Liburan panjang kali ini, kami memutuskan untuk menjelajahi destinasi wisata baru di Kabupaten Aceh Besar, yaitu Teupin Balok. Terletak di Gampong Naga Umbang, Kecamatan Lhoknga, tempat ini dikembangkan melalui dana desa dan mulai dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa sejak awal tahun 2024. Sebuah inisiatif lokal yang patut diapresiasi!
Perjalanan dimulai dari Desa Punie. Kami menyusuri jalur menuju Keutapang hingga Simpang Dodik, lalu berbelok ke kiri ke arah jalan nasional Banda Aceh -- Meulaboh. Dari situ, kami terus melaju hingga sampai di Keude Bieng, lalu mengambil belokan ke kiri menuju Gampong Lambarao Kueh. Sepanjang jalan, mata kami dimanjakan oleh panorama pegunungan di kejauhan, aliran sungai yang tenang, serta kebun-kebun milik warga. Di salah satu persimpangan, kami memilih jalan kanan yang mengarah ke Gampong Naga Umbang. Tanpa bantuan GPS atau bertanya pada warga, kami berhasil tiba di lokasi dengan mudah.
Sesampainya di Teupin Balok, suasana tampak hidup. Sekelompok pelajar SMA tengah melangsungkan kegiatan, sementara pengunjung lainnya santai menikmati sore di pondok-pondok dan bangku-bangku di tepi sungai. Pemandangan sungai begitu memesona, apalagi menjelang sore ketika sinar matahari mulai menghangat, tak lagi menyengat.
Kami memilih duduk santai di salah satu bangunan panggung tanpa dinding yang paling tinggi di area tersebut. Dari sana, panorama sungai terlihat sempurna. Seorang pelayan menghampiri dan kami pun memesan mie goreng, kelapa muda segar, dan jus nipah minuman khas tempat ini. Sayangnya, stok buah nipah sedang habis, sehingga kami semua akhirnya memilih kelapa muda sebagai pelepas dahaga.
Sambil menunggu pesanan, saya berjalan mengelilingi area sungai. Ada rakit untuk menyeberang ke seberang sungai, perahu kayuh berbentuk bebek yang lucu, dan perahu dayung untuk menyusuri sungai lebih jauh. Pemandangan dan fasilitasnya cukup menarik untuk ukuran wisata baru.
Tak lama kemudian, makanan dan minuman kami datang. Menikmati mie instan dan kelapa muda sambil memandangi sungai yang tenang adalah kenikmatan sederhana yang tak tergantikan. Dari kejauhan, terdengar suara mesin perahu yang membawa wisatawan melintas dari arah Pucok Krueng menuju ke arah jembatan Lhoknga dekat YonKav. Sungguh suasana yang hidup namun tetap damai.
Setelah makan, kami memutuskan mencoba perahu bebek sekalian olahraga ringan, pikir kami. Dengan dua orang dewasa dan dua anak-anak, kami perlahan mengayuh menjauh dari dermaga. Kami memilih menyusuri tepian sungai menuju Pucok Krueng. Di belakang kami, perahu besar bermotor melaju, menimbulkan gelombang yang membuat petualangan makin terasa. Para penumpang di atas perahu tampak menikmati perjalanan mereka dengan penuh semangat.
Namun, belum sampai ke Pucok Krueng, tenaga kami mulai terkuras. Kami pun memutuskan kembali ke dermaga, khawatir gelombang besar akan menyulitkan kami yang mendayung manual. Setelah tiba dan beristirahat sejenak, rasa puas mengelilingi area sungai begitu terasa.