangka, kenapa dia tidak begini, dan kenapa tidak begitu. Tak lama kemudian aku ketahui bahwa ia sedang menjalankan usaha selama beberapa bulan, dan aku tidak tau. Aku kembali ditampar.Â
Lagi, aku berprasangka tentang seseorang, apa yang ia rencanakan, kenapa ia tidak memikirkan tentang ini dan itu. Lalu fakta berbicara, ia ternyata sudah merencanakan itu, hanya saja ia tak ingin semua orang tau. Berkali kali aku tidak memikirkan bahwa orang yang aku labeli prasangka sesungguhnya sedang merencanakan sesuatu. Hanya saja, sekali lagi kita tidak tau.Â
Kita tidak tau apa yang orang inginkan, sukai, rencanakan, impikan. Kita juga tidak tau apa saja keahliannya, apa saja passion dan ambisinya, sehingga kita tidak bisa berprasangka atau bahkan menilai seseorang dari sudut pandang kita saja. Kita memikirkan bahwa yang baik atau yang ideal adalah seperti apa yang kita rencanakan atau pikirkan. Padahal boleh jadi apa yang sedang kita kerjakan ini juga di prasangka oleh orang lain karena tidak sesuai dengan idealisme mereka.Â